x

Awal Puasa Harga Daging Terus Merangkak Naik. TEMPO/Darma Wijaya

Iklan

gunoto saparie

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mewaspadai Inflasi di Bulan Suci

Ancaman yang biasa terjadi selama bertahun-tahun ini agaknya tidak pernah bisa ditanggulangi pemerintah sampai saat ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setiap menjelang dan selama Bulan Suci Ramadan serta Lebaran, masyarakat selalu diresahkan kenaikan harga sembilan bahan pokok (sembako). Fenomena ini seakan telah menjadi ancaman yang biasa terjadi selama bertahun-tahun. Ancaman ini agaknya tidak pernah bisa ditanggulangi pemerintah sampai saat ini. Biasanya harga sejumlah bahan kebutuhan pokok bergerak naik, seperti bawang, telur, ayam, daging, dan cabai.

Sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2016 mencatat inflasi sebesar 0,24% (mtm). Inflasi IHK pada periode menjelang bulan Ramadan pada tahun ini cukup terkendali dan lebih rendah dibandingkan rata-ratanya dalam lima tahun terakhir. Inflasi terjadi di semua komponen dan terutama bersumber dari komponen bahan makanan bergejolak (volatile foods) dan komponen barang yang diatur pemerintah (administered prices). Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara year to date (ytd) dan tahunan (yoy) masing-masing mencapai 0,40% (ytd) dan 3,33% (yoy), serta berada dalam kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia, yaitu sebesar 4±1% (yoy).

Komponen volatile foods (VF) mencatat inflasi secara bulanan sebesar 0,32% (mtm) atau secara tahunan 8,15% (yoy). Inflasi komponen ini terutama bersumber dari peningkatan harga komoditas daging ayam ras, telur ayam ras, dan minyak goreng, seiring dengan meningkatnya permintaan menjelang bulan Ramadhan. Namun, inflasi VF tertahan dengan menurunnya harga komoditas lainya, seperti cabai merah, beras, dan tomat sayur. Komponen administered prices (AP) secara bulanan mencatat inflasi sebesar 0,27% (mtm), atau secara tahunan mencatat deflasi sebesar 0,95% (yoy). Inflasi bulanan komponen AP tersebut terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara. Sementara itu, inflasi inti tercatat sebesar 0,23% (mtm) atau 3,41% (yoy), sejalan dengan terjaganya ekspektasi inflasi dan masih terbatasnya permintaan domestik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ke depan, inflasi diperkirakan akan tetap terkendali dan berada pada sasaran inflasi 2016, yaitu 4±1% (yoy). Koordinasi kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus diperkuat, khususnya dalam mengendalikan tekanan inflasi pada bulan Ramadan dan Lebaran. Koordinasi akan difokuskan pada upaya menjamin pasokan, khususnya berbagai bahan kebutuhan pokok, dan menjaga ekspektasi inflasi.

Harus diakui, perekonomian Indonesia memiliki siklus unik dan berbeda dengan negara lain. Meskipun perlambatan pertumbuhan ekonomi masih kita rasakan, menjelang dan selama Ramadan kemungkinan besar akan terjadi lonjakan permintaan hampir setiap sektor konsumsi masyarakat.  Karena itu, tingginya konsumsi masyarakat di tengah aktivitas Ramadan dan Lebaran nanti membutuhkan antisipasi kebijakan ekonomi yang tepat dan terukur.

BI biasanya akan menambah likuiditas untuk memenuhi kebutuhan uang tunai, terutama menjelang Lebaran. Bertambahnya likuiditas di pasar uang Indonesia tentu saja memerlukan kesiapan kebijakan untuk menghindari tekanan inflasi di saat Ramadan dan Lebaran tahun ini. Kebutuhan uang tunai yang sangat besar di masyarakat terjadi ketika Ramadan dan Lebaran bertepatan dengan liburan anak sekolah.

Di samping itu, aspek lain yang berdampak pada bertambahnya pasokan uang tunai terjadi karena pembayaran gaji ke-13 dan ke-14 PNS/TNI/Polri kemungkinan besar terjadi di masa-masa ini. Pembayaran THR (tunjangan hari raya) para pekerja swasta juga akan menambah jumlah uang beredar di Tanah Air. Karena itu, bertambah besarnya jumlah uang beredar dipadu dengan tingginya intensitas konsumsi masyarakat perlu antisipasi pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Selain kebutuhan pokok, penyumbang utama lainnya yang perlu diantisipasi adalah kenaikan tarif transportasi menjelang arus mudik dan balik pasca-Lebaran. Koordinasi antara Kementerian Perhubungan dengan perusahaan penyedia jasa transportasi untuk menyepakati batas wajar kenaikan harga perlu segera dilakukan.

Laju inflasi di Bulan Suci Ramadan biasanya memang lebih tinggi dibanding bulan-bulan lain. Tentu saja yang patut diwaspadai adalah gejolak inflasi komponen pada bahan makanan. Karena itu, kebijakan cara menaikkan pendapatan (income policy) dan kebijakan pasokan (supply policy) diharapkan bisa dilakukan dapat dengan baik, sehingga dapat menekan harga di pasaran.

*Gunoto Saparie adalah Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil Jawa Tengah

Ikuti tulisan menarik gunoto saparie lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler