x

sumber : www.pixabay.com\xd tautan :https://www.google.com/url?sa\x3di\x26url\x3dhttps\x253A\x252F\x252Fpixabay.com\x252Fid\x252Fimages\x252Fsearch\x252Fogoh\x252520ogoh\x252F\x26psig\x3dAOvVaw0dnMg-riq2cy0HCMFnrc9r\x26ust\x3d1645191156280000\x26source\x3dimages\x26cd\x3dvfe\x26ved\x3d0CAsQjRxqFwoTCKCPz67vhvYCFQAAAAAdAAAAABAS

Iklan

Yoga Sadhu

Penulis
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 18 Februari 2022 08:39 WIB

Serba Serbi Ogoh-Ogoh , dari Tainsiat, Gemeh, Sampai Tampaksiring.

Dalam rangka hari raya nyepi, walaupun akan terasa berbeda akan tetap diwarnai oleh pawai ogoh-ogoh. Salah satunya yang dinanti yaitu ogoh-ogoh Tainsiat, Gemeh dan juga Banjar Kelodan Tampaksiring.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pengerupukan serangkaian hari raya Nyepi Caka 1944 tak lama lagi akan datang. Suasana pengerupukan kali ini dipastikan akan berbeda dari tahun 2021 atau 2020 karena akan mulai menampakkan new normal. Walaupun tidak semua STT atau sekehe teruna membuat dan mengkreasikan ogoh-ogoh tahun ini setidaknya kita akan disuguhkan dengan ogoh-ogoh yang dikreasikan oleh tiga maestro terkenal yaitu Keduk, Marmar, dan juga Gusman Surya yang membentengi tiga wilayah berbeda yaitu Tainsiat, Gemeh , dan Kelodan Tampaksiring.

Kita mulai pembahasan dari Tainsiat atau biasa disebut banjar Tainsiat. Banjar Tainsiat memang selalu menjadi banjar yang disorot dan ditunggu karyanya oleh masyarakat.  Tak peduli sebagus apapun ogoh-ogoh yang lain tetap Tainsiat yang akan menjadi karya yang fenomenal dan dibicarakan se senatreo Denpasar dan Bali.. Lalu mengapa ?. Sebenarnya jika dilihat dengan objektif ogoh-ogoh Tainsiat sebenarnya bukanlah yang terbaik di Denpasar tapi salah satu yang terbaik. Masih banyak sebenarnya ogoh-ogoh yang bagus-bagus dan bisa menjadi yang terbaik. Untuk itu balik lagi bahwa seni itu subjektif orang bisa menilai secara pribadi ogoh-ogoh mana yang menurut mereka terbaik.

Tapi apa yang sesungguhnya membuat ogoh-ogoh Tainsiat begitu fenomenal dan karya nya selalu ditunggu? Nah kita bahas satu persatu. Secara  geografis  banjar Tainsiat merupakan salah satu banjar yang strategis. Letaknya yang berada di tengah kota membuat setiap ogoh-ogoh yang dibuatnya dapat disaksikan orang banyak. Terkadang letak geografis setiap banjar akan memengaruhi bagaimana masyarakat dapat melihat ogoh-ogoh mereka bahkan dari proses pembuatan sampai jadi dan diarak. Lokasi banjar ini yang gampang diakses di jalan besar membuat masyarakat bisa melihat bagaimana ogoh-ogoh dibuat hingga selesai. Dari segi historis nama Tainsiat juga bertalian dengan kerajaan di Denpasar atau bisa dikatakan banjar ini berada dilingkungan Puri dan juga nama "Tainsiat" adalah nama ikonik dalam perjalanan Bali khususnya Denpasar.

Kemudian adalah dari segi marketing atau bagaimana cara sekehe teruna memperkenalkan karya mereka. Ya, fenomenal atau tidaknya ogoh-ogoh bergantung bagaimana cara setiap STT mampu memperkenalkan karya mereka sehingga selain bisa dikenal dengan orang luar Denpasar sekalipun juga belum pernah ke Denpasar. Nah banjar Tainsiat ini termasuk mampu mempublikasikan secara baik karya mereka ke orang-orang sehingga mampu dikenal dan diapresiasi dengan cepat.

Kemudian karakteristik dalam ogoh-ogoh mereka. Kefenomenalan ogoh-ogoh banjar Tainsiat kira-kira  adalah tahun 2010 dengan ogoh-ogoh yang berjudul "Chandra Bhairawa" . Ogoh-Ogoh berkepala banyak yang menceritakan kesaktian Salya atau paman Nakula Sadewa ini banyak dibicarakan oleh orang-orang  salah satunya karena jumlah kepala ogoh-ogoh yang banyak. Mungkin pada tahun itu ogoh-ogoh dengan kepala banyak atau lebih dari satu bukanlah hal yang lumrah sehingga begitu Tainsiat muncul dengan model seperti itu langsung menjadi sorotan. Walaupun dalam lomba ogoh-ogoh harus puas dengan juara 2 namun Tainsiat tetap selalu menjadi pembicaraan bahkan ada yang menganggap ogoh-ogoh Chandra Bhairawa menjadi pelopor ogoh-ogoh berkepala banyak kemudian hari.

Kefenomenalan banjar ini lebih terasa pada tahun 2016 ketika mereka membuat ogoh-ogoh "Bade mas" Ogoh-ogoh bertema mengleakan tingkat tinggi ini kembali menjadi sorotan. Bukan hanya desainnya yang bagus tapi juga konsep "bade mas" yang diusung juga unik pada jaman itu. Ogoh-ogoh yang dipadukan dengan bade atau sarana pengantar jenazah di Bali saat pengabenan kembali lagi bukan hal yang lumrah sehingga ketika Tainsiat mengkreasikanya pada tahun-tahun berikutnya banyak yang membuat ogoh-ogoh dengan tema serupa.

Begitupun tahun 2017 ketika Tainsiat membuat ogoh-ogoh "Siwer Mas" yaitu bertema pengeleakan dengan motif sampian atau sarana upakara di Bali.  Tahun 2018, Tainsiat mulai mengenalkan inovasi ogoh-ogohnya dengan mesin sehingga memungkinkan ogoh-ogoh bisa bergerak. Aji Ratu Sumedang berhasil memukau penonton dengan gerak mesin yang bisa membuat ogoh-ogoh tersebut dalam posisi tegak dan bungkuk. Sebenarnya ogoh-ogoh dengan gerak mesin bukan sesuatu yang baru jaman itu, namun balik lagi kefenomenalan ogoh-ogoh Tainsiat memang membuat ogoh-ogoh ini selalu dikagumi. 

Yang paling epik terjadi tahun 2019. Ketika eksperimen maestro mereka " Keduk" mengusung tema Kumbakarna dengan konsep tidur lalu bangun berdiri dengan bantuan mesin. Menaikkan ogoh-ogoh dalam posisi tidur kemudian berdiri tegak 90 derajat seperti sebuah perjudian bagi Keduk dan Tainsiat karena bukan sesuatu yang biasa dilakukan oleh ogoh-ogoh bermesin gerak. Terbukti ketika hari H, masalah muncul dengan patahnya elemen dalam sistem gerak ogoh-ogoh itu. Keduk dan kolega harus berjuang keras sampai pukul satu malam sampai ogoh-ogoh bisa berdiri tegak. Sesuatu yang membuat semua tak percaya karena sempat dikira akan gagal akhirnya mampu berdiri tegak dan melanjutkan pawainya.

Balik lagi ke awal bahwa ogoh-ogoh Tainsiat yang paling utama yang membuatnya fenomenal adalah bagaimana karakteristik setiap ogoh-ogohnya yang menjadi pelopor bagi anak muda di daerah lain untuk mengkreasikan ogoh-ogoh serta bagaimana "marketing " STTnya serta dibaliknya terdapat maestro Keduk yang juga menjadi jawara dalam hal otomotif.

Kemudian kita membahas tentang Gemeh atau ogoh-ogoh banjar Gemeh. Kali ini Tainsiat seperti mendapat saingan baru dalam hal kefenomenalan yaitu banjar Gemeh yang berlokasi di Denpasar Barat. Kefenomenalan Gemeh sebenarnya baru muncul pada tahun 2017 dengan ogoh-ogoh " Taru Pule" nya. Kira-kira apa, ya, yang berbeda dari ogoh-ogoh lain pada umumnya?

Dipandang dulu secara subjektif yang membuat berbeda dan fenomenal adalah nilai dan taksu yang terpancar dari ogoh-ogoh ini. Seperti yang kita ketahui Taru Pule yang menyingung tentang alam dan lingkungan ini adalah hal yang baru serta menurut beberapa pendapat taksu atau aura magis dari ogoh-ogoh ini yang membuat sorotan masyarakat juga tertuju dalam ogoh-ogoh ini. Kemudian tahun 2018 ketika mengusung paksi ireng. Sesuatu yang unik karena konsep burung yang berwarna hitam seperti burung gagak dengan filosofi juga diambil dari alam dan lingkungan hidup.

Memang nilai-nilai dari ogoh-ogoh gemeh merupakan hal yang paling menonjol. Sang Maungpati dan juga Meme Dewa Ratu pada tahun 2019 dan 2020 jika dipandang secara subjektif banyak yang menilai bahwa nilai yang diambil, taksu, dan juga konsep memang sangat baru dan mungkin belum pernah dibuat sebelumnya. Filosofi yang diambil juga sangat mendalam seperti yang sering dipaparkan maestronya "Marmar Herayukti" dalam postinganya . Sebagai seorang yang berorientasi seni baik itu seniman maupun penikmat seni  , nilai, filosofi dan taksu adalah hal yang penting dalam ogoh-ogoh sebagai karya seni rupa dan gameh pun menunjukkanya dengan sangat baik. Tak  heran karya banjar ini selalu ditunggu masyarakat dengan filosofi, nilai, dan taksunya.

Kemudian beralih ke Tampaksiring tapatnya banjar Kelodan. Sebagai pengantar saja, Tampaksiring mempunyai kelebihan yang membuat beda dari yang lain yaitu dari segi anatomi atau bentuk tubuh yang kalau dibilang otot-otot ogoh-ogohnya seperti binaraga serta ukuran yang besar. Ogoh-ogoh yang diarsiteki oleh Gusman Surya ini mulai fenomenal pada tahun 2018 . Ogoh-ogoh bertema prajurit mirip Gajah Mada ini sekilas dari anatomi sama saja dengan yang lain tapi yang membuatnya beda adalah pose atau gayanya. Sangat gagah dan terkesan seperti nyata. Tak heran walaupun di luar Denpasar ogoh-ogoh ini disorot oleh masyarakat.

Tahun 2019 adalah yang paling epik. Ogoh-ogoh Nava Durga ini dikemas dengan konsep yang luar biasa bukan hanya masalah ukuran dan anatomi juga kesan horor yang didapat juga luar biasa, bisa dibilang Durga yang dikreasikan beda dari pada umumnya. Begitu juga ketika membuat ogoh-ogoh Raja Buduh tahun 2020. Lagi-lagi pose atau gaya serta anatomi menjadi hal yang membuat masyarakat semakin penasaran dengan karya dari Kelodan Tampaksiring dari tahun ke tahun.

Oke jika kita gabungkan ketiga elemen yang fenomenal itu yaitu bagaimana ogoh-ogoh harus mengutamakan inovasi terutama teknologi, nilai, filosofi serta pose atau gaya ogoh-ogoh tersebut betapa hebatnya dan sempurnanya sebuah karya seni. Itulah yang tercermin bahwa Tainsiat ( Inovasi dan teknologi) , Gemeh ( nilai dan filosofi) serta Kelodan Tampaksiring ( pose dan gaya)  adalah trio kombo yang sempurna yang akan menjadi inspirasi bagi pemuda-pemuda Bali ke depan.

Ikuti tulisan menarik Yoga Sadhu lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler