x

Iklan

Eko Armunanto

There is nothing to writing. All you do is sit down at a typewriter and bleed ― [Ernest Hemingway]
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Gulenist Memberontak, Mengapa?

Imam Gulen ingin Islam di Turki dijalankan secara kultural, sebaliknya Erdogan menjadikannya politis, memimpin Turki secara sekuler dan bahkan belakangan m

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Gulenist adalah pengikut Imam Fethulah Gulen, pemimpin spiritual Turki, orang terkuat kedua setelah Erdogan. Kedua tokoh ini, dan para pengikutnya, adalah penganut Sunni, maka tidak heran jika keduanya sering menjustifikasi pergerakannya menggunakan ayat Quran.

Imam Gulen ingin Islam di Turki dijalankan secara kultural, sebaliknya Erdogan menjadikannya politis, memimpin Turki secara sekuler dan bahkan belakangan menjalin kemesraan dengan mereka yang oleh pengikut Gulen dipandang sebagai musuh: Iran dan Israel.

Turki di bawah Erdogan telah tersesat, kata Imam Gulen. Menurutnya hanya ada satu cara untuk mengembalikan Turki ke "jalan yang benar", yaitu pendidikan Islam. Ide itu disambut antusias oleh semakin banyak kalangan menengah Turki, maka terbentuklah pergerakan Gulenist itu, mendirikan banyak madrasah (sekolah) di seluruh pelosok negeri, bahkan luar negeri, dengan hanya satu semangat saja yaitu menghapus sekularisme Turki. Kaum Gulenist punya sekolah di banyak negara, bahkan Erdogan mengklaim sekolah Gulen ada di enam propinsi Indonesia dan meminta pemerintah Indonesia membubarkannya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kudeta kemarin gagal konon karena Erdogan sangat dicintai rakyatnya, jika benar begitu maka selanjutnya itu berarti rakyat Turki lebih suka Turki tetap menjadi negara sekuler. Mereka tidak ingin kembali ke jaman kekhilafahannya dulu, jaman ketika Turki moncer di bawah kepemimpinan para Sultan.

Kesultanan Utsmaniyah, khilafah Bani Ustmaniyah, khilafah Turki Ustmani, khilafah Islam terakhir di Turki di bawah kepemimpinan Sultan Ambdul Majid II, tumbang pada 1924 oleh gerakan sekularisasi di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Ataturk. Oleh kalangan yang menyebut dirinya "dunia Islam", Kemal Ataturk dikutuk habis. Kemal Ataturk di mata mereka adalah antek Barat, laknatullah terkutuk, melakukan dosa yang bahkan Iblis pun belum pernah melakukannya, yaitu menghancurkan satu rangkaian khilafah Islam terakhir.

"Kami ingin demokrasi, bukan Khalifah Gulen!", begitu teriak warga Turki pendukung Erdogan, Presiden yang setia menjalankan sekularisme warisan Mustafa Kemal Ataturk.

*) Photo by BBC

Ikuti tulisan menarik Eko Armunanto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

9 jam lalu

Terpopuler