x

Iklan

Ramdha Mawaddha

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Idrus: Saya Hanya Bisa Menulis

Belasan tahun bergelut di dunia jurnalistik. Redaktur berita internasional ini punya segudang kisah seru di balik layar monitornya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jemarinya bak menari di atas lantai licin. Lincah. Pandangannya lurus ke arah monitor di depannya. Tak tau apa yang sedang serius dikerjakan lelaki berkaca mata itu, saat saya dan teman-teman menghampirinya. Siang itu, dengan senyum sumbringah menyambut kedatangan kami, Sabtu (23/7).

Idrus F. Shahab namanya. Dari parasnya sudah bisa ditebak, meski ia asli Betawi, hidungnya tak bisa bohong jika darah Arab mengalir di tubuhnya. Berprofesi sebagai Redaktur Utama  Majalah Tempo di bagian berita Internasional dan Nusa.

"Sudah 16 tahun, sejak tahun 2000," ucapnya saat ditanya brapa lama dirinya bergelut di majalah feature ini. Idrus begitu sapaan akrabnya, mengawali karir jurnalistik sebagai reporter di Majalah Editorial. Salah satu media yang di beredel zaman Soeharto.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Belasan tahun menjadi jurnalis, membuat Idrus punya banyak pengalaman menarik, khususnya dalam pemberitaan internasional. Menurutnya, tak semua kejadian di luar sana harus diliput. Tapi harus mempunyai kedekatan dengan masyarakat Indonesia. Seperti teror di Madinah. Kedekatannya adalah negeri kita mayoritas muslim sehingga banyak orang yang akan tertarik membacanya.  

Selain itu unsur kekerasan dan drama juga masih menjadi daya tarik pembaca. Sehingga lebih sering memberitakan konflik dari pelbagai negara. Sejauh ini, hambatan yang sering dihadapi adalah memperoleh data, karena biasanya informasi yang tersedia tidak sesuai dengan sudut pandang yang ingin dibicarakan.

Nalurinya boleh dikata memang penulis. Fakta ini membuatnya tetap betah berada di balik komputer. Saat ditanya apakah punya cita cita lain setelah menjadi redaktur. Ia sempat berpikir lama. Dan pada akhirnya mengatakan jika jiwanya sudah di jurnalistik. "Saya tidak ingin kemana mana lagi,” ungkapnya.

Saat ditanya apakah memiliki keinginan menulis sebuah buku, sebuah jawaban lain mencuat ke permukaan. “Jika punya kesempatan saya ingin menulis buku tentang musik,” tegasnya.

Musik klasik. Berangkat dari kegemarannya akan musik ia nyatanya sangat suka menulis hal tentang musik. Berulang kali ia mengatakannya, terlihat, ia sangat mencintai hiburan yang satu ini.  Meski demikian, dirinya tetap senang sebagai redaktur berita internasional.

Ikuti tulisan menarik Ramdha Mawaddha lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB