x

Mahasiswa Universitas Muhammdiyah menggelar aksi treatrikal perayaan hari sumpah pemuda ke 87 di Makassar, 28 Oktober 2015. Aksi ini mengajak para pemuda untuk menghindari bahaya prostitusi dan narkoba yang mengancam moralitas pemuda dan mengajak sel

Iklan

Abu Solissa

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menakar Nasionalisme Pemuda Indonesia

Pemuda harus hadir dengan perspektif baru, yang bisa membantu mengeluarkan masyarakat dari berbagai kungkungan kebodohan dan kemiskinan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kita baru saja memperingati hari lahirnya sumpah pemuda Indonesia. Peristiwa monumental yang sering dijadikan sebagai momentum penting untuk merefleksi kembali perjuangan pemuda pada tahun 1928. Perayaan ini sudah menjadi tradisi yang sering kali dilakukan oleh berbagai komponen pemuda di tanah air. Ada yang memperingatinya dengan melakukan diskusi-diskusi terbatas, seminar, sampai dengan melakukan aksi protes kepada pemerintah sebagai wujud kepedulian pemuda terhadap persoalan bangsa yang tak kunjung selesai.

Pada konteks tertentu mungkin kita harus sedikit mengapresiasi berbagai cara yang dilakukan oleh pemuda dalam memperingati hari sumpah pemuda, tapi menurut penulis, apa yang dilakukan oleh pemuda hari ini terlalu serimonial dan cenderung menegasikan eksistensi pemuda itu sendiri. Terlalu banyak eforia tentang prestasi pemuda masa lalu yang telah menorehkan prestasi dengan tinta emasnya, sehingga kita hampir lupa bahwa kita hidup di era yang berbeda. Mestinya di era ini kita tidak lagi bernostalgia dan menceritakan kehebatan pemuda masa lalu yang sangat progresif menghimpun berbagai latar belakang perbedaan dan melebur dalam semangat nasionalisme untuk menggulung kolonialisme dari Nusantara, tetapi yang harus menjadi tema diskusi kita adalah bagaimana caranya menghadapi kompetisi global yang sangat terbuka dan kompetitif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Inilah problem kita yang sesungguhnya. Nasionalisme pemuda Indonesia sudah seharusnya diarahkan pada wacana intelektual (kompetensi) sebagai konsekuensi dari melajunya perkembangan jaman yang tak bisa dihindari. Ruang-ruang diskusi yang dapat menunjang semangat belajar dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni sebagai modal untuk berkompetisi di panggung global harus dibuka selebar mungkin biar pemuda tidak terseret oleh arus perubahan. Pemuda Indonesia harus berani mengambil bagian dan terlibat secara langsung dalam merumuskan arah dan masa depan bangsa, karena di tangan pemudalah masa depan bangsa ini ditentukan.

Pemuda harus hadir dengan perspektif baru. Perspektif yang bisa membantu mengeluarkan masyarakat dari berbagai kungkungan kebodohan dan kemiskinan yang selama ini telah menjadi potret kehidupan di tanah air. Pemuda harus menjadi pemasok gagasan-gagasan brilian yang bisa dijadikan sumber inspirasi oleh pemerintah dalam memperbaiki kualitas perekonomian, peningkatan mutu pendidikan, pemerataan pembangunan dan kesejahteraan sosial. Inilah kondisi ideal yang seharusnya dilakukan oleh pemuda, bukan sebaliknya, menyibukan diri dengan perdebatan-perdebatan yang tidak krusial dan subtantif.

Situasi ideal sebagaimana yang di ekspektasikan terhadap pemuda telah mengalami sebuah degradasi yang sangat luar biasa. Polarisasi kepentingan dan menguatnya nasionalisme kedaerahan membuat pemuda terfragmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang memiliki orientasi berbeda. Berbagai konflik kepentingan yang mewarnai dinamika kepemudaan menjadi indikasi kuat bahwa nasionalisme pemuda hari ini sudah tereduksi dan jauh dari substansi sumpah pemuda yang menjadi spirit konsolidasi pemuda 1928. Perdebatan soal suku, ras, dan agama, bahkan jawa dan luar jawa seakan menjadi pembahasan klasik yang tak ada ujungnya, dan hal ini bisa kita saksikan dengan adanya konflik pemuda yang terjadi dalam tubuh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Lembaga yang secara formal mewadahi aspirasi dan semangat pemuda dari sabang sampai merauke itu telah menjadi ajang pertarungan para elit pemuda yang haus akan kekuasaan. Bahkan, konflik di internal KNPI ini cenderung melembaga dan sudah ditunggangi oleh berbagai kepentingan politik di luar KNPI. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyatukan kedua kubu yang berkonflik namun berbagai upaya itu harus kandas dan tak ada kata sepakat.

Persoalan yang terjadi di tengah-tengah dinamika kepemudaan di tubuh KNPI hanyalah bagian kecil dari problem kepemudaan di tanah air yang muncul ke permukaan. Ada banyak lagi persoalan yang kalau diidentifikasi secara serius maka kita akan menemukan suatu kondisi yang sangat miris menimpa pemuda. keterlibatan pemuda dalam berbagai tindakan kriminal, narkoba dan Seks bebas telah menambah daftar panjang problematika kepemudaan di tanah air. Sebuah realitas yang secara esensial telah mereduksi eksistensi pemuda sebagai kelompok yang sering menjadi penyokong perubahan. Masa depan bangsa ini akan suram kalau pemudanya belum siap secara mental dan menyadari bahwa regenerasi kepemimpinan itu adalah sebuah keniscayaan, dan pemudalah yang akan melanjutkan proses kepemimpinan itu. Untuk itu, sumpah pemuda harus dimaknai dalam konteks dan era yang berbeda, kemudian, harus mampu mengkontekstualisasikan dengan situasi yang terjadi hari ini.

 

Abubakar Solissa

Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Paramadina

Ikuti tulisan menarik Abu Solissa lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler