Dengan Takaran yang Tepat, Ngopi Bisa Mencegah Demensia
2 jam lalu
Penambahan gula, sirup, atau krimer berlebihan dapat membalikkan manfaat kopi bagi tubuh. Hindari ngopi enamjam sebelum tidur.
***
Wacana ini ditulis oleh Andieni Pratiwi, Luthfiah Mawar M.K.M., Helsa Nasution, M.Pd., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Aisyah Umaira, Andieni Pratiwi, Andine Mei Hanny, Dwi Keisya Kurnia, dan Naila Al Madina dari IKM 6 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.
Saat saya mewawancarai beberapa penikmat kopi dari berbagai kalangan, dari mahasiswa hingga pekerja kantoran, banyak yang mengaku tidak bisa memulai hari tanpa secangkir kopi. Mereka berbagi pengalaman tentang bagaimana aroma kopi dan sensasi hangatnya seolah menjadi ritual yang menenangkan sekaligus menyemangati aktivitas harian.
Fenomena itu bukan kebetulan. Kafein, zat alami yang terkandung dalam kopi, memang merupakan stimulan yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Secara biokimia, kafein bekerja dengan menghalangi adenosin, neurotransmiter penghambat yang biasanya memperlambat aktivitas otak dan memicu rasa kantuk. Dengan demikian, konsumsi kopi bisa meningkatkan kewaspadaan, suasana hati, dan performa fisik.
Di tengah tren minum kopi yang terus meningkat, terutama di kota besar, penting bagi setiap individu untuk memahami batas aman konsumsi. Batas yang direkomendasikan, menurut berbagai literatur kesehatan, adalah sekitar 400 miligram kafein per hari.
Terutama bagi ibu hamil, kewaspadaan ekstra diperlukan. Konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan efek samping, mulai dari gangguan pencernaan, kenaikan tekanan darah, hingga gangguan tidur. Setiap orang memiliki toleransi berbeda terhadap kafein, sehingga penting untuk mengenali respons tubuh sendiri terhadap kopi.
Efek kafein yang berlebihan pada tubuh bervariasi. Gangguan gastrointestinal dapat muncul karena kafein memengaruhi motilitas usus. Tekanan darah bisa meningkat akibat stimulasi sistem saraf simpatik, meskipun peningkatan ini tidak selalu langsung berarti risiko penyakit jantung. Gangguan tidur, perasaan cemas, jantung berdebar, hingga risiko kerusakan otot pada kasus ekstrem juga menjadi potensi akibat konsumsi kafein berlebihan. Oleh karena itu, mengatur porsi kopi secara sadar menjadi aspek krusial dalam menjaga kesehatan tubuh.
Meski demikian, manfaat kopi bagi tubuh tetap signifikan jika dikonsumsi secara moderat dan bijak. Kopi hitam tanpa gula, misalnya, kaya akan antioksidan, terutama asam klorogenat, yang berperan dalam menetralisir radikal bebas dan mengurangi peradangan. Berbagai studi menunjukkan bahwa konsumsi kopi yang teratur dapat meningkatkan metabolisme, membantu pembakaran lemak, dan berpotensi menurunkan risiko diabetes tipe 2.
Selain itu, kopi juga dikaitkan dengan peningkatan fungsi kognitif dan pengurangan risiko Alzheimer serta demensia hingga 65 persen jika diminum secara konsisten (World Health Organization, 2020). Dengan demikian, pilihan kopi hitam tanpa gula menjadi strategi paling efektif untuk meraih manfaat kesehatan secara optimal.
Untuk memaksimalkan manfaat kopi, konsumsilah sekitar 3 hingga 4 cangkir per hari, setara dengan 400 miligram kafein. Penambahan gula, sirup, atau krimer berlebihan sebaiknya dihindari karena dapat membalikkan manfaat kopi bagi tubuh. Waktu konsumsi juga penting; hindari minum kopi 6 hingga 8 jam sebelum tidur untuk menjaga kualitas tidur yang berperan besar dalam kesehatan fisik. Bagi individu dengan kolesterol tinggi, kopi yang disaring melalui kertas filter direkomendasikan untuk meminimalkan paparan Cafestol yang berpotensi meningkatkan kadar kolesterol.
Kopi, sebagai anugerah alam, menawarkan kombinasi antara kenikmatan dan manfaat kesehatan. Namun, kesadaran individu dalam mengelola konsumsi menjadi faktor penentu. Dengan pendekatan yang bijaksana, kita dapat menikmati kopi sebagai bagian dari gaya hidup sehat, memetik manfaat maksimal, dan meminimalkan risiko. Kopi bukan sekadar minuman; ia menjadi simbol keseimbangan antara kenikmatan, kewaspadaan, dan tanggung jawab terhadap kesehatan tubuh.
Andieni Pratiwi (corresponding author: [email protected])

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler