Berita Hoax dan Tanggung Jawab Pendidikan

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berita hoax adalah fakta di sekeliling kita. Berita hoax akan hampa, tak bermakna jika masyarakat cerdas menyikapinya.

 

Berita hoax sekarang menjadi ancaman serius bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Seperti dimaklumi, informasi di sekitar kita dipenuhi dengan kebohongan,  ujaran kebencian, dan fitnah. Hoak memenuhi ruang dunia maya. Media sosial seperti Facebook dijadikan tempat menyebar fitnah, kebohongan. Berita hoax telah mengadu domba antara komponen anak bangsa. Berita hoax menciptakan kegaduhan di tengan masyarakat.

Berita hoax sangat berbahaya itu tak hanya soal politik di Jakarta misalnya. Dalam kehidupan keseharian pun bisa mendatangkan mudharat besar . Paling mutakhir, apa yan terjadi di Kabupaten Indramayu. Seperti diberitakan harian Radar Cirebon (11/1), sedikitnya 90 rumah di Desa Curug, Kecamatan Kandanghaur, rusak akibat  aksi massa dari tiga desa tetangga. Penyerangan dilakukan karena massa termakan berita hoax di Facebook soal salah seorang pemuda desa tetangga yang disebut-sebut meninggal dunia diduga akibat dikeroyok oleh sekelompok pemuda asal Desa Curug. Massa cukup banyak membuat puluhan personil kepolisian dibantu TNI tidak mampu bertindak. Massa yang sudah emosi merangsek masuk ke Desa Curug. Mereka merusak puluhan rumah di Blok Bojong. Ini memperhatinkan.

Keprihatinan tersebut telah  dirasakan oleh Presiden Jokowi jauh hari.  Saat mengunjungi  Pondok Pesantren At Taufiqyah Pekalongan minggu lalu,  Presiden Joko Widodo mengajak para santri untuk mensyiarkan perilaku akhlakul karimah dengan bersopan santun, berbudi pekerti dalam keseharian serta menghindari kabar fitnah. Presiden mengajak semua guna bersama-sama mengembangkan nilai-nilai kesantunan, kesopanan, budi pekerti yang baik. Menurut Kepala Negara, para santri mempunyai peran penting serta potensi besar dalam menyebarkan nilai-nilai kebaikan yang diajarkan oleh pondok pesantren kepada masyarakat.

Keperihatinan yang sama dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Belum lama di sejumlah kota, telah  dideklarasikan Masyarakat Indonesia Anti Hoax. Di Jakarta, acara tersebut di selenggarakan  di area care Free Day, Jalan M.H Thamrin. Dalam kesempatan itu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara mengatakan, Pemerintah concern (peduli) terhadap merebaknya hoax di berbagai media sosial. Pemerintah bukan tidak ingin dikritik. Kritik akan diterima oleh Pemerintah. Tetapi yang terutama adalah bagaimana Indonesia ini memiliki dunia maya yang lebih sehat, lebih bermanfaat, lebih bermartabat serta berkualitas bagi seluruh masyarakat. Menurutnya,  penapisan atau pemblokiran merupakan langkah terakhir yang dilakukan pemerintah karena keberhasilan Pemerintah bukan banyaknya situs yang telah diblokir.

Sebelum lebih jauh,  apa sebenarnya berita hoax itu? Hoax bisa diartikan dengan banyak kata meski artinya sama saja. Yaitu, tipuan, menipu, kabar burung, berita bohong, pemberitaan palsu, informasi palsu dan lainya. Dalam wikipedia bahasa Indonesia, hoax diartikan sebagai usaha untuk menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut adalah palsu.

Tanggungjawab pendidikan

          Berita hoax telah mengoyak generasi muda. Pasalnya, pengguna media sosial mayoritas adalah mereka yang masih berusia mudah. Tak sedikit pula yang masih berstatus sebagai pelajar. Anak usia SD, SMP saja sekarang banyak yang sudah aktif di media sosia. Mereka memiliki akun di Facebook, BBM, Instagram atau lainnya. Terlebih mereka yang duduk di bangku SMA atau yang telah kuliah. Jangan tanya, mungkin hampir semua berselancar di dunia maya.

Sebab itu, berita hoax menjadi tanggungjawab pendidikan. Para pendidk dituntut cermat dalam membaca keadaan. Kehadiran mereka dalam menangkal berita hoax terhadap anak didik sangat dibutuhkan. Sekolah, guru kudu memberi pembelajaran, pengajaran dan pendidikan terkait bahaya berita hoax tersebut. Karenanya, menurut hemat saya, langkah-langkah berikut dapat diambil oleh dunia pendidikan kita. (Pemerintah, sekolah, pendidik).  Sebuah langkah guna mengantisipasi mudharat berita hoax. Pertama, menanamkan kejujuran lebih kuat lagi. Sebenarnya dalam pendidikan kita ada yang disebut dengan pendidikan karakter. Yakni upaya menanamkan karakter baik pada peserta didik. Pendidikan karakter menjadi bagian integral dalam setiap mata pelajarann. Kemeterian Pendidikan (Kemendikbud) telah merumuskan 18 karakter yang wajib ditanamkan pada peserta didik. Salah satunya adalah soal kejujuran. Pembiasaan jujur sejak dini itu penting. Mulailah dari hal-hal kecil di dalam kelas. Biasakan peserta didik jujur dalam berkata, bersikap juga dalam mengerjakan soal yang diberikan.  Jujur akan membiasakan mereka menyampaikan berita benar, akurat. Sehingga mereka tak akan membuat berita hoax di media sosial.

Kedua, membiasakan tabayun pada peserta didik. Secara bahasa tabayun memilki arti mencari kejelasan tentang sesuatu sampai jelas  benar keadaanya. Tabayun adalah meneliti dan menyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan masalah baik dalam hal hukum, agama, kebijakan publik, sosial-politik dan sebagainya hingga menjadi jelas permasalahannya.

Ketiga, menanamkan keteladanan sifat wajib bagi nabi/rasul. Seperti diketahui  ada empat sifat wajib rosul yang kudu diteladani. Yaitu sidiq, fathonah, amanah, dan tablig. Dalam menangkal berita hoax, sifat siddiq, fathonah dan tablig patut ditanamkan lebih kuat pada generasi muda. Siddiq artinya benar. Ini mengajarkan agar kita selalu berkata benar, sesuai kenyataan. Bicaralah dengan fakta. Tulislah apa yang ada, yang terjadi. Tidak mengada-ada.       

Fathonah diartikan cerdas dalam segala hal. Cerdas dalam membaca dan mencerna berita, memilah dan memilih bacaan. Cerdas dalam bersikap. Juga, cerdas dalam berkata dan menulis sesuatu di media sosial. Untuk itu bekalilah peserta didik dengan berbagai pengetahuan. Ajaklah mereka gemar membaca. Membaca merupakan jendela dunia. Membaca mendatangkan ilmu. Berbekal ilmu, mereka menjadi cerdas menyikapi berita hoax.

Tablig artinya menyampaikan. Tablig adalah kemampuan berkomunikasi dengan baik. Informasi jika disampaikan dengan cara tidak tepat akan dipahami secara selah oleh yang lain.  Kemampuan komunikasi selayaknya dilatih mulai dari sekolah. Peserta didik dibiasakan menulis. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dicanangkan Pemerintah kudu dilaksanakan dengan baik.

Singkat kata, berita hoax adalah fakta di sekeliling kita. Berita hoax akan hampa, tak bermakna jika masyarakat cerdas menyikapinya. Hoax tak akan berpengaruh kalau kita semua bisa membedakanya dengan berita yang benar. Dan pastinya, para penyebar hoax akan menyesal karena tak memperoleh respon yang diinginkan.  Wa Allahu Alam

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Amirudin Mahmud

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Kepala Sekolah Sepi Peminat, Kenapa?

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
img-content

Menumbuhkan Budaya Menulis Siswa

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler