x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Apakah Saya Pemimpin Hebat?

Banyak pejabat yang tidak memercayai anak buahnya, kerap menyalahkan orang lain, serta memandang anak buah sebagai ancaman. Anda termasuk di antaranya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Sebagai pejabat publik, banyak orang harus memimpin banyak anak buah. Presiden, menteri, gubernur, hingga bupati/walikota bekerja dengan dibantu oleh banyak pejabat di bawahnya maupun staf yang jumlahnya bisa mencapai hitungan ratusan orang. Para staf menjadi anggota tim besar maupun tim-tim kecil yang dipimpin oleh kepala dinas ataupun kepala bagian.

Sebagian pejabat publik menempatkan diri sebagai ‘pemimpin yang tidak pernah salah’—seperti ungkapan lama, “Raja tidak pernah salah”. Apapun yang mereka putuskan dan apapun tindakan yang mereka lakukan mesti dianggap benar oleh staf dan menjadi landasan bagi keputusan maupun tindakan di jenjang yang lebih bawah. Repotnya, ketika di lapangan terjadi kekisruhan, pejabat jenis ini masih juga berkelit ‘yang salah bukan keputusan saya, tapi eksekusinya’.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sayangnya pula, tidak banyak pejabat publik yang menganggap diri sebagai pemimpin yang sangat mungkin berbuat salah atau keliru dalam memutuskan dan bertindak. Ucapan ‘saya minta maaf’ jarang terucap, seperti halnya juga ucapan ‘terima kasih’ jarang keluar karena pejabat jenis ini menganggap apa yang dilakukan oleh anak buahnya atau anggota timnya sudah semestinya begitu.

Faktanya: seorang pejabat amat mungkin berbuat salah dan pasti tidak mampu menunaikan seluruh tugasnya seorang diri. Ia memerlukan bantuan orang-orang di sekelilingnya serta orang-orang di jenjang lebih bawah. Menghargai anak buah dan anggota tim jauh lebih bermakna dan bermanfaat ketimbang menganggap mereka sebagai orang-orang yang tidak mampu bekerja dengan baik tanpa kehadiran Anda.

“Jika saya cuti, pekerjaan pasti kacau,” adalah contoh pernyataan yang mungkin dilontarkan pemimpin yang meletakkan dirinya sebagai pusat dari lingkungan kerja. Pernyataan tersebut juga ekspresi ketidakpercayaan pemimpin terhadap anggota tim atau anak buahnya. Para ahli manajemen berpendapat, keberhasilan seorang pemimpin dapat diukur dari kinerja tim yang ia pimpin. Bila terjadi kekacauan, itu menunjukkan kegagalannya dalam membangun tim maupun sistem.

Bila Anda bersedia untuk bersikap rendah hati, Anda perlu merenungkan beberapa hal berikut ini.

Pertama, “Apakah saya pemimpin yang mudah menyalahkan orang lain, khususnya anak buah dan anggota tim saya?” Kebiasaan atau kesukaan menimpakan kegagalan atau kesalahan kepada anak buah dan anggota tim memperlihatkan kepribadian Anda—mengambil kredit positif dan memberikan kredit negatif kepada orang lain. Kebiasaan menyalahkan orang lain membuat anak buah dan anggota tim mengambil sikap sangat berhati-hati dalam bertindak, sebab tak ingin dipersalahkan.

Kedua, “Apakah saya tidak memercayai anggota tim dan anak buah?” Jika Anda jarang mendelegasikan tugas kepada anak buah, itu pertanda bahwa Anda kurang atau bahkan tidak memercayai mereka. Anda meragukan kompetensi dan integritas anak buah, sehingga lebih banyak pekerjaan yang Anda selesaikan sendiri. Andaikan Anda tahu, ketidakpercayaan sekaligus cerminan ketidakberhasilan pemimpin dalam membangun sistem serta mengembangkan rasa tanggung jawab dan integritas anggota tim.

Ketiga, “Apakah kehadiran saya lebih menimbulkan rasa takut dan cemas di antara anak buah ketimbang membangkitkan motivasi dan rasa hormat?” Banyak orang yang bekerja dengan baik ketika diancam. Ancaman membuatnya takut—takut dipotong gaji, takut tidak naik pangkat, takut dimarahi, takut salah. Kelihatannya bagus, tapi strategi mengancam akan menciptakan lingkungan kerja yang tidak nyaman bagi lahirnya ide-ide segar dan inovatif. Anggota tim mengikuti instruksi Anda lebih karena rasa takut daripada karena rasa hormat.

Keempat, “Apakah saya memandang anak buah potensial lebih sebagai ancaman daripada sebagai calon pemimpin masa datang yang harus saya persiapkan?” Sebagian pemimpin merasa mendapat pesaing oleh kehadiran anggota tim yang cerdas, cekatan, cepat belajar, dan punya bakat memimpin. Pemimpin jenis ini berusaha keras agar tidak ada ‘matahari kembar’ dalam organisasi atau lingkungan kerja sebab bisa mengusik kewibawaannya.

Kelima, “Apakah saya lebih penting ketimbang tugas saya?”  Jika Anda lebih sibuk mengurus citra (image) Anda di hadapan orang lain ketimbang menenggelamkan diri dalam pekerjaan berarti Anda pemimpin yang self-centric. Anda akan berusaha agar semua hasil pekerjaan terlihat bagus meskipun kenyataannya tidak benar-benar bagus. Anda memerlukan polesan kosmetik agar kinerja Anda tampak bagus sehingga citra Anda sebagai pemimpin tampak mulus.

Sebagai pejabat publik, Anda dapat mengajukan kelima pertanyaan tadi dan menjawabnya secara jujur. (Sumber ilustrasi: workitdaily.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler