x

Supartono JW

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 25 Juli 2020 20:40 WIB

Kisah Perjalanan (2) 25 Juli, Bercengkerama di Volendam dan Amsterdam, Belanda

Kisah Perjalanan hari ini, selepas sarapan pagi di hotel, kami akan mengelilingi Volendam dengan berjalan kaki mulai pukul 09.00 hingga sekitar pukul 12.30 waktu setempat hingga mengunjungi pabrik keju dan sendal bakiak. (Senda kayu). Berikutnya, selepas makan siang di Mandarin Restaurant mengunjungi Coster Diamond Factory dan lain-lain. Pada pukul 15.00 hingga 18.30 juga akan mengililingi Canal Amsterdam hingga saat makan malam di Restauran sebuah desa, hingga akhirnya kembali ke Park Plaza Amsterdam Airport.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seperti biasa waktu salat subuh pada Senin, 25 Juli 2011, di kamar Hotel Park Plaza Amsterdam Airport sudah saya lalui. Sambil menunggu sarapan pagi, saya mencoba menonton tayangan televisi lokal. Kemudian, setelah bersih diri, saya buka kecil catatan perjalanan hari ini, di sana tertulis:

Sumber: Supartono JW

MONDAY 25/JUL/11

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

AMSTERDAM SCHIPHOL

HOT BUFFET/FULL BREAKFAST AT HOTEL
09:00 HALF DAY EXCURSION VOLENDAM (ON FOOT)
VOLENDAM VISIT TO DE SIMONEHOEVE CHEESE FARM & CLOG FACTORY.

AMSTERDAM

12:30 LUNCH AT: MANDARIJN RESTAURANT
MENU: HOT AND SOUR SOUP OR SOUP OF THE DAY/SALT &PEPPER

FISH/SZECHUAN PRAWNS/STIR FRIED BROCCOLI /CUCUMBER WITH

CHICKEN SLICES/FRIED CHICKENFILLETS/RICE / FRUIT / TEA
VISIT TO COSTER DIAMOND FACTORY

15:00 ONE HOUR CANAL CRUISE IN AMSTERDAM.

18:30 DINNER AT: DESA RESTAURANT
MENU: SOTO AYAM (CHICKEN SOUP)/NASI PUTIH (STEAMED
RICE) / BUAH (FRUITS)/DAGIN

G RENDANG (BEEF WITH
SPICY COCONUT SAUCE)/SATE AYAM (CHICKEN SATE) /
TAHU TJAMPUR (EGGS WITH RED PEPPER SAUCE)/KAN
GORENG (MACKEREL FISH WITH BALINESE SAUCE)/SAJUR
LODEN (MIXED VEGETABLE WITH PEANUT SAUCE)

AMSTERDAM SCHIPHOL

HOTEL - NH SCHIPOL

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Dari agenda perjalanan tersebut, selepas sarapan pagi di hotel, kami akan mengelilingi Volendam dengan berjalan kaki mulai pukul 09.00 hingga sekitar pukul 12.30 waktu setempat hingga mengunjungi pabrik keju dan sendal bakiak. (Senda kayu). Berikutnya, selepas makan siang di Mandarin Restaurant mengunjungi Coster Diamond Factory dan lain-lain. Pada pukul 15.00 hingga 18.30 juga akan mengililingi Canal Amsterdam hingga saat makan malam di Restauran sebuah desa, hingga akhirnya kembali ke Park Plaza Amsterdam Airport.

Sumber: Supartono JW

Sarapan pagi pun terlewati. Kini rombongan sudah berada di atas bus dengan tujuan utama langungung ke Volendam. Sambil mengisi perjalanan, saya coba buka catatan tentang Amsterdam. Sebagai Ibu Kota Negara Belanda, Amsterdam berasal dari kata Amstelredamme, yaitu sebuah bendungan di sungai Amstel. Saat abad ke-12, wilayah desa ini dihuni nelayan kecil. Namun, Amsterdam tumbuh menjadi salah satu pelabuhan terpenting di dunia selama Masa Keemasan Belanda.

Saat itu, kota ini merupakan pusat keuangan dan permata terbesar. Abad ke-19 hingga 20, kota ini memperluas diri dan banyak permukiman serta kota pinggiran yang dibangun. Lalu muncul Kanal-kanal Amsterdam pada abad ke-17 yang berada di jantung Amsterdam hingga masuk dalam daftar Warisan Dunia UNESCO pada Juli 2010.

Uniknya, boleh dikatakan bahwa Kota Amsterdam adalah kota yang terletak di bawah permukaan air laut. Namun, tidak pernah kebanjiran seperti di Jakarta dan Indonesia.

Sumber: Supartono JW

Tanpa terasa, ternyata bus sudah sampai di Volendam dan berhenti persis di jalan samping Dam (bendungan) besar yang memanjang yang menahan air laut masuk ke kota Amsterdam. Volendam adalah nama desa yang terletak di North Holland, 20 Km sebelah utara Amsterdam. Volendam merupakan destinasi day-trip favorit karena lokasinya yang tak jauh dari ibukota Belanda dan menjadi  pusat wisata sejarah, kuliner, dan belanja.

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW (Jalan pinggir Dam)

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Berada di Volendam, belum masuk ke dalamnya, panorama pedesaan terhampar. Pemandangan hijau dan rumah-rumah penduduk yang tertata eksotis, lalu ratusan sapi gemuk tersebar di padang rumput menjadi santapan yang menyejukkan mata. Karena itu, Volendam juga sebagai desa penghasil keju terbesar di Belanda sekaligus yang paling terkenal di dunia. Kincir Angin pun menjadi pemandangan yang menakjubkan.

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Setelah cukup waktu mengakrabi Dam, panorama rumah pedesaan dan padang rumput dengan sapi-sapi yang gemuk, kami pun langsung menuju ke lokasi lain. Bus pus parkir di tempat yang sudah disediakan. Mulailah kami menjelah Volendam dengan berjalan kaki.

Sumber: Supartono JW

Memulai perjalanan, kami melintasi rumah-rumah  kuno khas Belanda berderet di sepanjang jalan. Dan, pusat desa wisata Volendam hanya terdiri dari 1 jalan. Pertokoan dan restoran berderet di sisi kanan dan kirinya. Rombongan masih terus berjalan hingga sampai ujung jalan yang diakhiri jalan akhir di tepi pelabuhan yang sangat bersih dan tertata rapih. Setelah itu, baru rombongan dipersilakan untuk sambil berbelanja souvenir.

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sebagai informasi, pada saat kami mendarat di Koln Jerman dan masuk ke pusat perbelanjaan di Roarmond, untuk berbelanja, sudah tidak lagi menggunakan mata uang Lira Turki  maupun Lev Bulgaria, namun sudah denganmata uang Euro. Nah, di sinilah perbedaannya, bila saat di Turki atau Bulgaria, sebotol air mineral harganya hanya 1 Lira/Lev yang sama dengan Rp 7.000, di Jerman ini, 1 botol mineral yang sama, ada yang menjual dengan harga 2 Eura bahkan ada yang 2,5 Euro (1 Euro=Rp 13.000). Jadi, begitu kami sampai di negeri Uni Eropa, maka semua harga akan berlipat-lipat harganya.

Pun saat kini kami berada di Volendam, ketika membeli souvenir berbagai bentuk, harganya sudah di mulai dari 1 Eura sampai sekian Euro. Dan, ini akan terjadi sepangang kami berada di perjalanan Eropa, sebelum kembali ke Turki. Jadi, dapat dibayangkan berapa Euro yang harus ada di kantong kami.

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Setelah berjalan kaki menyusuri setiap jengkal Volendam, kini giliran kami berkesempatan berfoto di studio (Foto de Boer) menggunakan kostum tradisional Belanda lengkap dengan sepatu kayu. Berfoto menggunakan kostum tradisional Belanda seolah menjadi wajib, bila kita mengunjungi Velondam.

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Setelah puas mengitari Volendam, kami pun bergeser ke De Simonehoeve. De Simonehoeve adalah  surga bagi  para pecinta keju karena di situ akan ditemukan berbagai macam keju dengan berbagai ukuran. Selain itu, berkunjung ke sana  juga akan mendapatkan kesempatan melihat bagaimana proses pembuatan keju dan sendal kayu (bakiak), sekaligus mencicipi olehan keju asli dan murni. Luar biasa.

Sumber: Supartono JW

Puas menyusuri Volendam, kini santap siang pun sudah tersedia di Mandarin Retaurant Amsterdam. Berbagai menu yang biasa kita santap di restauran chinese food Indonesia, terasa sangat akrab di lidah.

Sumber: Supartono JW

Selepas makan siang dan isa (istirahat-salat) wisata pun berlanjut di pusat Kota Amsterdam. Rombongan pun langsung menuju sebuah tempat yang menjadi landmark letter yang hampir sama seperti “Hollywood” di Amerika Serikat. Landmark letter nya bertuliskan “I Amsterdam”,. Bedanya, di Amsterdam terdapat empat Landmark letter yang juga tersebar di empat titik di pusat kota Amsterdam, yaitu di Museum Rijkmuseum, Museum Square, Amsterdam Square, dan Bandara Schiphol Amsterdam.Selain itu juga terdapat satu landamark letter yang selalu berpindah-pindah tempat. Biasanya Landmark Letter yang satu ini ada di event-event besar maupun festival.

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Mengingat begitu banyaknya destinasi wisata di Amsterdam, dan terbatasnya waktu kunjungan kami, maka kami tidak berlama-lama di seputar Rijks Museum yang terletak di pusat kota Amsterdam dan merupakan salah satu tempat favorit bagi wisatawan mancanegara saat berkunjung di Amsterdam. Tempat ini merupakan sebuah museum yang menyimpan lebih dari 8000 koleksi seni. Termasuk karya Rembrandt dan Vermeer, salah satu seniman tersohor di Belanda. Bangunan gedung ini memiliki arsitektur bergaya Reinanse yang di bangun pada abad ke 19. Dirancang oleh Perre Cuypers, seorang arsitek terkenal Belanda pada masa itu, dimana beliau juga yang merancang Stasiun Pusat di Amsterdam.

Sumber: Supartono JW

Selanjutnya kami pun bergese ke Coster Diamond yang persis berada di depan Rijk Museum dan IAmsterdam Sign. Di tempat ini kita bisa melihat berbagai macam tipe diamond, juga bisa melihat bagaimana diamond diolah dari raw material hingga dibentuk ke dalam perhiasan maupun mahkota kerajaan. Konon Coster diamond ini adalah penyuplai diamond untuk berbagai perhiasan dan mahkota kerajaan Belanda.

Sumber: Supartono JW

Karena kami rombongan maka, kami dibriefing ke dalam satu ruangan, dan diperlihatkan berbagai perhiasan diamond dari yang harganya menengah hingga yang paling mahal, terlebih bila diconvert ke dalam rupiah. Bukan hanya diamond, di sini juga menawarkan barang barang branded seperti jam tangan, aksesoris, serta tas wanita. Menariknya, bila kita membeli barang di atas EUR100, maka dapat mengklaim tax refund di tempat ini.

Sumber: Supartono JW

Sepanjang kami memasuki Kota Amsterdam, kami sudah terbiasa melihat masyarakat menggunakan sepeda, karenanya Amsterdam sangat dikenal oleh dunia sebagai Kota Sepeda.

Sumber: Supartono JW

Tua, muda, kaya, maupun kelas menengah, dan miskin, semuanya santai mengendarai sepeda. Yang saya lihat kebanyakan sepeda di sini modelnya  sepeda kota dengan keranjang di depan dan boncengan di belakang. Sangat jarang ditemui model sepeda gunung dan model lainnya. Amsterdem yang dihuni sekitar, 1 juta penduduk (2011), bisa disebut 60 persen aktivitas perjalanan menggunakan sepeda, entah ke sekolah, tempat kerja, toko, atau sekadar keliling kota. Sisanya memanfaatkan kendaraan yang umum seperti kereta, trem, dan bus.

Sumber: Supartono JW

Jarang saya melihat warga menggunakan taksi, apalagi mobil pribadi. Terlebih, kebanyakan jalan hanya  satu arah dan biaya parkir sangat mahal. Sebab itu, segala fasilitas yang terkait dengan sepeda saya perhatikan lengkap tersedia, mulai dari trek/jalan khusus pesepeda, tempat-tempat parkir sepeda (fietsenstalling), jalur dua arah, serta disediakannya tempat-tempat penyewaan sepeda yang tersebar di mana-mana. Khusus untuk trek sepeda, lebarnya bahkan bisa mencapai satu meter. Saya juga menjadi terbiasa melihat ratusan sepeda diparkir di pinggir-pinggir jalan, tempat-tempat parkir sepeda dan seliweran manusia bersepeda.

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sambil terus takjub melihat sepeda bahkan ada tempat parkir khusus sepeda yang bertingkat seperti di mal, kami pun bergeser ke Dam Square. Dam Square merupakan alun-alun yang berada di pusat kota Amsterdam. Warga sekitar biasa menyebutnya De Dam. Banyak burung merpati yang terbang bebas dan mencari makan di jalan-jalan. Semua pengunjung dapat memberi makan dan berfoto dengan segerombolan burung-burung merpati tersebut.

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Lebih menarik, saat itu juga sedang ada seniman jalanan yang mempertontonkan keahlian-keahlian yang mereka miliki disini. Ada yang main atraksi semacam sulap dan keahlian khusus, juga pengamen modern.

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sayang kami tak sempat masuk ke Istana Royal Palace of Amsterdam, yang merupakan tempat Ratu Belanda memerintah, Gereja Nieuwe Kerk dengan bangunan abad pertengahanya. Namun kami justru memprioritaskan mengunjungi Museum Madame Tussands dekat Istana Kerajaan Amsterdam yang didirikan pada tahun 1970, merupakan bangungan Nyonya Tussauds pertama yang dibuka di daratan Eropa serta menjadi cabang asing pertama dari institusi Inggris.

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sesuai agenda, selepas pukul 15.00, kami pun beralih menuju Canals of Amsterdam. Kanal sangat terkenal dan dibangun pada abad ke-17, untuk mengontrol aliran sungai Amstel dan mengaliri lahan kering ke kota. Untuk berwisata menyusuri kanal air di sepanjang kota Amsterdam adalah dengan kapal motor. Menyusuri Canal Cruise di Amsterdam menggunakan perahu motor yang dinahkodai oleh seorang kapten berpengalaman. Kapal motor ini memiliki atap kaca, sehingga wisatawan yang berada di atas kapal bisa menikmati pemandangan langit dan bangunan-bangunan tua khas Belanda yang berderet di sepanjang sungai. Bahkan wisatawan akan menemukan rumah-rumah perahu yang berada di sepanjang pinggiran sungai. Kerennya lagi, Kapten kapal sangat piawai mengemudi dan berpengalaman, melewati kanal-kanal yang berukuran sempit, meskipun perahunya panjang,

Sumber: Supartono JW

Sudah menjadi ukuran normal, Tour Amsterdam Canal Cruise ini memakan waktu satu jam, dari awal sampai ke bagian hilir yang mendekati tanggul ke arah laut. Sepanjangan perjalanan, kapten juga terus bercerita kisah sejarah bangunan-bangunan yang dilewatinya. Jangan kuatir jika tidak tahu bahasa yang disampaikan, pasalnya setiap wisatawan sudah dibekali headset yang dipasang di dekat meja penumpang. Melalui headset ini, wisatawan bisa menikmati berbagai bahasa yang sudah disetting berragam bahasa.

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Sumber: Supartono JW

Meski selama perjalanan sudah ada yang mengurus semua hal, namun saat saya coba mencari tahu, untuk menikmati perjalanan di Canal Cruise ini, para wisatawan bisa membeli tiket masuk di tiga tempat. Di Damrak untuk siang hari, di depan Central untuk sore hari dan di samping Café Karpershoek, yang buka malam hari. Dan biaya untuk bisa menikmati perjalanan sungai ini, wisatawan bisa merogoh kocek sekitar 15 euro. Sangat mengesankan menyusuri kanal-kanal di negeri yang permukaan tanahnya lebih rendah dari laut ini.

Sesuai waktu yang ditentukan, kami pun sudah berada di bus, menuju kembali ke Hotel Park Plaza  Asmsterdam Airport. Sepanjang perjalanan kami pun terus menikmati pemandangan indah bangungan-bangungan kuno di Amsterdam.

Sumber: Supartono JW

Selepas makan malam, kami pun diberikan waktu untuk istrahat, sebab besok pagi, 26 Juli 2011, kami sudah bergerak menuju negara lain, meninggalkan Amsterdam, Belanda. Bila semua kisah selama di Volendam dan Asmterdam saya urai, termasuk tentang pandangan mata saya tentang stadion sepak bola yang cukup terkenal di kota ini maupun cerita lainnya, maka kisahnya akan sangat panjang. Namun, setidaknya, itulah garis besar keberadaan saya di Amsterdam selama sehari penuh.

 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler