SEBELUM kau naik ke
tangga pesawatmu itu,
mari sini, kami bersihkan
lumpur di sepatumu
Sumur di kampung kami
masih berair, jernih
dan segar.
Kalau ada waktu, singgahlah,
rumah kami, tak jauh dari
lahan yang dibakar itu,
Kami masih bertahan di sini,
sebelum, kami digusur oleh
investor perkebunan besar.
Atau menjadi petani plasma,
menerima satu dua hektar
kebun ditawarkan oleh negara.
*
Sebelum kau rapikan
lagi rambutmu, dari
abum asap, dan aroma
bangkai hewan terpanggang
mari sini, untuk telah kami siapkan
sisir dan seribu lembar masker.
Tutuplah mulutmu, asap ini
berbahaya bagi paru-parumu,
tapi jangan tutup kupingmu,
karena kata-kata kami jauh
lebih berbahaya apabila kau
tak mau mendengarkannya.
*
Kami ingin bicara banyak,
padamu, mungkin di bekas TPS,
di lapangan desa kami, tapi kau
sibuk, kami tahu itu, draf
revisi UU itupun tak sempat
kau baca, nama-nama calon
pemimpin KPK itupun tak
sempat kau tinjau lagi,
ditambah soal saudara kami
di Papua, dan rencana pindah
ibukota negara.
Kami hanya ingin sampaikan
satu hal – satu permintaan saja:
Jangan bikin kami semakin malu
menjadi orang Indonesia.
Jakarta, 18 September 2019
Sajak ini akan saya baca dan tampilkan di Vlog saya Juru Baca. Sementara itu nikmati juga beberapa sajak lain yang saya baca dan saya pilih dengan pertimbangan relevan dengan situasi Indonesia hari-hari ini.
Ikuti tulisan menarik Hasan Aspahani lainnya di sini.