Soal misteri rezeki ini, saya jadi ingat apa yang disampaikan oleh KH. A. Sadid Jauhari, Pengasuh PP. Assunniyah Kencong Jember. Beliau pernah bercerita:
Ada seorang ustadz yang mulai sering membolos ngajar karena kesibukan berdagang. Pada akhirnya, jam mengajarnya di pondok keteteran. Karena sering absen, dia izin ke pengasuh agar "istirahat mengajar" selama beberapa bulan mendatang agar lebih fokus berdagang. Kiai mengizinkan walau berat hati.
Beberapa bulan kemudian, ustadz ini datang lagi. Kali ini curhat kalau usahanya malah kocar-kacir. Ekonomi mulai seret. Oleh kiai disarankan agar mengajar ngaji lagi. Saran dituruti.
Dan, ketika mengajarnya mulai istiqamah, uniknya, bisnisnya malah jalan dan berkembang.
Jadi, laba memang dapat dari berdagang, tapi soal rezeki itu wewenang dari Allah. Jalurnya pun bermacam macam. Kalau kita mendarmabaktikan waktu dan ilmu yang dimiliki untuk santri atau masyarakat dengan ikhlas, walaupun dengan bisyaroh yang "apa adanya" dengan tetap memiliki pekerjaan utama maupun sampingan, InsyaAllah rezeki bakal dicukupi oleh Allah.
Apa yang disampaikan Kiai Sadid di atas juga selaras dengan yang pernah disampaikan oleh Almaghfurlah KH. A. Zaini Syafawi, Pengasuh PP. Mabdaul Ma'arif, Jombang-Jember, kepada saya, suatu ketika, "Barokah itu muncul, antara lain, karena khidmah di wilayah Tarbiyah."
Wallahu A'lam Bishshawab
Dua guru kehidupanku: KH. A. Sadid Jauhari dan Almaghfurlah KH. A. Zaini Syafawi
ditulis oleh
---------
diantara sumber keberkahan rezeki adalah membaca Sholawat Busyro
Secara Uslub Bahasa Arab keberkahan artinya tumbuh, jadi hal yang sekiranya sedikit namun mencukupi, sedikit namun hasil melimpah disebut dengan keberkahan secara Uslub Bahasa Arab
Ikuti tulisan menarik toko halwa lainnya di sini.
