Air Mata Feniks
Selasa, 16 November 2021 08:37 WIB
Kisah seseorang yang berenkarnasi di dunia yang berbeda tanpa membawa ingatan masa lalunya. Namun, dia menemukan bahwa dirinya bukan lagi seorang manusia.
Yang aku ingat ketika aku membuka mataku hanyalah fakta bahwa aku telah mati sebelumnya dan diriku yang merupakan seorang perempuan. Kini, aku justru menemukan diriku yang tidak bisa bergerak dan menatap dinding ruangan yang asing bagiku. Lalu, seorang gadis cantik berambut pirang mendekatiku. Dilihat dari wajahnya, mungkin dia baru berumur lima tahun.
Gadis kecil itu menatapku dengan mata yang berbinar. Kemudian, gadis kecil itu menjulurkan kedua tangannya ke arahku dan mengangkatku dengan mudah.
Aku sungguh kebingungan. Meskipun ingatanku lenyap, aku yakin bahwa seorang gadis kecil tidak akan bisa mengangkat tubuhku. Ketika gadis kecil itu menatap cermin, barulah aku tahu mengapa dia bisa melakukannya.
“Tidak mungkin!”
Di hadapanku adalah refleksi gadis kecil itu dan diriku. Walaupun aku tidak mengingat siapa diriku, aku yakin bahwa diriku adalah manusia. Tetapi, kini kenyataan itu telah berubah.
Aku telah menjadi sebuah liontin dengan rantai platinum yang indah dan sebuah kristal bening. Dan hanya aku yang dapat mendengar suaraku.
“Kenapa aku menjadi liontin?!”
Aku hanya bisa menangis. Kontras dengan tangisanku, gadis kecil itu tersenyum riang ketika dia mengenakan diriku yang merupakan sebuah liontin.
Gadis kecil itu memang cocok mengenakan liontin, tapi liontin itu adalah aku! Kumohon, ubah aku kembali menjadi manusia!
Saat itulah, seorang pelayan datang mengatakan bahwa waktu tidur telah tiba kepada gadis bernama Feny tersebut. Aku tidak tahu apakah aku bisa tidur atau tidak, yang pasti aku sangat ingin mengistirahatkan pikiranku yang merasa syok atas apa yang terjadi.
***
Keesokan paginya, aku terbangun. Untungnya, aku bisa tidur. Jika tidak, mungkin kelelahan mentalku akan menumpuk dan membuatku gila.
Selesai mandi, Feny mengenakan gaun putih dan juga mengenakan diriku. Lalu, Feny bertemu dengan ayahnya yang bernama Simurgh dan ibunya yang bernama Eliza di ruang makan. Setelah saling menyapa, mereka pun menyantap sarapan bersama.
Selesai sarapan, ketiganya meminum teh yang disuguhkan para pelayan sambil berbincang-bincang.
Dari perbincangan mereka, aku mengetahui bahwa keluarga mereka yang memiliki nama Heliolis adalah sebuah keluarga bangsawan dengan peringkat duke yang merupakan bangsawan tertinggi di Kerajaan Sirg.
Aku tidak pernah mendengar tentang Kerajaan Sirg sebelumnya. Entah itu karena aku tidak bisa mengingat apapun, atau karena memang kerajaan tersebut tidak ada di kehidupanku yang sebelumnya. Apakah ini dunia yang berbeda?
“Liontin itu sangat cocok untukmu, Feny,” kata Eliza.
“Terima kasih, Ibuhanda. Ini semua berkat kalian yang telah setuju untuk membuat kristal yang aku temukan menjadi liontin yang sangat indah.”
“Kristal itu adalah air mata feniks yang terkristalisasi alami dan memiliki kekuatan untuk membangkitkan makhluk dari kematian. Kau diberkahi oleh feniks, Feny. Mungkin kekuatan itu akan membantumu di masa depan.”
Aku tidak tahu ekspresi Feny saat ini, tapi aku merasa Feny sangat senang. Apakah aku dapat merasakan perasaannya?
Lalu, ada fakta bahwa Feny menemukan sebuah kristal dan orangtuanya membuat kristal tersebut menjadi hiasan untuk liontin. Apakah aku sebenarnya bukan bereinkarnasi menjadi liontin, melainkan bereinkarnasi menjadi kristal? Jika aku adalah sebuah kristal, mengapa kesadaranku terbangun setelah aku sudah menjadi sebuah liontin?
Terlalu banyak pertanyaan yang mungkin tidak ada jawabannya. Dan walaupun aku tahu, apa yang bisa aku perbuat? Terlepas dari identitasku, aku menemukan kemungkinan bahwa aku bisa membangkitkan makhluk hidup yang telah mati. Bukankah ini buruk? Aku bisa saja diincar dan itu akan membahayakan Feny!
Tunggu. Mengapa aku mengkhawatirkannya? Aku sama sekali belum mengenalnya. Apakah karena aku dapat merasakan perasaan yang dia alami?
Aku pun termenung.
***
Hari-hari berlalu. Feny selalu mengenakan diriku dan hal tersebut membuatku mengenalnya lebih dalam.
Dia belajar dengan serius di bawah bimbingan tutor pribadi. Menurut tutor pribadinya, perkembangan Feny terbilang cepat dibandingkan anak-anak lain di usianya.
Feny hanya memiliki kelemahan dalam sihir. Feny memang bisa merasakan aliran energi sihir dan mengendalikannya, namun daya sihirnya sangat lemah. Meski begitu, Feny tidak pernah mengeluh dan selalu berlatih untuk meningkatkan daya sihirnya.
Bersamanya, aku dapat melihat secara langsung acara-acara kebangsawanan. Bahkan, Feny bertemu dengan pangeran mahkota dan berteman dengannya.
Semuanya baik-baik saja sampai hari itu tiba.
Eliza meninggal secara mendadak karena suatu penyakit ketika Feny menginjak usia 10 tahun. Lalu, Simurgh tiba-tiba menikahi seorang marchioness janda bernama Diana yang memiliki dua anak.
Semuanya berubah.
Diana memecat para pelayan yang biasa mengurus Feny. Kakak laki-laki tiri Feny yang bernama Daniel bersikap arogan. Sedangkan, kakak perempuan tiri Feny yang bernama Liana membenci Feny. Ketika Simurgh tidak ada di rumah, mereka memperlakukan Feny dengan kasar.
Dua minggu setelah pernikahan, Simurgh jatuh sakit dan meninggal. Diana dan kedua anaknya pun menguasai keluarga Heliolis.
Mereka memperlakukan Feny seperti budak. Para pelayan diancam untuk tidak membantu Feny dan menjaga rahasia atas situasinya.
Liana berkali-kali mencoba mengambilku dari Feny. Untungnya, ada pelindung sihir yang mencegahnya.
Lima tahun berlalu. Feny bagaikan berada di neraka. Kamarnya telah dipindahkan ke gudang lama dan hanya diberikan pakaian yang usang.
Anehnya, Feny tidak pernah menangis dan mengeluh. Seingatku, dia hanya menangis ketika kedua orangtuanya meninggal. Padahal, situasinya bisa membuatku ingin mati demi mengakhiri penderitaan lebih cepat.
Namun, Feny tetap bangkit dan menjalani hidupnya.
Setiap malam, dia selalu berbicara sendiri bahwa penderitaan yang dia alami akan berakhir jika dia tidak pernah menyerah. Tapi, tubuhnya sudah mencapai batas. Meski tekadnya sekeras baja, tubuhnya adalah tubuh rapuh gadis manusia.
Ketika Feny sedang mengepel lantai, dia tiba-tiba ambruk dan terbatuk. Aku hanya bisa melihat dan berteriak histeris ketika aku melihat dia batuk darah tanpa henti.
“Kenapa kau mengotori lantai?!”
Itu adalah suara dari Daniel.
“Uhuk! Maafkan aku, Kakak... Akh!”
Daniel menginjak tubuh Feny yang kurus dan berteriak,
“Aku bukan kakakmu, Budak!”
Kekhawatiranku memuncak. Aku tahu Feny tidak bisa mendengarku, namun aku terus memanggil namanya.
Feny sama sekali tidak bergerak.
Daniel memerintahkan dua pelayan untuk membawa Feny ke kamarnya. Mereka melempar tubuhnya ke atas kain coklat yang merupakan alas tidur Feny.
Salah satu pelayan berkata,
“Malangnya. Kalau saja dia bukan anak dari Eliza yang merebut hati tuan Simurgh, dia tidak akan tersiksa seperti ini.”
Aku merasakan kemarahan besar.
Hanya karena alasan itu sehingga mereka menyiksanya?
Tiba-tiba, aku merasa kedinginan. Sesuatu yang buruk mungkin terjadi kepada Feny yang tidak sadarkan diri. Aku hanya bisa menangis dan berharap Feny baik-baik saja.
***
Feny sama sekali belum siuman bahkan setelah tiga jam berlalu. Aku sama sekali tidak bisa melakukan apapun.
Tiba-tiba, aku mendengar kegaduhan dari luar. Aku bisa mendengar suara Diana dan kedua anaknya berteriak.
Lalu, tiga orang berzirah membuka pintu. Salah satu dari tiga orang itu adalah laki-laki tampan dengan rambut pirang. Mata birunya mengeluarkan air mata saat dia memeriksa Feny.
Aku mengingatnya. Dia adalah pangeran yang berteman dengan Feny.
Saat terakhir kali mereka bertemu, dia mengatakan bahwa dia akan bersekolah di kerajaan lain. Sepertinya, dia sudah kembali ke kerajaan ini. Namanya adalah Fenriour.
Fenriour memeluk tubuh Feny saat salah satu prajurit bertanya,
“Ada apa, Yang Mulia?”
Dengan suara bergetar, Fenriour menjawab,
“Dia telah tiada. Kita terlambat.”
Aku hanya terdiam.
Lalu, berbagai gambaran melintas di pikiranku. Gambaran sepasang suami-istri yang tersenyum kepadaku, gambaran perempuan yang menyemangatiku, dan gambaran diriku yang berputus asa dan menjatuhkan diriku dari gedung sepuluh tingkat.
Itu adalah ingatanku sebelum mati.
Aku lulus dari salah satu SMA di Jakarta dan melanjutkan kuliahku di sana. Namun, aku tidak sanggup mengikuti mata perkuliahan yang rumit dan akhirnya memutuskan untuk berhenti.
Setelahnya, aku fokus untuk mencari pekerjaan. Tetapi, aku tidak bisa mendapatkan pekerjaan bahkan sampai usia 30 tahun. Aku juga tidak bisa menemukan pasangan hidup.
Tekanan yang aku rasakan mulai memuncak karena orang-orang menyebutku sebagai beban untuk kedua orangtuaku. Pada akhirnya, aku menyerah dan mengakhiri hidupku.
Aku mati sia-sia tanpa memikirkan perasaan orang-orang yang peduli kepadaku. Aku sungguh menyedihkan.
Lalu, aku mengingat sosok Feny.
Feny selalu belajar dengan giat tanpa mengeluh.
Dia benar-benar anak yang rajin.
Feny secara rutin mengunjungi panti asuhan untuk bermain bersama anak yatim-piatu dan memberikan donasi kepada mereka.
Dia benar-benar anak yang baik hati.
Feny selalu bangkit dengan tekad hidup yang kuat bahkan saat keadaan menjadi sangat sulit.
Dia benar-benar anak yang kuat.
Lalu, kenapa dia mati dengan begitu mudah? Apakah takdir memang sekejam ini?
“Apa gunanya diriku yang merupakan sebuah barang legenda jika aku tidak bisa membantunya?” Tanyaku dalam hati.
Aku pun tersadar. Air mata feniks yang terkristalisasi alami dapat membangkitkan makhluk dari kematian. Aku pasti bisa melakukan sesuatu untuk Feny. Feny memiliki tekad untuk hidup dan aku mungkin bukanlah sesuatu yang tidak berguna.
Aku mencoba mengaktifkan kekuatan tersebut. Setelahnya, seluruh pandanganku terhalang oleh cahaya putih yang membuatku memejamkan mata.
***
Saat aku membuka mataku, aku mendapati diriku berada di ruangan putih. Di hadapanku adalah Feny yang berdiri dengan mata yang terpejam. Aku melihat bahwa aku memiliki tubuh manusia. Dengan cepat aku berlari ke arah Feny dan memeluknya.
“Feny.”
Aku memanggil namanya sambil meneteskan air mata.
Lalu, Feny merespon,
“Kakak? Kakak siapa?”
Aku melepaskan pelukanku, namun tetap memegang kedua bahunya, dan menatapnya.
“Namaku adalah Anita. Aku adalah liontin milikmu. Mungkin itu terdengar aneh dan kau tidak mungkin mempercayainya, namun itulah kenyataannya.”
Aku tidak mengharapkan Feny untuk percaya. Siapa pun pasti tidak akan percaya jika seseorang memperkenalkan dirinya sebagai sebuah liontin.
“Aku percaya. Aku merasakan perasaan familiar ketika kau memelukku. Aku selalu merasakannya saat aku mengenakan liontinku.”
Air mataku mengalir lebih deras karena Feny mempercayaiku. Feny yang mungkin merasa khawatir dengan lembut mengusap air mataku dengan tangannya.
Setelah berhenti menangis, aku menjelaskan semuanya.
“Jadi, aku mati. Sayang sekali. Aku masih ingin hidup,” kata Feny setelah aku mengatakan bahwa dia telah meninggal.
“Tenanglah. Aku adalah liontin yang memiliki air mata feniks yang terkristalisasi alami. Aku menggunakan kekuatan itu dan menghidupkanmu kembali.”
Kontras dengan senyumanku, Feny menampakkan kesedihan di wajahnya.
“Kakak, aku pernah membaca bahwa jika kekuatan itu diaktifkan, maka air mata feniks yang terkristalisasi itu akan lenyap. Jika kau bukanlah liontin, melainkan merupakan air mata feniks yang terkristalisasi, maka kau akan lenyap.”
Lalu, tubuhku mulai menjadi transparan sedikit demi sedikit. Ternyata begitu. Aku bukanlah liontin. Aku adalah air mata feniks yang terkristalisasi. Aku akan lenyap dari dunia ini. Tapi,
“Ini bukan akhir yang buruk. Kali ini, kematianku tidak sia-sia. Aku bisa berguna untuk seseorang.”
“Kakak! Jangan pergi!”
Feny memelukku dengan erat sambil terisak. Ini adalah kali ketiga Feny menangis. Aku sama sekali tidak menyangka bahwa dia akan menangis untukku. Aku tersenyum dan memeluk tubuhnya sambil mengusap punggungnya yang bergetar.
“Feny, tetaplah menjadi gadis yang rajin, baik hati, dan kuat demi kedua orangtuamu dan diriku. Jangan pernah menyerah dalam kehidupan. Hiduplah sampai kau menjadi tua dan memiliki banyak orang yang menyayangimu dan jangan kau sia-siakan kasih sayang mereka. Kau berjanji?”
“Aku berjanji!”
Aku sangat bahagia. Aku akhirnya bisa berguna untuk orang lain.
“Hiduplah! Teruslah bangkit bahkan jika rasa sakitmu setara dengan kematian!”
Setelah mengucapkan kata-kata terakhirku, kesadaranku pun lenyap.
***
Pernah ada seorang ratu yang sangat dicintai oleh seluruh rakyat di Kerajaan Sirg. Sebelum menjadi ratu, dia pernah menjadi korban dari penyihir yang menguasai sihir kegelapan.
Penyihir tersebut membunuh kedua orangtuanya menggunakan kutukan. Setelahnya, kehidupannya menjadi mengenaskan hingga kematian dianggap lebih menyenangkan.
Namun, dia tidak pernah menyerah dan terus hidup dengan tekad yang kuat.
Akhirnya, sang raja yang dulunya masih bergelar pangeran bergerak untuk menyelamatkannya.
Tapi, dia telah meninggal. Untungnya, keajaiban terjadi di saat itu pula.
Cahaya putih bersinar dari liontinnya dan menghidupkannya kembali. Ternyata, kristal pada liontinnya adalah sebuah air mata feniks yang terkristalisasi alami yang bisa membangkitkan makhluk hidup dari kematian.
Sang pangeran bertunangan dengannya dan menikah ketika mereka berusia 18 tahun. Sepuluh tahun setelah pernikahan, sang pangeran diangkat menjadi raja dan dia diangkat menjadi ratu. Mereka saling mendukung satu sama lain untuk membangun kerajaan yang lebih baik.
Sang ratu mengusulkan banyak program untuk membantu pendidikan dan usaha para rakyat kecil. Berkat itulah, Kerajaan Sirg menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Saat sang ratu membuka sebuah program atau fasilitas penting untuk program tersebut, dia selalu berkata dengan tegas,
“Jangan pernah menyerah dalam kehidupan! Hiduplah! Teruslah bangkit bahkan jika rasa sakitmu setara dengan kematian!”
Kata-kata itu menyentuh hati siapapun yang mendengarnya dan menjadi motivasi semua orang.
Kini, 50 tahun telah berlalu semenjak sang ratu meninggal di kasurnya dengan ditemani oleh anak-anak dan cucu-cucunya. Saat itu, seluruh kerajaan bersedih menangisi kepergian sang ratu yang mereka cintai.
Meski telah tiada, kisah sang ratu terus diceritakan oleh banyak orang.
Nama dari sang ratu adalah Feny Heliolis Anita von Sirgtima.
Dalam kehidupannya, dia terus bangkit dengan tekad yang membara sesulit apa pun masalah yang menimpanya.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Air Mata Feniks
Selasa, 16 November 2021 08:37 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler