x

sumber pixabay.com

Iklan

Yoga Sadhu

Penulis
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 29 Januari 2021 15:28 WIB

Tantangan Indonesia Menjalankan Revolusi Mental dalam Pendidikan

Revolusi mental yang digaungkan pendiri bangsa kita adalah sesuatu yang teramat sulit kita lalui tanpa adanya sinergi dari banyak pihak yaitu pemerintah, tokoh, dan masyarakat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Revolusi mental merupakan sesuatu yang tidak asing lagi di Indonesia. Istilah yang sudah ada sejak era Presiden Soekarno, saat ini menjadi visi besar bagi pemerintahan Joko Widodo. Namun, mewujudkanya bukanlah sesuatu yang mudah. 

Di usia bangsa yang bisa dikatakan tua yaitu 75 tahun, revolusi mental belum bisa diwujudkan dengan baik. Ada beberapa tantangan untuk mewujudkan visi mulia tersebiut dalam bidang pendidikan.

Pertama, adalah membangun generasi masyarakat yang unggul dan kompetitif. Persaingan merupakan hal yang lumrah dalam teori kehidupan. Jika suatu negara ingin maju, maka perlu dibentuk generasi yang kompetitif. Dengan demikiankita bisa bersaing bahkan mengungguli negara lain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, dalam kenyataanya negara kita masih tertinggal di berbagai bidang. Hal ini disebabkan sistem pendidikan kita yang kurang menekankan minat dan bakat generasi penerus untuk memfokuskan kepada yang mereka sukai. Bahkan nilai pelajaran yang tidak ada harganya lagi karena bukan dijadikan tolak ukur pekerjaan dan perjenjangan ke lebih tinggi, membuat tingkat kompetitif di Indonesia berkurang. Peserta didik akan malas dalam menggapai hasil maksimal dan pendidik akan asal menilai karena toh nilai bagus atau kurang tidak akan berpengaruh dalam dunia karier.

Kedua adalah membangun generasi berkatakter. Pendidikan karakter di negeri kita tercinta ini sesunguhnya hanyalah sebatas salam dan tepuk. Kasus bullying yang kerap divideokan bahkan disebarkan menjadi tantangan paling berat dalam mewujudkan pendidikan karakter. Bahkan guru pun yang harusnya dihormati menjadi sasaran bullying siswa di sekolah. Lalu dimana pendidikan karakter itu ?. Mirisnya hal-hal seperti ini justru tidak pernah didiskusikan dan dicari solusiya. Selain itu, hoaks atau berita bohong yang dibuat oleh masyarakat disebabkan oleh minimnya kekuatan pengetahuan literasi dan keterbukaaan informasi.

Ketiga adalah menciptakan generasi yang toleran. Toleransi merupakan hal yang harus diajarkan pertama dalam pendidikan. Hal ini karena Indonesia merupakan negara majemuk dan beraneka ragam suku bangsa. Namun fanatisme SARA  dan kebencian yang terjadi di Indonesia tentunya membahayakan tolerasi di Indonesia dan masih saja terus terjadi. Minimnya pengetahuan tentang kesadaran persatuan, kesamaan dan kebhinekaan membuat rasa fanatisme terhadap suatu golongan akan muncul.

Keempat adalah sikap kritis terhadap pemberitaan di media sosial yang masih kurang. Analisa yang kurang inilah seringkali membuat kita sangat mundah termakan berita bohong yang menyebabkan konflik dalam masyarakat dan yang kelima yang paling penting adalah integritas yang masih kurang. Jujur kecurangan demi kecurangan yang terjadi di dunia pendidikan seakan menjadi pertunjukan yang sulit kita hindari. Hanya demi nilai bagus dan karier kecurangan kadang menjadi pilihan . Bisa dikatakan kejahatan seperti korupsi dan kolusi adalah buah dari perilaku kecurangan tersebut.

Tantangan inilah yang harus diperhatikan bukan hanya oleh pemerintah, namun juga oleh warga Indonesia dan elemen pendidikan demi mewujudkan generasi emas 2045 dan revolusi mental.

 

Ikuti tulisan menarik Yoga Sadhu lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler