Ketika Media Sosial Mempengaruhi Karakter Anak Muda

1 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Penggunaan Sosial Media.Anxietystressed.
Iklan

Media sosial menawarkan akses informasi yang cepat dan luas. Berbagai materi edukasi, tutorial, dan kursus daring dapat diakses dengan mudah

***

Wacana ini ditulis oleh Sarah Atikah, Luthfiah Mawar M.K.M., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Aisyah Umaira, Andieni Pratiwi, Andine Mei Hanny, Dwi Keisya Kurnia, dan Naila Al Madina dari IKM 6 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.

 

Dalam sejumlah wawancara mendalam dengan pelajar dan mahasiswa, banyak yang menyatakan bahwa media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka. Platform seperti TikTok, Instagram, dan X bukan sekadar alat hiburan, tetapi juga ruang untuk belajar, berkomunikasi, dan mengekspresikan identitas diri. Anak muda memanfaatkan media sosial untuk berinteraksi, berbagi pengalaman, dan mengekspresikan kreativitas. Namun, di balik kemudahan dan hiburan yang ditawarkan, terdapat dampak negatif yang tidak dapat diabaikan dan berpotensi memengaruhi kesehatan mental, produktivitas, dan kesejahteraan emosional mereka.

 

Media sosial menawarkan akses informasi yang cepat dan luas. Berbagai materi edukasi, tutorial, dan kursus daring dapat diakses dengan mudah, membantu generasi muda memperluas pengetahuan dan keterampilan. Selain itu, media sosial menyediakan platform bagi anak muda untuk menyalurkan ide kreatif melalui video, musik, tulisan, dan karya seni visual. Banyak dari mereka bahkan memperoleh kesempatan karier dan sumber penghasilan dari konten yang mereka hasilkan. Media sosial juga memungkinkan mereka membangun jejaring sosial yang mendukung secara moral maupun profesional, memperkuat rasa percaya diri, dan membantu pembentukan identitas diri yang lebih matang. Hal ini sejalan dengan temuan Andriani (2023) yang menunjukkan bahwa interaksi sosial di dunia digital berperan signifikan dalam perkembangan psikososial anak muda.

 

Meski memiliki berbagai manfaat, penggunaan media sosial juga menimbulkan dampak negatif yang nyata. Penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan kecanduan, mengurangi waktu tidur, dan mengganggu produktivitas belajar. Perbandingan sosial melalui unggahan orang lain yang tampak sempurna dapat menimbulkan rasa minder dan menurunkan kepercayaan diri, yang jika dibiarkan dapat berkembang menjadi gangguan emosional. Rendahnya literasi digital memperbesar risiko anak muda terpapar hoaks, ujaran kebencian, dan konten berbahaya, yang dapat merusak hubungan sosial dan menimbulkan kebingungan dalam membedakan informasi yang sahih (Haryanto, 2024).

 

Pengaruh media sosial pada generasi muda bersifat kompleks dan ambivalen. Platform ini dapat menjadi sarana pengembangan diri dan peluang ekonomi, namun juga membawa risiko kecanduan dan tekanan psikologis. Oleh karena itu, penguatan literasi digital menjadi hal yang mutlak agar anak muda mampu memanfaatkan media sosial secara bijak dan selektif.

 

Peran pendampingan dari keluarga dan institusi pendidikan menjadi sangat penting. Bimbingan dan pengawasan yang konsisten akan membantu generasi muda menyeimbangkan interaksi digital dan kegiatan offline. Pemerintah dan perusahaan teknologi juga memiliki tanggung jawab melalui regulasi dan kebijakan platform yang menjamin ruang digital aman, mendukung pembelajaran, dan membentuk pengalaman positif bagi generasi muda. Kolaborasi lintas sektor ini akan menjadi fondasi agar media sosial berfungsi sebagai sarana strategis dalam pembentukan karakter dan kecerdasan generasi muda.

 

Media sosial adalah alat yang memiliki dampak besar terhadap kehidupan anak muda. Manfaat dan risikonya berjalan bersamaan sehingga kesadaran kolektif menjadi sangat penting. Generasi muda, orang tua, pendidik, pemerintah, dan perusahaan teknologi harus bekerja sama membangun ekosistem digital yang sehat. Dengan demikian, media sosial dapat dimanfaatkan tidak hanya sebagai hiburan tetapi juga sebagai instrumen pendidikan dan pengembangan diri yang memperkuat kapasitas generasi berikutnya.

 

Corresponding author: Sarah Atikah ([email protected] )

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler