x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Senjata Pusaka Bugis

Makna senjata pusaka Bugis dalam tata nilai, kepribadian dan budaya Bugis

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Senjata Pusaka Bugis

Penulis: Ahmad Ubbe, Andi M. Irwan Zulfikar, Dray Vibrianto Senewe

Tahun Terbit: 2011

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama                                                                         

Tebal: 366

ISBN: 978-979-22-7729-6

Polo bessi adalah istilah Bugis untuk senjata pusaka atau besi mulia, atau semacam tosan aji dalam Bahasa Jawa (hal. 19). Bugis memiliki berbagai jenis senjata dari besi. Diantaranya adalah badik, keris, parang, pedang dan tombak. Seperti halnya keris Jawa, senjata berbahan besi di Bugis juga memiliki pamor. Pamor inilah yang membuat senjata-senjata Bugis elok dipandang. Pamor yang dalam Bahasa Bugis disebut ure’ memiliki unsur visual sebagai simbol dan membawa arti tertentu untuk menginspirasi perbaikan jiwa, mental, dan ideologi seseorang.

Sejarah logam besi di Sulawesi sudah ada setidaknya dari abas 14. Luwu menjadi pengekspor besi ke Jawa dan daerah-daerah lain, seperti Maluku (hal. 31).  Bahkan Luwu sudah mengenkspor senjata berbahan dasar logam ke Maluku pada abad 16.

Polo bessi adalah benda kebudayaan, sedangkan pamor adalah arsip yang bisa mengungkap pandangan, gagasan, harapan dan perilaku pemiliknya. Membahas polo bessi dan pamornya adalah membahas budaya dimana polo bessi tersebut lahir. Sebagai benda wujud kebudayaan, polo bessi, pamor, dan perabotnya, diciptakan dan digunakan atas landasan pemikiran dan gagasan tentang tata nilai baik menurut kebiasaan hidup yang dihayati masyarakat yang melahirkannya (hal. 25). Buku ini berupaya membahas kaitan antara senjata-senjata logam masyarakat Bugis dengan budaya Bugis. Ahmad Ubbe menjelaskan hubungan antara polo bessi dengan kebudayaan (Sulawesi Selatan, khususnya Bugis), sejarah singkat pembuatan senjata logam di masyarakat Bugis, polo bessi dan pelapisan masyarakat, polo bessi dan kekuasaan dan polo bessi hubungannya dengan kekuatan dan landasan spiritual. Ubbe juga membahas secara khusus motif dan pola pamor.

Sedangkan Andi Irwan Zulfikar membahas ganjang (keris) Bugis dan teknik-teknik pembuatannya. Teknik pembuatan pamor di Bugis tak beda dengan teknik pembuatan pamor di jawa. Untuk membuat pamor, mereka juga menggunakan percampuran beberapa jenis logam. Teknik untuk menciptakan pamor tertentu dilakukan dengan posisi pemrosesan penempaan logam tersebut. Namun, selain pamor-pamor yang diharapkan, seringkali juga muncul pamor yang tercipta tanpa diperkirakan sebelumnya. Pamor yang demikian disebut sebagai pamor tiban, yang umumnya lebih indah dan unik. Selain membahas pembuatan keris Bugis, Zulfikat juga menjelaskan berbagai asesoris ganjang. Ia membahas warangka, pangulu (pegangan) dan bentuk-bentuknya, passio atau tali yang mengikat bagian luar sarung ganjang.

Dray Vibrianto Senewe membahas secara khusus badik Bugis. Ia membeberkan beberapa jenis badik dan kegunaannya. Selanjutnya Senewe menjelaskan bahwa badik bagi orang Bugis bukanlah sekedar senjata tikam. Badik juga melambangkan status, pribadi, dan karakter pembawanya (hal. 169).

Buku ini dilengkapi dengan transliterasi dan terjemahan Lontara’ tentang tanda baik buruk (sisi’) keris, badik, pedang dan parang (hal. 173 – 186). Dalam terjemahan lontara’ ini dilengkapi gambar-gambar berbagai pamor senjata Bugis dan artinya. Di bagian akhir buku ini Ahmad Ubbe menyajikan berbagai keris (ganjang) Bugis yang terkenal (hal. 191 – 366) lengkap dengan foto-fotonya nan eksotik.

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB