Penulis lepas, seringnya berpuisi tapi juga suka bercerita. Memiliki koleksi delapan buku ber-ISBN, salah-satunya mendapatkan penghargaan dari Kemendikbudristekdikti. Sekarang masih menulis dan akan selalu begitu.
Pancarona: Membaca Lima Tahap Kesedihan dalam Film Sore
2 jam lalu
lagu Pancarona dalam film Sore bukan hanya soundtrack, tapi penuntun perjalanan emosi: tentang luka, amarah, tawar-menawar, putus asa...
***
Lagu Pancarona dari Barasuara dalam film Sore menjadi cermin perjalanan emosional manusia ketika berhadapan dengan kehilangan. Ia bukan sekadar lagu pengiring, tetapi hadir sebagai medium yang menegaskan narasi batin tokoh Sore. Kehilangan Jonathan, sang suami, membuka ruang bagi eksplorasi lima tahap kesedihan—five stages of grief—yang ditampilkan dengan kuat dalam alur cerita.
Tahap pertama adalah penolakan (denial). Sore tampak enggan menerima kenyataan pahit yang baru saja terjadi. Ia menolak kehadiran kehilangan, seolah dengan menutup mata maka realitas tidak akan menyentuhnya. Pancarona di sini bergema sebagai suara hati yang terperangkap antara harapan dan kenyataan.
Tahap kedua, kemarahan (anger), muncul sebagai reaksi wajar dari luka yang menganga. Sore marah bukan hanya pada keadaan, tetapi juga pada dirinya sendiri yang tidak kuasa menghentikan tragedi. Ia melarikan diri dari rumah—ruang yang penuh kenangan bersama Jonathan—karena setiap sudutnya terasa menusuk. Amarah itu tak menemukan sasaran pasti, tetapi tetap mendesak untuk dilampiaskan.
Selanjutnya adalah negosiasi (bargaining). Pada fase ini, Sore mencoba menawar takdir. Ia berharap, setidaknya dalam mimpi atau dalam doa, ada jalan agar kehilangan itu tak benar-benar menjadi kenyataan. Usaha ini menunjukkan betapa manusia sulit berdamai dengan sesuatu yang tak bisa ia kontrol.
Namun, negosiasi itu berakhir di jurang depresi (depression). Kesadaran bahwa tidak ada yang dapat diubah membuat Sore semakin tenggelam. Meski diberi kesempatan untuk melihat ulang, ia merasa terperangkap dalam takdir yang dingin. Kemarahan bercampur muak, menutup dirinya dalam ruang gelap yang semakin sempit.
Akhirnya, Pancarona menemukan puncaknya pada fase penerimaan (acceptance). Sore belajar memahami bahwa tidak semua hal bisa ia kendalikan. Ia tidak bisa mengubah manusia lain, bahkan Jonathan. Yang bisa ia lakukan hanyalah mengubah dirinya sendiri—untuk menerima, berdamai, dan tetap hidup. Di titik inilah Pancarona bersinar: sebagai perayaan kecil bahwa setelah gelap, manusia selalu punya kesempatan untuk menyinari dirinya kembali.
Dengan demikian, lagu Pancarona dalam film Sore bukan hanya soundtrack, melainkan penuntun perjalanan emosi. Ia menuturkan luka, amarah, tawar-menawar, putus asa, hingga ketenangan yang akhirnya ditemukan. Barasuara melalui Pancarona berhasil mengiringi Sore menempuh lima tahap kesedihan, hingga ia tiba pada pengakuan paling manusiawi: bahwa kehilangan tak pernah bisa ditolak, hanya bisa diterima.

Rama Kurnia Santosa
3 Pengikut

Panggung Kebodohan Penuh Kepalsuan
Minggu, 21 September 2025 14:09 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler