Vaksinasi Covid-19, Antara Harapan, Keraguan, dan Konspirasi
Kamis, 28 Januari 2021 06:54 WIB
Iklan
Vaksin covid-19 memang menjadi harapan besar, namun tidak akan lepas dari namanya keraguan dan konspirasi
Dunia saat ini sedang menghadapi sebuah pandemi yang tidak pernah terjadi pada zaman modern ini, yaitu virus corona atau Covid-19. Sudah setahun pandemi ini menghantam dunia yang mengubah keadaan dunia baik secara sosial maupun poilitik. Vaksin merupakan salah satu solusi yang terbaik dari banyak pilihan untuk mengakhiri pandemi ini. Maka dari itulah tidak kurang dari setahun, vaksin covid-19 sudah siap edar bahkan sebagian kecil masyarakat dunia sudah menjalani vaksinasi.
Namun sayangnya kehadiran vaksin yang digadang-gadang menjadi harapan penanganan pandemi kerap menuai hal-hal kontroversial. Banyak masyarakat yang meragukan kehadiran vaksin anti Covid-19. Bahkan ada masyarakat yang menggangap vaksin ini hanyalah sebuah konspirasi elit global.
Mari kita bedah satu persatu mengapa vaksin ini cenderung mengarah antara harapan, keraguan, dan konspirasi.
Masyarakat tampak terlihat kurang antusias dalam kehadiran Vaksin anti Covid-19 ini. Bisa kita lihat dari suara warganet di media sosial yang menunjukkan sikap antipati terhadap keberadaan vaksin. Pemerintah pun harus mengeluarkan jutsu-justunya agar masyarakat percaya dan mau divaksin seperti, memastikan vaksin, aman, halal, dan efektif (walaupun belum selesai uji klinis III) , menggratiskan vaksin, hingga presiden yang divaskin terlebih dahulu dengan harapan dapat menjadi contoh, masyarakat agar menuruti apa yang dilakukan pemerintahnya.
Namun, jutsu itu nampaknya belum cukup mempan dalam meyakinkan masyarakat. Masih saja ada masyarakat yang meragukan vaksin dan tidak bersedia di vaksin. Terakhir, menteri kesehatan memberikan jaminan sertifikat bebas perjalanan tanpa PCR bagi mereka yang telah divaksin.
Sejatinya keraguan masyarakat akan vaksin ini bukannya tanpa sebab dan alasan. Pertama, adalah penemuan vaksin yang cepat. Jika normalnya butuh waktu 3/5 bahkan 10 tahun untuk menemukan vaksin, kali ini vaksin anti Vovid-19 ditemukan dalam waktu singkat. Sangat mengejutkan memang, walalupun jaman telah berkembang, toh, yang namanya vaksin ditemukan secepat itu, membuat masyarakat khawatir tentang kemanjurannya.
Sebagaimana yang kita ketahui hal yang paling esesnsial dalam vaksin dalah kemanjuranya. Jika vaksin itu tidak manjur, lalu bagimana kita yakin akan menggunakanya dan memiliki rasa optimisme mengakhiri pandemi? Memang beberapa vaksin menunjukkan tingkat kemanjuran yang tinggi seperti pfizer, moderna, astrazaneca, dan spuntik V. Namun, tidak sampainya data pasti ke masyarakat membuat masyarakat akan berasumsi jika mereka hanya mengatakan itu agar vaksin mereka cepat digunakan saja.
Apalagi sinovac yang kita gunakan memiliki tingkat kemanjuran sedang, hanya 65 %, dan bisa turun atau naik bergantung dengan uji klinis yang belum selesai. Diperprarah lagi di Brazil, Sinovac hanya manjur 50% saja. Kemanjuran seperti itu tentu membuat masyarakat mengerenyitkan dahi dan semakin tidak yakin akan divaksin karena akan sia-sia saja sepertinya. "Sudah divaksin, toh, akan kena Covid lalu apa gunanya vaksin ?" begitulah pendapat masyarakat. Diperparah lagi varian baru virus corona membuat kemanjuran vaksin semakin dan semakin akan dipertanyakan
Kemudian soal keamanannya. Yang namanya vaksin tentu saja ada efek samping yang dirasakan penerima vaksin. Namun yang ditakutkan masyarakat adalah efek samping berat dari vaskin ini. Pemberitaan yang memberitakan banyaknya pasien yang mengalami gejala efek samping seperti demam, panas, atau pegal mungkin tidak masalah karena itu hanya efek samping ringan. Namun bagaimana jika alergi bahkan meninggal setelah divaskin. Hal semacam itu, tentu membuat masyarakat menjadi was-was dan berpikir nasib mereka setalah di vaksin.
Pemberitaan semacam itu dan tanpa analisis penyebab penerima vaksin yang alergi bahkan meninggal yang jelas dan dipahami masyarakat agaknya dapat menggerus kepercayaan masyarakat akan keamanan vaksin. Apalagi pihak produsen tidak ada yang memberi jaminan aman 100% , waduh, semakin tidak maulah masyarakat untuk divaksin. Tentu saja hal ini berhubung dengan tubuh dan nyawa, masyarakat tidak mungkin mau keselamatan tubuh dan nyawanya menjadi ancaman setalah divaskin. Semakin sering efek negatif vaksin disiarkan jangan pernah berharap masyarakat akan sepenuhnya mau untuk menerima vaksin.
Kita membahas tentang konspirasi vaksin anti Covid, nah ini terkadang membuat pemerintah akan sulit memberikan edukasi. Semakin maju dunia ini, maka semakin cerdas pula masyarakat dalam menanggapi isu global termasuk vaksin covid-19. Dari awal virus covid-19 ini pun ada masyarakat yang menganggapnya sebagai konspirasi elit-elit global. Mereka meyakini elit global sengaja menciptakan virus ini untuk mempermulus bisnis mereka terutama dalam bidang kesehatan. Tidak terpecahkanya asal muasal virus corona ini menyebabkan keyakinan konspirasi ini akan semakin menjadi-jadi. Selain itu, vaksin yang diselipkan chip untuk mengontrol dunia menjadi konspirasi yang amat sangat diperbincangkan sekalipun banyak pihak yang membantahnya.
Vaksin memang menjadi harapan dalam penanganan wabah Covid19 . Namun sayangnya petinggi dunia dan bahkan Indonesia sendiri bahkan ahli kesehatan tampak ragu dan belum menentukan atau menjamin bahwa vaksin ini akan mengakhiri pandemi. Maka dari itu optimisme petinggi dunia dan pemerintah terhadap vaskin ini harus lebih tinggi. Edukasi pun harus semakin dalam ke masyarakat termasuk kaum yang mempercayai konspirasi. Semua pihak tentu harus dilibatkan. Jika petinggi dan ahlinya masih agak ragu lalu bagaimana rakyat bisa optimis dengan vaksin ?. Kurangi statment ragu dan negatif tentang vaksin dan terus menjelaskan keamanan, keefektifan dan bagaimana vaksin itu ada. Sangat penting apabila kita mau mengakhiri pandemi ini, hindari drama vaksin covid-19.
Penulis
0 Pengikut
Serba Serbi Ogoh-Ogoh , dari Tainsiat, Gemeh, Sampai Tampaksiring.
Jumat, 18 Februari 2022 08:39 WIBTantangan Indonesia Menjalankan Revolusi Mental dalam Pendidikan
Jumat, 29 Januari 2021 15:28 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler