Pengaruh Konsumsi Makanan Pedas terhadap Kesehatan Sistem Pencernaan

6 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Resep Ayam Suwir Pedas Gurih
Iklan

Memang mengkonsumsi makanan pedas dapat meningkatkan nafsu makan, akan tetapi...

***

Wacana ini ditulis oleh Latifa Nurrachma, Luthfiah Mawar M.K.M., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Aisyah Umaira, Andieni Pratiwi, Andine Mei Hanny, Dwi Keisya Kurnia, dan Naila Al Madina dari IKM 6 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kuliner pedas memiliki posisi istimewa. Hampir setiap daerah memiliki kekhasan kuliner berbasis cabai yang tidak hanya memperkaya cita rasa, tetapi juga membentuk identitas budaya. Sambal dalam berbagai variannya bahkan dianggap sebagai pelengkap utama yang membuat makanan terasa lebih menggugah selera. Namun, di balik popularitasnya, makanan pedas menyimpan risiko kesehatan yang sering kali luput dari perhatian, terutama jika dikonsumsi secara berlebihan. Rasa pedas yang berasal dari senyawa capsaicin memberi sensasi panas dan membakar, namun juga membawa konsekuensi bagi kesehatan sistem pencernaan.

Capsaicin bekerja dengan merangsang reseptor TRPV1 (Transient Receptor Potensial Vanilloid subtipe 1) yang tersebar di lidah, lambung, hingga usus. Aktivasi reseptor ini memicu sensasi pedas yang familiar, tetapi dalam kadar tinggi dapat mengiritasi lapisan mukosa dan mempercepat pergerakan usus. Menariknya, dalam dosis rendah, capsaicin terbukti memberikan manfaat fisiologis seperti meningkatkan metabolisme melalui proses termogenesis, berperan sebagai analgesik dalam pengobatan topikal, dan bertindak sebagai antioksidan alami yang membantu melawan radikal bebas. Dengan demikian, cabai tidak semata-mata bersifat merugikan, tetapi memiliki manfaat kesehatan jika dikonsumsi secara proporsional.

Di sisi positif, konsumsi makanan pedas dalam jumlah moderat dapat meningkatkan nafsu makan, mendukung penurunan berat badan melalui peningkatan pembakaran energi serta pengendalian nafsu makan, sekaligus menjadi sumber vitamin C, vitamin A, dan flavonoid yang memperkuat sistem imun. Bahkan beberapa studi menemukan sifat antimikroba capsaicin yang berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri di saluran pencernaan.

Akan tetapi, di balik manfaat tersebut, cabai juga dapat memicu sejumlah gangguan serius, terutama jika asupannya berlebihan. Gastritis akibat iritasi mukosa lambung, dispepsia dengan gejala mulas dan kembung, penyakit refluks asam lambung (GERD), diare yang berpotensi menyebabkan dehidrasi, hingga peradangan pada anus adalah beberapa konsekuensi negatif yang kerap dialami.

 

Kerentanan terhadap dampak buruk makanan pedas berbeda pada tiap individu. Faktor-faktor yang memengaruhi di antaranya tingkat toleransi tubuh terhadap cabai, kondisi medis yang sudah ada seperti maag, GERD, atau sindrom iritasi usus besar, jumlah cabai yang dikonsumsi, serta jenis makanan pendamping. Kombinasi makanan pedas dengan hidangan berlemak, misalnya, lebih berisiko memperberat kerja sistem pencernaan.

 

Meski demikian, konsumsi makanan pedas tidak harus sepenuhnya dihindari. Dengan pengaturan yang tepat, masyarakat tetap dapat menikmatinya tanpa menimbulkan dampak serius. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain membatasi jumlah konsumsi, menghindari makanan pedas saat perut kosong, mengombinasikannya dengan susu, buah, atau makanan berserat untuk menetralkan rasa pedas, serta menghindari konsumsi sebelum tidur. Bagi mereka yang memiliki riwayat gangguan lambung, kesadaran akan kondisi tubuh sangat penting agar terhindar dari komplikasi yang lebih berat.

 

Masakan pedas, sebagai salah satu warisan budaya kuliner Indonesia, memang menawarkan sensasi cita rasa yang unik sekaligus manfaat kesehatan tertentu. Akan tetapi, kelezatan tersebut sebaiknya diimbangi dengan kesadaran akan risiko yang menyertainya. Capsaicin memang mampu meningkatkan metabolisme, membantu pembakaran kalori, serta menyumbang antioksidan, tetapi konsumsi berlebihan dapat memperbesar risiko gangguan pencernaan yang berbahaya. Oleh karena itu, menjaga keseimbangan dalam mengonsumsi makanan pedas menjadi kunci agar masyarakat tetap bisa merayakan kekayaan kuliner Nusantara tanpa mengorbankan kesehatan pencernaannya.

 

Corresponding Author: Lathifa Nurrahmah (email: [email protected])

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler