Kota Semarang terlihat cantik. Di satu sudut kota ini berdiri sebuah bangunan peninggalan zaman Kolonial Belanda. Gedung Lawang Sewu, namanya.
Saya berkunjung ke tempat ini bulan Januari 2020 yang lalu. Ditemani Mas Arif, pemandu wisata, saya berkeliling gedung yang memiliki "pintu seribu" ini. Sejarah kota Semarang, tempat gedung ini berdiri, terekam cukup jelas dari sini.
Gedung dua lantai di pusat kota ini pada mulanya dimiliki oleh Jawatan Perkeretaapian Belanda. Dari sini segala hal berkaitan dengan bidang perhubungan, khususnya kereta api, dikelola. Pemerintah Kolonial berencana menjadikan Semarang sebagai kota penghubung antarkota, dengan kereta api sebagai moda transportasi andalan.
Banyak wisatawan datang ke gedung ini. Jejak sejarah yang terhimpun di sini menjadi daya tarik. Selain fungsi utamanya sebagai pusat administrasi perhubungan, Lawang Sewu di masa itu memiliki fungsi tambahan sebagai tempat berseminya budaya Barat. Tempat ini masih menyimpan kamar-kamar sebagai tempat menginap dan ruangan cukup luas sebagai lantai dansa.
Pada masa kini, Lawang Sewu tidak menyandang fungsi tambahan selain tempat wisata. Pemerintah Daerah Jawa Tengah melindunginya sebagai bangunan Cagar Budaya. Setiap hari, ribuan pengunjung mendatanginya, mencoba memasuki ribuan pintu yang terdapat di sana. Virus Corona sepertinya tidak mampir di sini.
Ikuti tulisan menarik lainnya di sini.