Elektabilitas Jokowi-Maruf Justru Meningkat Pasca Reuni 212

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hasil Survei LSI Denny JA Periode 5-12 Desember 2018

 

Oleh : Rofiq Al Fikri (Koordinator Jaringan Masyarakat Muslim Melayu / JAMMAL)

 

Hasil mengejutkan diperoleh rakyat Indonesia menjelang Pilpres 2019, reuni 212 di Monas beberapa waktu lalu yang jelas merupakan kampanye paslon Prabowo-Sandi dengan berbalut agama yang dihadiri langsung oleh Prabowo, nyatanya justru menaikan elektabilitas paslon lawannya Jokowi-Maruf. Sebaliknya, elektabilitas Prabowo-Sandi pasca perhelatan reuni 212 justru turun.

 

Fenomena ini terungkap melalui hasil survei akademik LSI Denny JA dengan jumlah responden 1.200 orang yang margin errornya 2,8%. Dari survei itu, 58,5% responden mengaku pernah mendengar acara reuni 212, 38% di antaranya mengaku tidak pernah mendengar dan 3,5% nya menjawab tidak tahu. Dari jumlah responden yang mengaku pernah mendengar reuni 212, 54,5% responden di antaranya mengaku suka dengan reuni 212 dan 26,0% lainnya mengaku tidak suka.

 

Menariknya, reuni 212 yang disponsori memang oleh timses Prabowo dan digadang-gadang akan menambah elektabilitas Prabowo (karena Prabowo hadir langsung) justru elektabilitasnya turun dari 31,2% di November 2018 menjadi 30,6% pada Desember 2018 (pasca reuni 212).

 

Adapun elektabilitas Jokowi justru meningkat dari yang 53,2% di November 2018 menjadi 54,2% pada Desember 2018 (pasca reuni 212). Padahal, acara reuni 212 tidak jarang diselipi ujaran kebencian terhadap pemerintahan Jokowi. Apakah ini menandakan masyarakat semakin cerdas?

 

Dari survei diketahui, dari responden yang mengetahui adanya reuni 212, mayoritas masih lebih menyukai Jokowi-Amin (43,6%) dibanding Prabowo-Sandi (40,7%). Bahkan dibanding November 2018, terjadi kenaikan tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi sebagai Presiden. Pada November tingkat kepuasan kinerja Presiden 69,4%, sementara di Bulan Desember (pasca reuni 212) kepuasannya menjadi 72,1%.

 

Mengapa kubu Prabowo tidak bisa menggunakan simbol agama melalui reuni 212 untuk menyudutkan Jokowi, sebagaimana mereka bisa menyudutkan Ahok pada Pilkada DKI 2017 lalu? Dari hasil survei, sebanyak 65,8% responden percaya bahwa isu Islam tidak bisa digunakan untuk menggerus dukungan ke Jokowi karena cawapresnya ialah Maruf Amin, Ketua Majelis Ulama Indonesia.

 

Pun demikian dengan 74,6% responden yang menilai reuni 212 tidak bisa digunakan untuk menjadikan Jokowi sebagai musuh bersama muslim, karena posisi Jokowi saat ini jauh berbeda dengan Ahok. Saat 212 dulu, posisi Ahok adalah tersangka dengan tuduhan penistaan agama.

 

Jadi, sudahlah Prabowo, tidak perlu lagi kalian menggunakan isu agama untuk menarik dukungan, karena itu terbukti tidak berjalan sesuai rencana.  

Bagikan Artikel Ini
img-content
Rofiq al Fikri

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler