x

Dua orang pengunjung saat menyambut matahari terbit tahun 2017 di pantai Bonci, Sydney, Australia, 1 Januari 2017. REUTERS/Jason Reed

Iklan

Pakde Djoko

Seni Budaya, ruang baca, Essay, buku
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

2016 Tahun Gaduh,Sambut 2017 dengan Semangat Baru

Status-status di facebook dan twitter dan di media sosial lainnya ramai dengan ujaran-ujaran bernada kebencian,

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tahun Berita Hoax

Tahun 2016 tahun penuh dinamika tahun yang penuh dengan berbagai gejolak. Banyak hal perlu direnungi dan dievaluasi. Paling tidak penulis mencatat beberapa hal dalam bidang politik yang sempat menyedot perhatian publik. Salah satu nama yang menjadi perhatian adalah Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama. Nama Ahok menjadi trending topik setelah dianggap menghina atau menistas agama Islam dengan tayangan videonya di Pulau Seribu, ia mengutip ayat Alquran yaitu di Almaidah . Ahok Menyayangkan bahwa ayat almaidah diselewengkan untuk menjelek-jelekkan pemimpin yang sedang berkuasa oleh orang politik. Video itu kemudian diupload kembali tetapi ada yang sengaja memotong beberapa bagian sehingga terkesan Ahok menistakan agama Islam. Video ini menjadi viral dan menimbulkan perpecahan di antara umat beragama di Indonesia. Bagi sebagian umat Islam ada yang tidak terima dengan video Ahok dan membuat gerakan untuk memenjarakan Ahok. Sementara sebagian lainnya menganggap video Ahok itu tidak bernada menistakan. Orang harus melihat versi aslinya dan berpikir jernih untuk menelaah ucapan-ucapan Ahok.

Banyak pihak merasa pernyataan Ahok telah menyakiti umat Islam Indonesia bahkan seluruh dunia, mereka kemudian berusaha menggalang umat untuk memenjarakan Ahok dan dijebloskan ke penjara. Ormas-ormas radikal-ormas-ormas garis keras serta MUI bergerak untuk menggiring opini publik bahwa Ahok telah menistakan agama dan dihukum seberat-beratnya. Di satu sisi Ahok tengah berjuang untuk ikut serta dalam pemilihan Kepala daerah DKI Jakarta. Politikpun kemudian terhubung dengan posisi sulit Ahok dan dimanfaatkan betul untuk mengeruk suara oleh lawan politiknya. Padahal rekam jejak di Jakarta sedang bagus. Banyak kemajuan yang tercapai saat Ahok memimpin di Jakarta. Tapi bias SARA dan kasus yang tiba-tiba mencengkeram Ahok menjadikan sementara Ahok terjun bebas(Dari penelitian beberapa survey;Bukan opini penulis). Banyak survey yang menempatkan Ahok di bawah lawan politiknya. Bahkan setelah kasus Ahok media sosial seperti terbelah. Pembicaraan rawan tentang agama tentang ideologi, tentang bangkitnya komunis, tentang kafir, tentang mayoritas dan minoritas, tentang atribut-atribut yang tidak boleh digunakan Umat Islam saat menjelang Natal menjadi seru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 Jika mengikuti desas desus, berita-berita di Sosmed terasa menyedihkan. Indonesia seakan-akan tersekat oleh bias perbedaan yang membuat mereka bertengkar, beradu argumen siapa benar siapa salah, siapa yang berhak disebut pahlawan, siapa yang dianggap menistakan agama. Rasa kebangsaan akhirnya menjadi tercabik-cabik antara yang pro Binneka Tunggal Ika dan yang berusaha membentuk opini publik bahwa  Indonesia harus menjadi negara agama. Klaim-klaim kebenaran dan berita-berita yang entah benar entah tidak banyak menyerbu ruang maya masyarakat yang sedang demam gadget, demam internet. Etika jurnalistik santun dan berimbangpun akhirnya terjungkal. Ada yang membuat berita berdasarkan opini pribadi, ada yang membuat berita dari cuplikan-cuplikan di blog yang entah apakah bisa dipertanggungjawabkan  autentitasnya. Semua ingin membuat berita, menjadi citizen Journalis yang merasa berhak membuat informasi dan menjadikan dunia maya bergemuruh. Status-status di Facebook, twitter dan du media sosial lainnya ramai bernada ujaran kebencian  bahkan ada yang  mempertanyakan kepahlawanan tokoh-tokoh yang ada di uang terbaru yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia baru-baru ini.

Yang penulis tangkap dari  tahun 2016 ini adalah bahwa banyak orang terseret dalam arus opini yang sengaja dihembuskan agar pemerintah menjadi goyah, pemerintah terkesan lemah, kurang berwibawa. Masyarakat terbelah dalam dukung mendukung  tokoh,dan dengan enteng menyebarkan berita bohong yang belum tentu bisa dipertanggungjawabkan realitasnya. Masyarakat harus pintar membedakan berita sampah, Hoax, gosip. Jangan hanya melihat satu situs berita saja tapi harusnya  berimbang. Kadang jika mengikuti arus opini massa penulis merasa stres. Banyak netizen yang dengan entengnya memaki Presiden, mempertanyakan kepemimpinannya dengan bahasa yang kasar, seperti tidak pernah mengenyam pendidikan. Lalu apa fungsi pendidikan jika ternyata banyak orang dengan entengnya menghujat dan merendahkan hanya karena opini pribadi, opini yang belum tentu benar.

Sebagai penulis kadang saya ngeri inikah potret generasi melek teknologi. Sangat mudah menulis dan memberikan opini di Medsos tapi tanpa dipikir jauh-jauh terutama dampaknya terhadap kesatuan dan persatuan bangsa. Alangkah sedihnya para pahlawan melihat generasi yang senang menghujat, menuntut dan mengritik tapi tidak punya solusi bagaimana memperbaiki kehidupan bangsa dengan bekerja keras, kreatif menciptakan pekerjaan dan siap bertarung dengan tenaga kerja asing dalam hal kualitas kerja. Pekerjaan mengeluh, menghasut, dan mengkritik itu jauh lebih mudah tapi akan susah jika bisa menciptakan jalur tenaga kerja, memacu diri menghadapi era globalisasi(siapa yang punya kemampuan dalam hal keahlian dia yang akan bisa bersaing menghadapi globalisasi dan arus bebas tenaga kerja di seluruh penjuru dunia).

Para kreator portal berita, blog-blog yang jutaan jumlahnya anda layak memberi sajian berita positif dengan mengetengahkan anak- anak muda kreatif yang berusaha menciptakan terobosan kreatif dengan memanfaatkan teknologi canggih. Menjadi startup, menjadi entrepreneur di bidang jasa, selling, bisnis via internet. Jangan lagi memproduksi berita sampah yang tidak tahu juntrungannya. Jangan senang bisa memecah belah masyarakat dengan berita hoax.Tantangan Indonesia ke depan sangat kompleks butuh tangan tangan kreatif generasi muda membangun semangat entrepreneur(kewirausahaan).

Resolusi

Semoga 2017 menjadi tahun bergairah bagi generasi muda untuk bisa menciptakan peluang kerja(bukan mencari pekerjaan). Pemerintah butuh masyarakat yang bergairah dalam bersaing bukan mereka yang menelan mentah-mentah berita-berita gosip sehingga terprovokasi dan imbasnya muncul terorisme, tindakan intoleran, SARA dan kegaduhan yang merambat menjadi biang perpecahan bangsa. Jangan sampai dunia internasional tertawa karena penduduk Indonesia dengan mudahnya diadu domba oleh berita yang tidak penting.

Selamat Tahun Baru 2017

Ikuti tulisan menarik Pakde Djoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB