x

Iklan

Syarif Yunus

Pemerhati pendidikan dan pekerja sosial yang apa adanya
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Filosofi Singkong; Tetap Tumbuh Tanpa Intrik

Singkong, tanaman yang gak ribet dan tanpa intrik. Tetap tumbuh dalam keadaan apapun. Pangkat dan harta boleh meninggi, tapi tetap manfaat "ke bawah".

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kalo ada tanaman yang hidupnya gak ribet, dalam kondisi apapun. Tapi tetap tumbuh menjulang dan membesar. Itulah pohon singkong. Mau musim panas atau hujan, mau musim pilkada atau gak. Singkong atau manihot utilissima tetap tumbuh.

 

Hebatnya, singkong itu gak ribet. Dia tetap tumbuh dalam keadaan apapun. Simpel dan alami, tanpa rekayasa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Zaman now. Banyak orang pergi ke mal, ke super market beli makanan ringan yang gurih renyah. Ehh, gak taunya itu terbuat dari singkong. Jangankan orang, singkong juga kalo di “make up”, dibumbui jadinya ciamikk, enak dan gak ada duanya.

 

Singkong, boleh dibilang makanan kaum alit. Bukan kaum elit. Tapi tahukah kita?

Kalo ada tanaman yang semua bagian pohonnya berguna, itu dimiliki pohon singkong. Daunnya bisa buat lalapan atau sayur. Batangnya sering dijadikan pagar atawa ditanam kembali. Buahnya, nikmat luar biasa. Hebatnya lagi, pohon singkong saat tumbuh meninggi, menjulang tinggi setinggi apapun. Tapi bagian yang membesar, tetap bagian bawahnya, akar yang menjadi buahnya.

 

Begitu harusnya manusia.

Siapapun, boleh meninggi atau menjulang mau jadi apapun. Pangkat, harta, kedudukan atau status sosial. Tapi manfaatnya harus tetap terasa sampai "ke bawah", ke orang-orang yang membutuhkan. Karena buat apa tinggi, tapi untuk diri sendiri doang.

 

Singkong itu gak keren. Begitu kata sebagian orang. Iya karena singkong dianggap panganan orang kampung. Maka gak keren. Wajar.

 

Tapi kita sering lupa. Hari ini banyak orang keren karena rekayasa. Keren bukan aslinya, bukan apa adanya. Beda sama singkong yang selalu tumbuh alamiah. Sederhana, hidup tanpa intrik. Singkong, biar tinggi biar besar, sama sekali gak mau gagah-gagahan. Gak mau ribet, gak mau nyinyir pada pohon singkong lainnya.

 

Sementara di luar sana. Banyak orang yang mengajarkan pentingnya HIDUPNYA SEDERHANA. Tapi faktanya, mereka tidak hidup sederhana, memaksa ikut gaya hidup orang kebanyakan. Bisa jadi, mereka sudah lama tidak makan singkong.

 

SINGKONG, nama kerennya "manihot utilissima". Itu simbol kesederhanaan yang paling pas. Nrimo ing pandum, menerima apa adanya. Kalo kata agama; bersifat qona’ah.

Saking sederhananya, singkong itu bisa tumbuh dan eksis di mana saja. Tapi tetap rendah hati, tetap tak mau menampakkan buahnya. Mau musim panas atau hujan, singkong tetap tumbuh. Gak pernah mengeluh. Tetap tegar, berdiri tegak. Lalu menebar manfaat dan bisa dinikmati siapapun.

 

Apa artinya singkong?

Kalo zaman now, banyak orang yang sombong, maunya menyalahkan orang lain. Merasa benar sendiri, nyinyir tiada akhir. Hidup konsumeris dan doyan gagah-gagahan. Bahkan gemar membenci atau menghujat satu sama lainnya. BISA JADI, MEREKA GAK DOYAN MAKAN SINGKONG ….

 

Dari singkong, kita bisa sedikit belajar. Tentang HIDUP yang lebih ACCEPTABLE, BERTERIMA DI SEGALA RUANG DAN WAKTU. TANPA GENGSI TANPA KELUH KESAH. GAK PERLU RIBET TAPI TETAP TUMBUH.

 

Singkong itu bukti.

Bahwa hidup harus tetap tumbuh dengan alami, apa adanya. Karena singkong, mampu menjadikan hidupnya lebih bermakna buat siapapun. Salam singkong nan ciamikk !!

Ikuti tulisan menarik Syarif Yunus lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu