Catatan “Puisi Untuk Negeri”
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBAHY absen di panggung Mata Najwa tadi malam? Kemana? Dan Kenapa?
Semalam (26/11) Mata Najwa menggelar ulathnya yang ke 7. Acara dikemas dengan tema “Puisi untuk Negeri”. Acara yang dipandu Najwa Shihab itu menampilkan banyak tokoh nasional. Ada menteri kabinet kerja. Budayawan. Yang paling menarik hadirnya calon gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Prunama (Ahok) dan Anies Rasyid Baswedan. Acara juga terlihat spesial dengan hadirnya sejumlah undangan istimewa seperti mantan Wakil Presiden, Budiono. Juga pakar tafsir, Prof Muhamad Quraish Shihab yang tak lain ayah kandung Najwa Shihab.
Seperti diketahui, Mata Najwa adalah program talkshow unggulan Metro TV yang dipandu oleh jurnalis senior, Najwa Shihab. Talkshow ini ditayangkan setiap hari Rabu pukul 20:05 hingga 21.30 WIB. Disiarkan perdana sejak 25 November 2009, Mata Najwa konsisten menghadirkan topik-topik menarik dengan narasumber kelas satu. Sejumlah tamu istimewa telah hadir dan berbicara di Mata Najwa, diantaranya Presiden RI ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie (episode: Habibie Hari Ini), Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri (episode: Apa Kata Mega ?), Mantan Wakil Presiden Boediono (episode: Di Balik Diam Boediono), Wakil Presiden Jusuf Kalla (episode: Pemimpin Bernyali), Menteri BUMN Dahlan Iskan (episode: Komandan Koboi), dan Gubernur DKI Jakarta yang sekarang Presiden Indonesia, Joko Widodo.
Acara dibuka dengan penampilan Menteri Kelautan Susi Pudji Astuti dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Keduanya duduk berdampingan terlihat sangat elegan. Enak dilihat, membuat penasaran siapa berikutnya yang akan hadir. Kedua srikandi membacakan puisi. Keduanya tampak tersipu dan terkejut, ketika ditanya siapa diantara ibu yang lebih disayang Presiden? Memang susah juga menjawab pertanyaan seperti itu.
Acara semakin seru saat Mata Najwa mendatangkan calon gubernur Jakarta. Namun sayang, dari tiga cagub yang ada hanya dua yang terlihat memasuki area acara. Satu tak kelihatan batang hidungnya. Ya, Najwa mempersilahkan Basuki Tjahja Prunama (Ahok) dan Anies Rasyid Baswedan duduk terlebih dahulu bersama undangan lain sebelum maju ke meja Mata Najwa. Kemana Agus Harimurti Yudhoyono?
Pertanyaan di atas pasti menggelantung di alam pikir setiap yang menyaksikan acara unggulan TV miliki Surya Paloh tersebut. Kenapa tak hadir? Semula saya menduga ia tak diundang. Ternyata prasangka buruk saya salah. Najwa Shihab meminta maaf karena AHY berhalangan datang. Dan ungkapan tuan rumah tersebut tidak bohong. Pasalnya saat mengarahkan pemirsa melihat tayangan tentang Ahok dan Anies justru yang muncul pertama adalah prihal AHY. Mungkin itu dipersiapkan untuk ketiganya.
Seingat saya, sebelumnya tim pemenangan AHY juga absen memenuhi undangan Mata Najwa. Alasan yang dikemukakan ke publik saat itu karena faktor kesibukan. Untuk kali ini, Najwa Shihab tak mengulas lebih jauh sebab ketidakhadiran cagub besutan koalisi Cekeas ini. Ini memang disayangkan. Ketidakhadiran AHY akan ditafsirkan masyarakat beragam. Dan tafsir itu akan berujung pada plus-minus. Positif-negatif. Untung-rugi bagi cagub bernomor urut 3 tersebut.
Terlepas dari itu, ketidakhadiran AHY semoga bukan karena hal-hal berikut. Pertama, karena faktor kesehatan. Kelelahan misalnya. Sebab, sebagai cagub dibutuhkan kesehatan prima. Menjadi cagub (apalagi nanti jika menang jadi gubernur) akan menguras tenaga dan pikiran. Agenda mereka sangat padat. Mereka kudu bisa membagi waktu secara baik. Mereka tidak bisa seperti kita rakyat jelata yang bisa hidup seenaknya. Dan sebagai calon pemimpin, AHY wajib membiasakan diri untuk itu. Selama 24 jam AHY akan dibutuhkan oleh rakyat Jakarta jika menjadi gubernur. Pelayanan akan tak maksimal tentunya jika fisik melemah apalagi sakit.
Kedua, karena tidak percaya diri. Merasa takut. Dalam penampilan sebelumnya (pertama setelah menjadi cagub) di Mata Najwa AHY dinilai banyak kalangan sering tersudutkan, terpojok oleh pertanyaan cerdas dan usil Najwa. Sehingga pemirsa menjadi saksi nikmatnya kopi yang berada di meja Mata Najwa. Saat itu, AHY kerap kali menyrutup (meminum) kopi yang ada di depan matanya.
Apalagi, kali ini ia akan berhadapan langsung dengan para pesaingnya di depan publik. Pastinya, memilki bobot tersendiri. Belum lagi, rentetan kejadian sebelumnya terkait kasus penistaan agama oleh Ahok dimana banyak pihak mengarahkan tudingan ke ayahnya, SBY sebagai pelaku di balik aksi 411 yang memaksa Ahok menelan pil pahit sebagai tersangka.
Ketiga, upaya melokalisir pertarungan. Mengasumsikan diri bakal menang di putaran pertama bakal berhadapan dengan salah satu dari keduanya yang hadir (Ahok-Anis). Keyakinan menang seperti itu sah saja. Apalagi sekarang saat ada beberapa hasil survei yang memposisikan dirinya lolos di putaran pertama. Tapi, hal itu kurang menguntungkan ketika ditafsirkan sebagai isyarat bakal bersatunya Ahok-Anies di putaran kedua melawan dirinya. Bersatunya dua kubu itu bukan sesuatu yang mustahil melihat kedekatan Jokowi-Prabowo akhir-akhir ini. Atau Anies sebagai mantan anak buah Jokowi di kabinet kerja.
Walau AHY tak hadir, Puisi Untuk Negeri tetap meriah. Menurut hemat saya, sayang sekali AHY tak hadir. Kalau AHY hadir publik dapat menyaksikan kedewasaan, kematangan yang bersangkutan di tengah klaim publik sebagai anak ingusan. Para pendukungnya pun akan terpuaskan melihat kandidat yang dijagokan bersanding dengan kandidat lain di pentas mega Mata Najwa yang disaksikan jutaan pemirsa TV di tanah air. Ke depan, AHY diharapkan tak menyianyiakan panggung. Apalagi nanti waktu debat kandidat. AHY wajib hadir. Ga terbayang, jika dia absen dengan alasan tak jelas.
Puisi Untuk Negeri juga menghadirkan Selamet Raharjo yang membacakan puisi tentang kenangan. Butet Kertaredjasa membacakan puisi KH Mustofa Bisri, Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat. Kemudian ada Cristine Hakim dan Ario Bayu membawakan puisi WS Rendra, Sagu Ambon. Sekali lagi sayang AHY tak hadir. Andai hadir, Ahok dan Anies akan senang membacakan puisi bersamanya.
Terakhir, selamat buat Mata Najwa. Karya-karya besarmu ditunggu pemirsa. Kehadiranmu telah mencerahkan. Acara-acara TV sepertimu yang dinanti masyarakat Indonesia. Sekali lagi, selamat HUT ke 7. Jaya selalu.Wa Allahu Alam.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Kepala Sekolah Sepi Peminat, Kenapa?
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBMenumbuhkan Budaya Menulis Siswa
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler