x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Sabtu, 21 September 2019 18:47 WIB

Siapapun Boleh Jadi Apa Saja, Asal Tetap Ingat Anak Yatim

Siapapun boleh sukses dan jadi apa saja. Asal tetap ingat anak yatim. Kenapa?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setiap orang berhak untuk sukses, maka raihlah. Setiap orang pun berhak untuk kaya, maka kejarlah. Setiap orang berhak untuk eksis, maka gapailah. Dan setiap orang berhak untuk baik, maka capailah. Asal di balik semua itu, jangan lupa pada anak-anak yatim yang ada di dekat kita.

Anak Yatim; bukan hanya butuh perhatian. Tapi pembelaan agar tetap bisa hidup layak dan bergembira seperti anak-anak lainnya. Saking istimewanya akan yatim. Setidaknya 23 kali Al Quran menyebutnya sebagai tanda perlunya kepedulian pada mereka; akibat kepapaan dan kemiskinan. Kepedulian pada anak-anak yatim.

Alhamdulillah, tahun 2019 ini, 23 tahun sudah saya dan keluarga tetap istiqomah bergaul dengan anak-anak yatim. Sebuah perjalanan yang tidak sebentar. Suka duka, tangis air mata dan tawa canda ceria mengiringi perjalanan kami. Tentu, semua atas izin-Nya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jangan lupa anak yatim.

Kami sekeluarga, kebetulan secara rutin setiap bulan selalu bertatap muka, silaturahmi dan duduk bersama dalam pengajian anak-anak yatim binaan di rumah kami di 3 tempat. Ada di Kreo Larangan Tangerang dengan 10 anak yatim. Ada di Harvest City Cileungsi dengan 12 anak yatim dan 5 janda. Ada pula di Warung Loa Kaki Gunung Salak Bogor dengan 12 anak yatim. Sekitar 34 anak yatim dalam binaan kini tiap bulan mengaji rutin. Sambil berkirim doa untuk orang tua yang sudah meninggal dunia, di samping sedikit memberi uang jajan bagi mereka. Menyenangkan hati anak-anak yatim, itu saja.

Siapapun berhak jadi apa saja. Tapi jangan lupa ada anak yatim.

Kita hanya butuh kepedulian dan komitmen untuk bergaul dan membantu anak-anak yatim. Uang hanya alat “kedua” untuk memberdayakan anak-anak yatim. Spirit-nya sederhana saja “agara tetap dekat dengan anak-anak yatim”. Karena itu melembutkan dan menyehatkan segalanya. Apalagi di tengah nafsu gaya hidup dan konsumerisme seperti sekarang. Namun sayang, memang tidak semua kita mau dan punya komitmen untuk “bergaul dengan anak-anak yatim”. Entah karena alasan apa?

Jangan lupa anak yatim. Karena di balik itu semua ada hikmahnya:

  1. Membiasakan diri untuk tahu dan dekat dengan kehidupan anak-anak yatim. Maklum mereka selama ini tidak ada orang tua, tentu kurang perhatian dan kurang segalanya. Sehingga kita bisa memberi ajaran baik kepada anak-anak yatim.
  2. Memberi kesempatan untuk sedekah, seberapapun besarnya secara rutin. Namanya manusia, terkadang sering lupa. Terlalu banyak mencari dan lupa memberi. Padahal di dalam setiap rezeki kita, pasti ada hak orang lain.
  3. Melembutkan hati dan pikiran. Agar tidak terbawa nafsu dan gaya hidup yang berlebihan. Karena di samping kita, masih ada anak-anak yang tidak beruntung. Anak yatim adalah sumber kelembutan moral, termasuk perilaku.

 

Dan hikmah yang paling terbesar adalah bergaul dengan anak-anak yatim apalagi membantunya, insya Allah kita akan dicukupkan oleh-Nya. Karena bergaul dan membantu anak-anak yatim justru menjadi kuncu pembuka keberkahan rezeki dan hidup kita. Bersama anak-anak yatim, siapapun, insya Allah selalu diberi kesehatan yang luar biasa, rezeki yang melimpah, ketenangan hati dan pikiran, bahkan keberkahan hidup yang maslahat.

 

Jangan lupa anak yati,

Karena mereka, anak-anak yatim memiliki hak seperti anak-anak lainnya. Mereka juga ingin bermain, bergurau, dan belajar di hari-harinya. Apalagi mereka jarang memperoleh kasih sayang Ayahnya. Bercengkramalah, duduk bersanding bersama anak-anak yatim sambil bercanda, menanyakan sekolah dan pelajarannya, syukur-syukur bisa memberi uang sekolah atau jajan, insya Allah itu baik.

 

Bila kita ingin nikmat, mungkin anak-anak yatim pun ingin hidupnya nikmat. Sehingga berbuat baik kepada anak-anak yatim tidak lagi sebatas niat dan wacana. Lakukan saja, sebisa dan semampu kita dengan ikhlas dan istiqomah.

 

Anak-anak yatim, bukanlah tanggung jawab negara semata. Tapi juga tanggung jawab kita yang mampu. Sebagai wujud kepedulian sosial. Sekaligus ikut menyenangkan hati mereka.

 

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan….” (Q.S.2:220).

 

Maka siapapun boleh jadi apa saja dan mau apa saja. Asal tetap ingat pada anak-anak yatim... #TGS #PeduliYatim #AnakYatim

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB