x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Orang Hebat atau Ide Hebat?

Banyak perusahaan besar yang berawal dari gagasan kecil tapi hebat dan mesti menempuh jalan berliku untuk sampai ke puncak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mana yang lebih Anda sukai, ide hebat atau orang hebat?

Sebelum menjawab pertanyaan ini, marilah kita telusuri kisah-kisah bisnis yang diceritakan Emily Ross dan Angus Holland dalam buku 100 Great Business Ideas. Bette Graham, seorang ibu yang bekerja sebagai sekretaris, sering pusing karena pita karbon mesin ketiknya kerap membuat pekerjaannya kacau. Ia kesal, sebab hampir mustahil menyingkirkan kesalahan ketik tanpa meninggalkan noda tinta pada kertas.

Suatu ketika, Graham melihat tukang cat mengecat jendela bank. Ketika ada kesalahan pada pengecatan dekorasi jendela, noda itu ditutup dengan cat putih. “Mengapa aku tidak melakukan hal serupa?” tanya Graham. Dia mencoba cat tempera putih berbahan dasar air dan kuas tipis untuk menutup kesalahan ketiknya. Berhasil! Ia menamai temuannya itu Mistake Out.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lima tahun lamanya Graham menyimpan rahasia temuannya itu untuk dirinya sendiri sampai akhirnya kawan-kawannya sekantor mengetahui itu. Naluri bisnisnya berjalan. Ia mulai menjual Mistake Out kepada rekan sekantor. Pada tahun 1957, ia menjual 100 botol dalam sebulan dan mengganti nama produknya jadi Liquid Paper. Limabelas tahun kemudian, perusahaan yang ia dirikan menjual lima juta botol tiap tahun dan terus meningkat saban tahun.

Banyak perusahaan besar yang berawal dari gagasan kecil, seperti Liquid Paper, dan mesti menempuh jalan berliku untuk sampai ke puncak. James Dyson, contoh lainnya, menghabiskan 3,5 tahun untuk membangun 5.127 buah prototipe vacuum cleaner hingga akhirnya berhasil membuat alat itu bekerja dengan baik. Ia, seperti juga pengembang Kettle Chips—kriping kentang berbumbu, bahkan harus bertarung dengan merek-merek lain yang dikeluarkan perusahaan besar.

Tapi ada pula yang dengan cerdik mengadopsi ide orang lain. Dietrich Mateschitz mengubah tonik menyehatkan asal Thailand, si kerbau air merah alias Krating Daeng, menjadi manis dan berbuih yang cocok untuk orang-orang Austria. Ia lalu mengemasnya dalam kaleng ramping dengan merek Red Bull dan menjadikannya “minuman cerdas” yang diklaim dapat meningkatkan kinerja seseorang. Pada tahun 2006, penjualannya mencapai 3,5 miliar dolar AS dan perusahaannya terus berekspansi.

Michael Dell adalah contoh klasik orang yang meraih sukses dengan mengambil ide yang sudah ada dan mengeksekusinya dengan lebih baik. Dell berhasil menembus industri yang memuja inovasi tanpa membuat inovasi dengan tangannya sendiri. Dia mulai membangun komputer rakitan di kamar kosnya dan menjualnya dengan harga relatif murah dan mengirim barangnya melalui pos. Kini, siapa tak kenal komputer Dell? Sergey Brin dan Larry Page melakukan inovasi serupa dan Google-nya sukses menyaingi mesin pencari yang sudah lebih dulu ada, seperti Yahoo!, Alta Vista, dan Lycos.

Namun, penemu gagasan tak selalu beruntung. Coco Chanel, salah satunya. Ketika parfum pada umumnya dibuat dengan satu jenis bunga, Coco menemukan ramuan parfum yang luar biasa: hasil perpaduan beberapa jenis bunga dan lahirlah Chanel No. 5. Modal terbatas membuat langkahnya tersendat. Ia terpaksa berkongsi dengan keluarga Pierre Wertheimer, yang mempunyai infrastruktur untuk memproduksi parfum berskala besar. Sejarah menunjukkan, Chanel yang menelurkan ide, keluarga Wertheimer yang menikmati kekayaan, bahkan hingga cucunya yang sekarang.

Ross dan Holland memilah-milah kisah sukses perusahaan ini atas dasar ‘sejarah dan kecenderungannya’. Ini memudahkan pembaca untuk memahami apa yang membuat produk tertentu sukses: handphone Nokia berhasil di pasaran karena kekuatan adaptasi modelnya, Starbuck berevolusi dari hanya sebuah toko penjual biji kopi, dan Coca Cola baru berjaya setelah dikemas dalam botol—di masa-masa awal, penjualan terbanyak Coca Cola dalam sehari adalah 13 gelas, saat ini sekitar 12.600 kemasan setiap detik.

Apa yang dapat dipelajari dari kisah-kisah yang dituturkan Ross dan Holland ialah bahwa mengubah ide menjadi bisnis yang hebat melibatkan kerja keras, sentuhan rasa seni, maupun kesenangan. Dan, tentu saja, keberanian mengambil risiko. Setelah ditolak Hewlett-Packard, Steve Wozniak menunjukkan model komputer buatannya kepada Steve Jobs, yang segera mengendus potensi luar biasa bila ia bermitra bisnis dengan Wozniak. Mereka mendirikan Apple saat Jobs berusia 21 tahun dan Wozniak lima tahun lebih tua. Jobs menjual mobil van VW miliknya dan Wozniak menjual kalkulator Hewlett-Packard kesayangannya agar dapat membiayai desain pertama Apple I.

Nah, dari kisah-kisah inspiratif tadi kini saatnya kembali kepada pertanyaan di awal tulisan ini: Mana yang lebih Anda sukai, ide hebat atau orang hebat? Dalam cerita yang dikutip tadi, gagasan hebat itu ialah cairan penutup salah ketik, vacuum cleaner, minuman berenergi, dan komputer rakitan. Sedangkan orang-orang hebat itu ialah Bette Graham, James Dyson, Dietrich Mateschitz, dan Michael Dell.

Ed Catmull, Presiden Pixar Animation Studios, pernah diberi pertanyaan serupa, dan ia menjawab: “Orang hebat, karena jika Anda memberi ide yang baik kepada orang yang salah, mereka akan mengacaukannya. Jika Anda memberi ide yang keliru kepada orang yang tepat, mereka akan meluruskannya.” Anda boleh setuju, boleh pula menolak pandangan Catmull. (sumber foto: wikipedia) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler