Bersyukur itu Menyehatkan

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berbagai hasil kajian menyimpulkan bahwa bersyukur memberi banyak manfaat bagi hidup kita.

 

“Marilah kita berterima kasih kepada orang-orang yang membuat kita bahagia. Mereka juru taman yang tampan, yang membuat jiwa kita berbunga-bunga.”
--Marcel Proust

 

Bila kita punya waktu barang sejenak untuk merenung: apakah kita semakin menjadi manusia yang pandai bersyukur? Bila kita punya waktu untuk melihat bersyukur dari sudut pandang yang lebih luas dari yang mungkin kita pahami saat ini, akan tampaklah bahwa bersyukur itu menyehatkan—bukan hanya bagi individu, tapi juga sosial.

Mereka yang bersyukur akan menghargai kebaikan yang ia terima, dan karena itu ia terdorong untuk berbuat baik kepada yang lain. Saling menghargai ini bukan hanya membuat individu mampu bertahan menghadapi tantangan hidup, tapi juga berkontribusi terhadap kerekatan masyarakat. Saban hari, kita mungkin terlampau sibuk dengan beragam urusan, sehingga kita terkoneksi dengan orang lain dalam situasi yang lebih manusiawi—di tengah tekanan kesibukan ini, kita menderita kesepian, mudah marah. Bersyukur, dalam konteks ini, bertindak sebagai koreksi.

Berterima kasih kepada orang lain adalah bagian dari rasa syukur, asalkan bukan sekedar basa-basi, bukan ucapan terima kasih yang terlontar sambil lalu, yang tidak berasa sama sekali. Bersyukur lebih dari itu, di dalamnya ada renungan tentang apa yang sudah kita peroleh dan menghargainya. Ini mendorong kita beranjak ke jenjang lebih tinggi sebagai manusia.

Sejumlah riset menunjukkan bahwa rasa syukur membuat kita hidup lebih sehat. Bersyukur membuat kita kurang merasa tertekan sehingga menurunkan tekanan darah serta menurunkan produksi hormon stres. Ini membuat jantung kita mampu bekerja lebih sehat. Secara praktis, menurut riset ini, mereka mengungkapkan rasa syukur dengan menghargai hidup dan menghindari tindakan yang merugikan, seperti merokok dan minum alkohol.

Para psikolog juga menyebut, bersyukur membuat kita lebih bahagia. Mereka yang mengungkapkan rasa terima kasih kepada siapapun yang telah berbuat kebaikan kepada dirinya akan merasa lebih bahagia. Orang-orang yang bersyukur cenderung berperilaku pro-sosial, sekalipun orang lain mungkin bersikap kurang menyenangkan. Mereka bersikap lebih sensitif dan berempati terhadap orang lain. Hasrat mereka untuk membalas dendam juga menurun.

Menarik pula, bahwa bersyukur ternyata meningkatkan kapasitas energi kita. Mereka yang bersyukur menunjukkan peningkatan vitalitas hidup. Mereka hidup lebih bersemangat. Bersyukur bertautan dengan sikap optimistis dalam menghadapi hidup. Mereka yang optimistis, menurut hasil kajian tim riset University of Utah, memiliki imunitas yang lebih tangguh dibandingkan dengan mereka yang pesimistis.

Karena itu pula, bersyukur membuat kita lebih tahan banting. Ketika organ-organ tubuh kita memperoleh manfaat dari rasa syukur—karena ketegangan menurun, otak kita pun berusaha menemukan hal-hal positif dalam situasi apapun. Kita menjadi lebih mudah untuk bangkit dari kehilangan dan trauma. Bersyukur membuat hidup kita lebih kuat, baik dalam keberuntungan maupun kemalangan.

Sebuah kajian yang diterbitkan di Behavior Research and Theraphy, 2006, menyebutkan bahwa para veteran Perang Vietnam dengan tingkat rasa syukur yang lebih tinggi mengalami gangguan stres pos-traumatik yang lebih rendah. Begitu pula, studi tahun 2003 yang diterbitkan di Journal of Personality and Social Psychology menyebutkan bahwa rasa syukur merupakan penyumbang utama bagi kebangkitan individu menyusul serangan teroris pada 11 September 2001. Artinya, rasa syukur membuat kita lebih kuat menghadapi masa-masa sukar.

Tak kalah penting, bersyukur membuat hubungan kita dengan orang lain jadi lebih baik. Kita lebih menghargai kebaikan orang lain, sehingga sikap kita terhadap orang lain pun bertambah baik. Mengapa hal ini terjadi? Sistem saraf kita tidak bekerja terlalu keras, sebab tidak ada hal-hal buruk dalam relasi kita yang menyita pikiran.

Bersyukur membuat kita jadi orang yang lebih menyenangkan. Ketika rasa terima kasih maupun rasa syukur diungkapkan, tubuh kita—khususnya otak—memberi respons positif. Ketika kita mengungkapkan terima kasih kepada pasangan, sejawat, teman, ia pun akan merasa bersyukur. Bersyukur menguarkan energi relasi positif kepada lingkungan yang bersifat timbal-balik. **

Bagikan Artikel Ini
img-content
dian basuki

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler