Kisruh Monas, Anak Buah Anies Sebut Cagar Budaya Cuma Tugu? Duh, Keliru Lagi

Kamis, 23 Januari 2020 14:46 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam sebuah pemberitaan,  Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Cucu Ahmad Kurnia menyebut  bahwa tidak semua kawasan Monumen Nasional (Monas) merupakan kawasan cagar budaya.

 

Ia mengatakan hanya Tugu Monas yang masuk dalam kategori Cagar Budaya. "Yang masuk cagar budaya itu tugu monas nya. Bukan kawasan monasnya," katanya, kepada CNNIndonesia.com, Kamis (23/1).


Karena alasan itu, Cucu mengatakan tak ada permasalahan dengan revitalisasi yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Ia mengatakan DKI memiliki kewenangan untuk mengelola kawasan. "Ya enggak masalah [revitalisasi] selama enggak ganggu tugu Monas-nya,"  katanya .

Mumpung belum jadi  hoax atau polemik yang tidak perlu,  pemerintah DKI sebaiknya meluruskan lagi.  Kawasan Monas pun merupakan cagar budaya. Dibanding tugu Monas, Lapangan Merdeka justru jauh lebih tua, jauh lebih bersejarah.

Selanjutnya:  Lapangan merdeka adalah cagar...
<--more-->

Lapangan Merdeka sebagai  cagar budaya
Sesuai Keputusan Gubernur Nomor 475 Tahun 1993,  pemerintah DKI telah mengumunkan Penetapan Bangunan-bangunan Bersejarah di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta sebagai Cagar Budaya.

Dalam keputusan tersebut Monumen Nasional ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya. Tapi situ tercantum pula Lapangan Merdeka  (Monas) sebagai cagar budaya.  


SK itu juga menjelaskan bahwa Lapangan Merdeka  dibangun pada abad 19 dan  pernah digunakan tempat rapat raksasa menyambut kemerdekaan RI.

Selanjutnya: dibangun....
<--more-->

Dibangun di zaman Belanda
Sejarah lapangan Merdeka ditulis secara gamblang dalam tulisan di situsbudaya.id.   Artikel itu menjelaskan bahwa  Taman Medan Merdeka atau Lapangan Merdeka  adalah  lapangan  yang dikelilingi berbagai kantor dan bangunan penting seperti Istana Merdeka, Mahkamah Agung, serta berbagai kantor kementerian negara. Di tengah Medan Merdeka terdapat Monumen Nasional. Lebar Medan Merdeka membentang sejauh satu kilometer.

Pada masa kolonial Hindia Belanda lapangan ini disebut Koningsplein (Lapangan Raja). Pada akhir abad ke-18 ketika pemerintahan Hindia Belanda memindahkan pusat pemerintahannya dari Batavia lama (kini kawasan Jakarta Kota) ke Weltevreden (kini Jakarta Pusat), mereka membangun beberapa bangunan penting termasuk fasilitas lapangan.


Menurut situsbudaya tersebut, dua lapangan utama di Weltevreden adalah Buffelsveld dan Waterloopein (kini Lapangan Banteng). Lapangan mulai dibangun pada masa pemerintahan Daendels di awal abad ke-19, Waterloopein menjadi lapangan utama yang digunakan untuk parade dan upacara.

Lapangan Waterloopein dijadikan warga kota sebagai tempat berkumpul pada sore hari untuk bersosialisasi dan berkuda. Adapun  Buffelsveld (lapangan kerbau) pada 1809 dinamakan Champs de Mars oleh Daendels yang sangat dipengaruhi Perancis, dan digunakan sebagai lapangan untuk latihan militer.

Pada masa Penjajahan Jepang,   lapangan di Monas itu diubah menjadi “Lapangan Ikada” (singkatan dari “Ikatan Atletik Djakarta”).  Ketika Indonesia merdeka, Sukarno mengganti nama Lapangan Ikada menjadi “Medan Merdeka”. Sukarno menginginkan rakyat Indonesia yang baru saja merdeka memiliki sesuatu simbol yang menjadi kebanggaan bangsa, sebuah monumen untuk memperingati perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.

***

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler