Tak Hanya Fisilk, Polusi Juga Memapar Kesehatan Mental Masyarakat

2 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Dampak Polusi Udara terhadap Kesehatan Masyarakat: Analisis Ilmiah dan Strategi Mitigasi
Iklan

Polusi udara telah muncul sebagai salah satu tantangan paling signifikan bagi kesehatan masyarakat di era modern.

***

Wacana ini ditulis oleh Nanda Liana Lubis, Luthfiah Mawar M.K.M., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Aisyah Umaira, Andieni Pratiwi, Andine Mei Hanny, Dwi Keisya Kurnia, dan Naila Al Madina dari IKM 6 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Polusi udara telah muncul sebagai salah satu tantangan paling signifikan bagi kesehatan masyarakat di era modern. Fenomena ini tidak hanya merusak kualitas lingkungan, tetapi juga memberikan dampak yang nyata terhadap kesehatan fisik dan mental individu. Oleh karena itu, pemahaman mendalam mengenai mekanisme polusi udara, konsekuensi kesehatannya, serta strategi mitigasi yang efektif menjadi sangat penting bagi upaya perlindungan kesehatan masyarakat.

Polusi udara terdiri dari berbagai komponen berbahaya, termasuk partikel halus seperti PM2.5 dan PM10, serta gas beracun seperti karbon monoksida, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan ozon. Partikel halus tersebut mampu menembus saluran pernapasan hingga mencapai jaringan paru-paru, memicu peradangan, dan menurunkan fungsi organ pernapasan. Gas-gas berbahaya ini juga berpotensi merusak endotelium pembuluh darah, memicu disfungsi kardiovaskular, dan meningkatkan risiko penyakit jantung.

Paparan jangka panjang terhadap polusi udara telah terbukti berkaitan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit kronis, termasuk asma, bronkitis, penyakit paru obstruktif kronis, penyakit jantung koroner, stroke, dan kanker paru-paru. Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Putri dan rekan-rekan pada tahun 2019 di Jakarta menunjukkan korelasi positif antara peningkatan konsentrasi PM2.5 dengan meningkatnya insiden asma dan bronkitis pada anak-anak, sedangkan penelitian Supriyadi et al. pada tahun 2020 di Surabaya menemukan hubungan antara paparan jangka panjang terhadap NO₂ dan PM2.5 dengan risiko penyakit jantung iskemik serta serangan jantung pada populasi dewasa. Temuan-temuan ini menegaskan bahwa polusi udara bukan sekadar masalah lingkungan, melainkan ancaman kesehatan publik yang serius dan sistemik.

Sistem kardiovaskular merupakan salah satu sistem yang paling rentan terhadap dampak polusi udara. Paparan partikel halus dan gas beracun dapat menimbulkan peradangan vaskular, meningkatkan tekanan darah, serta mempercepat proses aterosklerosis, yang secara kolektif meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Studi yang dikutip oleh Tempo pada tahun 2021 menekankan bahwa paparan jangka panjang terhadap polusi udara memiliki hubungan yang signifikan dengan meningkatnya kejadian penyakit jantung dan stroke. Selain itu, polusi udara juga memperburuk kondisi pasien dengan penyakit jantung yang sudah ada, sehingga meningkatkan beban penyakit kronis di masyarakat.

Dampak polusi udara terhadap sistem pernapasan juga tidak kalah signifikan. Paparan terhadap ozon dan partikel halus dapat menimbulkan iritasi saluran pernapasan, memperburuk kondisi asma dan bronkitis yang telah ada, serta meningkatkan risiko infeksi pernapasan. Selain itu, polusi udara memperburuk gejala penyakit paru obstruktif kronis dan meningkatkan insiden pneumonia. Laporan Alodokter pada tahun 2023 menyatakan bahwa paparan polusi udara memiliki hubungan erat dengan peningkatan prevalensi PPOK serta serangan asma dan bronkitis, terutama pada kelompok usia rentan seperti anak-anak dan lansia.

Tidak hanya fisik, polusi udara juga memberikan dampak serius terhadap kesehatan mental. Paparan jangka panjang terhadap polutan udara telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan psikologis, termasuk depresi, kecemasan, dan gangguan kognitif. Polutan tersebut memicu stres oksidatif dan peradangan di otak, yang dapat merusak sel-sel saraf serta menurunkan fungsi kognitif. Allianz dalam laporannya pada tahun 2023 menegaskan bahwa polusi udara dapat berkontribusi terhadap gangguan mental yang signifikan, menyoroti hubungan antara lingkungan fisik yang tercemar dan kesehatan mental masyarakat.

Menghadapi tantangan polusi udara, strategi mitigasi yang komprehensif dan berbasis bukti menjadi sangat penting. Salah satu pendekatan utama adalah pengurangan emisi dari sumber polusi, termasuk kendaraan bermotor dan industri, melalui penerapan teknologi ramah lingkungan, peningkatan efisiensi energi, serta penggunaan bahan bakar bersih. Selain itu, peningkatan akses terhadap transportasi umum dan pengembangan infrastruktur hijau, seperti penghijauan kota dan ruang terbuka publik, dapat menurunkan jumlah kendaraan pribadi di jalan serta membantu menyerap polutan, sehingga kualitas udara secara keseluruhan meningkat.

Kesadaran masyarakat juga memainkan peran krusial dalam mitigasi polusi udara. Edukasi mengenai dampak polusi terhadap kesehatan dapat mendorong perubahan perilaku, seperti penggunaan masker, pembatasan aktivitas luar ruang saat kualitas udara buruk, serta pengurangan penggunaan kendaraan pribadi. Pemantauan kualitas udara secara berkala dan penegakan regulasi yang ketat terhadap emisi polusi udara juga sangat diperlukan untuk memastikan standar kualitas udara tetap aman bagi kesehatan masyarakat. Kombinasi antara regulasi pemerintah, partisipasi masyarakat, dan inovasi teknologi menjadi fondasi penting dalam upaya menekan dampak polusi udara.

Secara keseluruhan, polusi udara adalah tantangan kesehatan masyarakat yang kompleks dan multidimensional. Dampaknya melampaui individu, memengaruhi kualitas hidup masyarakat secara luas. Oleh karena itu, upaya kolaboratif yang melibatkan pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat luas sangat dibutuhkan untuk mengurangi polusi udara. Dengan pendekatan yang sistematis, berbasis bukti, dan berkelanjutan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat, meminimalkan risiko penyakit, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat generasi sekarang maupun mendatang.

 

Corresponding Author: Nanda Liana Lubis

(email: [email protected])

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler