Jurnal Mitigasi - Litigasi Supervisi Sosial dan Politik - Kolom ini hadir sebagai ruang refleksi atas dinamika demokrasi Indonesia pasca-Reformasi, ketika masyarakat sipil terus mencari cara untuk menegakkan kontrol terhadap negara. -Mitigasi - dipahami sebagai upaya pencegahan konflik sosial dan politik, sementara - Litigasi - merujuk pada proses penegakan hukum serta penyelesaian sengketa yang lahir dari ketegangan sipil-militer maupun antar-aktor politik. Melalui perspektif supervisi sosial, kolom ini menyoroti bagaimana lembaga non-pemerintah, media, serta komunitas akademik berperan sebagai pengawas kritis. Tujuannya jelas: memastikan demokrasi tidak hanya menjadi prosedur elektoral, tetapi juga praktik yang berpihak pada keadilan sosial. Dalam lingkup politik, kolom ini mengurai fenomena - grey area - purnawirawan militer, problem akuntabilitas hukum, hingga dilema skeptisisme publik terhadap institusi negara. Semua dibaca bukan semata dari sisi hukum formal, melainkan juga sebagai gejala sosiologis yang memengaruhi hubungan kekuasaan dan kepercayaan publik. Jurnal Mitigasi - Litigasi Supervisi Sosial dan Politik - bukan hanya catatan akademik, melainkan juga ajakan untuk terus mengawal reformasi. Bahwa demokrasi sejati hanya dapat tumbuh bila ada keseimbangan antara negara yang berkuasa dan masyarakat yang berdaya mengawasi.
Prahara dan Kecamuk
1 jam lalu
Wahai jiwa-jiwa yang pecah Pikiran yang pecah - pecahlah dalam keheningan
Wahai jiwa-jiwa yang pecah
Pikiran yang pecah - pecahlah dalam keheningan
Malam dan gelap, sunyi pun telah tiba di relung hatimu
Nalar dan nganga pada rintih derita
Berkecemuk badai prahara di ujung senja
Malam telah tiba - dalam kiamat utopia
Kini berlabuhlah pada ketiadaan yang tak ada
Pada kenyataan yang nyata -
Sublim waktu manakala pagi di singsing lengan
Para anak sekolah berkerjaran
- dengan takdir waktu
berlomba dengan nasib - Lari dari angkara diri sendiri
Wahai jiwa-jiwa yang pecah
Dan pikiran yang terbelah - dengarkalah
Sukmaku telah menjadi abu
Dalam rindu aku termangu.
Ahmad Wansa Al-faiz,
Bandar Lampung, 13 September 2025.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Prahara dan Kecamuk
1 jam laluBaca Juga
Artikel Terpopuler