x

Kesaktian Pancasila

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 1 Oktober 2020 14:22 WIB

Hari Kesaktian Pancasila Dipahami Secara Rasional

Mengapa ada peringatan Hari Kesaktian Pancasila, sebab Pancasila dapat diselamatkan dari kejamnya PKI saat itu, dan hingga kapan pun Pancasila harus terus selamat karena harga mati sebagai Dasar Negara dan Ideologi bangsa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya


Memahami secara rasional mengapa 1 Oktober dijadikan Hari Kesaktian Pancasila (HKP)

Sejak ditetapkannya 1 Oktober sebagai HKP sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 153/Tahun 1967, maka sudah 53 tahun lamanya rakyat Indonesia memahami bahwa Pancasila itu sakti. Padahal bila merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna sakti itu adalah mampu (kuasa) berbuat sesuatu yang melampaui kodrat alam. Semisal bila seseorang mampu berjalan di atas air, maka orang tersebut sakti. Makna sakti berikutnya adalah mempunyai kuasa gaib dan juga keramat.

Lalu, bagaimana dengan kaitan kesaktian Pancasila? Apakah Pancasila disamakan dengan orang atau benda mati yang memiliki kuasa melampaui kodrat alam, gaib, dan keramat?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bila demikian, pemberian nama Hari Kesaktian Pancasila menjadi irasional, tidak masuk akal bila pendekatannya berdasarkan makna kata sesuai KBBI, sebab hingga detik ini, Pancasila sebagai Dasar NKRI, tentu bukanlah benda atau orang yang memiliki kekuatan melampaui kodrat alam, gaib, dan keramat.

Karenannya rakyat Indonesia wajib semakin paham mengapa ada peringatan Hari Kesaktian Pancasila, yang makna saktinya bukan merujuk pada KBBI.

Dari berbagai catatan sejarah yang ada dan sudah terpublikasi dan diajarkan di sekolah dan perguruan tinggi Idonesia selama ini, pemberian nama sakti, cikal bakalnya adalah adanya peristiwa Gerakan 30 September yang lebih dikenal sebagai G30S/PKI. Dalam peristiwa tersebut, enam jenderal serta beberapa orang lainnya dibantai sekelompok orang yang menurut otoritas militer saat itu Partai Komunis Indonesia (PKI). Gejolak G30S/PKI sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh militer Indonesia.

Sejatinya, bila rakyat Indonesia zaman sekarang hanya melihat peristiwa G30S PKI dari film atau sekadar mendengar atau membaca kisah G30S PKI tak utuh, apalagi tak pernah nonton filmnya, tak membaca kisah kekejaman G30S PKI, maka tak akan pernah memahami mengapa ada Hari Kesaktian Pancasila.

Sebagai acuan, mungkin seluruh rakyat Indonesia juga dapat melihat tayangan kesaksian Taufiq Ismail di Youtube. Dengan kesaksiannya, beliau menuliskan dalam puisi, dan dari puisi itu beliau dapat mengisahkan peristiwa nyata tentang bagaimana kejamnya PKI saat itu.

Silakan segenap rakyat Indonesia, sejenak tengok "Kesaksian Taufiq Ismail tentang PKI" di youtube, agar tak gagal paham, mengapa PKI harus dibumi hanguskan dari NKRI.

Karenanyanya, keberhasilan militer menumpas G30S PKI itu, akhirnya dimaknai bahwa siapa pun yang mencoba mengganti ideologi dan paham Pancasila di NKRI, pasti akan bakal di musnahkan dari bumi pertiwi.

Dengan demikian pemberian nama Hari Kesaktian Pancasila adalah sebagai metafora, persamaan atau perbandingan bahwa siapa pun yang mencoba mengusik idoelogi Pancasila, maka akan ditumpas. Keberhasilan militer menumpas G30S PKI yang mencoba mengusik Pancasila dijadikan mementum dan bukti bahwa Pancasila dapat diselamatkan.

Seharusnya dengan catatan peristiwa penyelamatan Pancasila yang demikian, maka yang seharusnya disebut sakti itu militernya. Atau bahasa sederhananya, militer Indonesia kuat, sehingga berhasil menumpas G30S PKI, itu yang masuk akal.

Namun, karena Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi NKRI dengan segenap rakyatnya, maka tanggal kelahirannya pun diperingati sebagai Hari Nasional, yaitu pada 1 Juni.

Metafor saktinya Pancasila pun semakin dibuktikan oleh kuatnya Pancasila bertahan dari pengaruh radikalisme, terorisme, gerakan kekiri-kirian, dan gerakan kekanan-kananan. Dan, Pancasila tidak ke kiri, tidak ke kanan, selalu ada di tengah, mengayomi, memayungi, dan menjadi panduan semua golongan, suku, agama, dan ras tanpa membedakannya.

Pancasila juga menjadi pondasi bagi perumusan semua program dan cita-cita bangsa untuk jangka pendek, menengah maupun panjang. Pancasila menjiwai seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengikat masyarakat yang beragam berbhinneka dalam persatuan nasional. Maka sampai kapanpun Pancasila akan "Sakti".

Kini di zaman pemerintahan dan rezim yang semakin terbaca mengabdi kepada para cukong, bukan kepada rakyat, upaya mengusik Pancasila justru terjadi dan dilakukan oleh partai politik, elite partai yang dipercaya rakyat duduk di parlemen.

Meski kisah pengusikan Pancasila ini masih menjadi komoditi politik karena berbagai "kepentingan" dan membikin rakyat bingung, pada akhirnya setelah berbagai elemen masyarakat mencoba menyuarakan akan bahaya penggantian/perubahan Ideologi Pancasila secara terstruktur di parlemen, padahal Pancasila sebagai Dasar Negara adalah harga mati, maka lahirlah Koalisi dari masyarakat bukan hanya untuk menyelamatkan Pancasila, namun juga menyelematkan NKRI dari rezim yang kini di "setir" cukong.

Munculnya koalisi ini jelas menimbulkan pro dan kontra. Namun, masyarakat pun paham, siapa kelompok yang kontra terhadap koalisi, bahkan bukan hanya kontra, "kelompok" yang sejatinya sudah terbaca oleh masyarakat dari mana dan siapa yang mengerahkan, pun coba menyeret opini masyarakat dengan membenturkan bahwa gerakan koalisi ini adalah politis dan mengincar kekuasaan RI di 2024.

Namun demikian, waktu lah yang akan membuktikan apakah gerakan koalisi yang terutama hadir untuk kembali menyelamatkan Pancasila dari rong-rongan partai politik dan elite partai di parlemen, benar-benar hadir untuk penyelamatan Pancasila dan Indonesia?

Atau sebaliknya koalisi ini hadir dengan kedok menyelamatkan Pancasila dan Indonesia dari rezim yang disetir cukong dan coba mengubah Pancasila demi menguasai RI di 2024? Mari kita lihat buktinya.

Yang pasti, mengapa ada peringatan Hari Kesaktian Pancasila, sebab Pancasila dapat diselamatkan dari kejamnya PKI saat itu, dan hingga kapan pun Pancasila harus terus selamat karena harga mati sebagai Dasar Negara dan Ideologi bangsa.

 

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler