Akses Air Bersih dan Sanitasi Fondasi Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat
8 jam lalu
***
Wacana ini ditulis oleh Zulfadhilah Azzahra, Luthfiah Mawar M.K.M., Helsa Nasution, M.Pd., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Nadia Saphira, Amanda Aulia Putri, Naysila Prasetio, Winda Yulia Gitania Br Sembiring, dan Annisa Br Bangun dari IKM 5 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.
Dalam wawancara yang dilakukan dengan beberapa keluarga di wilayah pedesaan, salah satu ibu rumah tangga berbagi pengalamannya tentang perjuangan sehari-hari memperoleh air bersih untuk keperluan rumah tangga. Ia menceritakan bagaimana anak-anaknya sering menderita diare karena sumur yang digunakan tercemar, dan bagaimana keterbatasan fasilitas sanitasi membuat seluruh keluarga rentan terhadap penyakit. Kesaksian semacam ini menegaskan bahwa akses terhadap air bersih dan sanitasi yang memadai bukan sekadar kebutuhan fisik, tetapi merupakan fondasi utama bagi kesehatan masyarakat. Ketersediaan air bersih dan fasilitas sanitasi yang layak dapat mencegah berbagai penyakit menular serta meningkatkan kualitas hidup secara signifikan, seperti yang ditegaskan oleh World Health Organization (WHO), yang menyatakan bahwa air bersih dan sanitasi merupakan hak asasi manusia yang harus dipenuhi oleh setiap negara (WHO, 2019).
Air bersih merupakan kebutuhan dasar manusia yang krusial dalam menunjang kehidupan yang sehat. Tanpa akses air yang aman, risiko penyebaran penyakit yang menyerang saluran pencernaan, seperti diare, kolera, dan infeksi cacing, meningkat secara drastis. Data WHO (2020) menunjukkan bahwa diare tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian anak di bawah lima tahun di negara berkembang, sebagian besar akibat konsumsi air yang tidak bersih. Selain itu, air bersih juga berperan penting dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Praktik sehari-hari seperti mandi, mencuci tangan, dan membersihkan peralatan rumah tangga dengan air yang aman secara langsung menurunkan kemungkinan infeksi dan penularan penyakit.
Sanitasi yang layak juga memegang peranan yang tidak kalah penting. Sanitasi mencakup pengelolaan limbah manusia, pengolahan sampah, dan pengendalian lingkungan yang berdampak pada kesehatan masyarakat. Fasilitas sanitasi yang memadai, seperti jamban yang layak dan sistem pembuangan limbah efektif, mampu mencegah kontaminasi lingkungan oleh patogen yang terkandung dalam limbah manusia. Kekurangan fasilitas sanitasi yang memadai seringkali menyebabkan pencemaran air tanah dan permukaan, yang kemudian digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular, termasuk diare, hepatitis A, dan infeksi parasit (JMP, 2021).
Dampak negatif kurangnya akses air bersih dan sanitasi yang layak tidak bisa diremehkan. Penyakit yang terkait dengan sanitasi buruk lebih mudah menyebar, angka kematian anak meningkat, produktivitas menurun akibat absensi sekolah dan kerja, serta beban ekonomi keluarga dan sistem kesehatan nasional bertambah. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan masyarakat tidak hanya terkait dengan individu, tetapi juga sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang mendukung praktik hidup sehat.
Upaya meningkatkan akses air bersih dan sanitasi yang layak memerlukan strategi terpadu. Pembangunan infrastruktur yang baik, seperti instalasi pengolahan air, sumur bor, dan fasilitas jamban yang memadai, menjadi langkah awal yang esensial. Selain itu, edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya kebersihan lingkungan, praktik mencuci tangan dengan sabun, dan pengelolaan limbah yang tepat turut meningkatkan efektivitas intervensi kesehatan. Penguatan kebijakan dan regulasi oleh pemerintah untuk memastikan ketersediaan air bersih dan sanitasi yang merata, beserta partisipasi aktif masyarakat dalam implementasinya, semakin memperkuat upaya ini (UNICEF, 2020).
Akses air bersih dan sanitasi yang memadai secara nyata memengaruhi kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Air yang aman untuk dikonsumsi, digunakan dalam memasak, dan menjaga kebersihan diri menjadi garis pertahanan utama terhadap penyakit menular. Tanpa itu, masyarakat akan menghadapi risiko penyakit seperti diare, kolera, dan tifus yang dapat menurunkan produktivitas dan kualitas hidup secara keseluruhan. Oleh karena itu, investasi dalam infrastruktur air dan sanitasi, pendidikan kesehatan, serta kebijakan yang berpihak pada akses merata, tidak hanya meningkatkan kesehatan masyarakat, tetapi juga merupakan langkah strategis untuk pembangunan manusia yang berkelanjutan. Dengan demikian, kesehatan masyarakat dapat dijaga, kesejahteraan meningkat, dan hak asasi atas air bersih serta sanitasi terpenuhi secara adil dan merata.

Penulis Indonesiana
3 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler