x

Cover buku Fatimah Chen Chen

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 16 November 2020 15:22 WIB

Fatimah Chen Chen - Islam yang Mengubah Hidup Para Perempuan

Tema tentang Tionghoa Islam selalu menarik perhatian. Ada beberapa novel dan cerpen yang berlatar topik tersebut. Salah satunya adalah novel “Fatimah Chen Chen” karya Motinggo Busye. Di sana diungkapkan pertemuan perempuan Tionghoa dengan Islam sejuk. Islam yang mampu mengubah kehidupan para perempuan (Tionghoa) menjadi lebih patuh kepada ajaran-ajaran leluhurnya sekaligus mendapatkan kebahagiaan lahir batin.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Fatimah Chen Chen

Penulis: Motinggo Busye

Tahun Terbit: 2014

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Edelweiss                                                                                                

Tebal: 279

ISBN: 978-602-8672-63-4

 

Tema tentang Tionghoa Islam adalah sebuah tema yang menarik. Saya membaca beberapa novel dan cerpen yang menggunakan topik Tionghoa Islam sebagai bahan ceritanya. Salah satu novel tersebut adalah “Fatimah Chen Chen” karya Motinggo Busye ini. Berbeda dengan novel dan cerpen lain yang membahas topik Tionghoa Islam, dalam novel ini tokohnya adalah perempuan Tionghoa asal Taiwan. Bukan orang Tionghoa Indonesia. Meski menggunakan tokoh perempuan Tionghoa dari Taiwan, namun konteks ceritanya adalah Indonesia. Chen Chen menikah dan tinggal di Indonesia, tepatnya di Saparua, Ternate, Maluku.

Chen Chen Margaretha Liu dan kakak perempuannya yang bernama Belinda Liu adalah anak seorang konglomerat Taiwan. Keduanya dibesarkan dalam budaya Tionghoa. Meski dibesarkan dalam tradisi Tionghoa, namun keduanya mendapatkan kebebasan yang cukup besar dalam menjalani hidup. Chen Chen bahkan telah berpetualang sampai ke Jakarta dan ke Pattani di Thailand. Dalam petualangan singkat ke Jakarta dan Patani itulah Chen Chen bertemu dengan Islam.

Chen Chen jatuh cinta dengan seorang pemuda Indonesia bernama Dira Alwin. Tapi apa daya, Dira malah lebih memilih Belinda sebagai pacarnya dan kemudian menikahinya. Chen Chen yang kecewa melampiaskan kekecewaannya dengan melakukan hidup hura-hura. Bahkan ia sempat melakukan pesta seks dengan teman-temannya.

Dalam penyesalannya Chen Chen mengingat pengalamannya dengan Islam. Chen Chen mendapat pencerahan melalui perilaku orang-orang Islam yang dikenalnya. Khususnya keluarga Ja’far Ash Shadiq, Fatimah dan Ahmad Khoman di Pattani. Ketika Chen Chen sedang bersedih karena Dira menikah dengan Belinda dan melakukan perjalanan bulan madu ke Sapporo Jepang, Chen Chen mengingat pengalamannya yang singkat dengan Islam yang sangat berkesan tersebut. Chen Chen akhirnya memutuskan untuk mempelajari Islam dengan lebih mendalam. Ia masuk ke pesantren Ulil Albab milik Ali Zainal Abidin alias Lie Sieng Beng. Chen Chen mantab untuk memilih Islam sebagai agamanya.

Perilaku Chen Chen berubah total sejak memeluk Islam. Ia menjadi anak yang berbakti kepada orangtuanya. Ia menyetujui saat ayahnya Mr. Liu akan menikahi Madame Elizabet Ming. Perubahan perilaku yang drastis ini tentu membuat ayahnya sangat senang. Ayahnya mendukung Chen Chen untuk berpindah agama. Bahkan sang ayah ikut mempelajari Islam. Di akhir cerita sang ayah dan Madame Elizabet Ming berketetapan untuk juga memeluk Islam. Mr. Liu mengubah namanya menjadi Ali Asgar.

Di titik inilah Motinggo Busye mempertemukan Islam dengan budaya Tionghoa. Islam adalah agama yang sangat menghargai keluarga. Bakti kepada orangtua adalah sebuah nilai yang ada di budaya Tionghoa dan sekaligus Islam. Jadi seharusnya tidak menjadi kendala besar bagi seorang Tionghoa untuk memeluk Islam sebagai agama. Sebab keduanya mengajarkan perilaku hormat yang tinggi kepada orangtua.

Di pesantern Ulil Albab, Chen Chen bertemu dengan seorang ustazd duda asal Ternate. Ustazd Tanapati sangat berkesan bagi Chen Chen. Melalui sebuah proses yang santun, akhirnya Chen Chen yang sudah mengubah namanya menjadi Fatimah, menikah dengan Ustadz Ibrahim Tanapati. Keduanya berketetapan untuk pulang ke Ternate guna mendirikan sebuah pesantren. Memilih untuk pulang menyertai Ibrahim Tanapati berarti meninggalkan kemewahan yang selama ini didapatkan Chen Chen. Namun pilihan untuk mengabdi Islam di Ternate telah menjadi sebuah kebulatan bagi Chen Chen. Ia tidak takut miskin dan kehilangan keluarganya yang jauh di Taiwan dan di Jakarta. Ia begitu mencintai Islam meski harus membayar dengan semuanya.

Sayang sekali Ustadz Ibrahim Tanapati meninggal karena serangan jantung, setelah mereka mempunyai anak lelaki. Fatimah Chen Chen kemudian mengelola pesantrennya yang sekain besar tersebut sendirian.

Supaya novel ini lebih menarik, dan bisa membahas hal-hal tentang Islam lainnya, Motinggo Busye menambahkan kisah pasangan Belinda dan Dira. Setelah menikah Belinda dan Dira tinggal di Jakarta. Mereka hidup sebagai keluarga Islam. Namun sayang pernikahan yang telah berjalan beberapa tahun itu belum dikaruniai anak. Dengan berbagai liku, akhirnya Belinda meminta supaya Dira menikahi pacar lamanya – Soel, supaya bisa mendapatkan anak. Sayang sekali perilaku Soel kurang baik. Setelah menjadi sitri Dira, Soel justru membenci Belinda. Apalagi setelah tahu bahwa Belinda ternyata hamil.

Soel mengidap kanker kandungan. Dalam kondisi sakit, kecemburuan Soel menjadi semakin besar. Apalagi ia mendapat firasat bahwa Dira akan menikahi Fatimah Chen Chen. Ternyata Belinda bukanlah anak kandung Mr. Liu. Jadi Belinda adalah saudara tiri Fatimah Chen Chen, sehingga mereka berdua bisa menikah dengan Dira.

Namun perilaku Belinda yang sepenuh hati membantu merawatnya akhirnya membuat Soel menyadari kesalahannya. Dalam kisah ini terbukti bahwa nilai-nilai Islam bisa membuat seseorang menjadi penyabar, tidak menuntut dan bahkan bisa mengubah seseorang yang berperilaku jahat, seperti halnya Soel. (543)

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB