x

cover buku Rojak

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 16 November 2021 12:24 WIB

Rojak

Perjumpaan budaya peranakan dengan budaya Jawa dalam sebuah pernikahan yang disajikan dengan aneka rasa seperti halnya RUJAK.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Rojak

Penulis: Fira Basuki

Tahun Terbit: 2005 (cetakan keempat)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Grasindo        

Tebal: vii + 174

ISBN: 979-732-343-9

 

Saya membaca novel ini setelah selesai membaca novel berjudul Pai Yin karya Lan Fang. Kedua novel ini mempunyai kemiripan tema. Tema yang dibahas di kedua novel ini adalah perjumpaan budaya peranakan dengan budaya lain. Jika novel Pai Yin membahas perjumpaan budaya Tionghoa dengan budaya Tiongkok, Rojak membahas perjumpaan budaya peranakan dengan budaya Jawa. Selain dari kesamaan tema, kedua novel ini mempunyai kesamaan lokasi. Kedua novel ini mengambil lokasi utama di luar Indonesia. Pai Yin mengambil lokasi di Daosan – Fujian, sedangkan Rojak mengambil lokasi utama di Singapura.

Rojak karya Fira Basuki membahas tentang pernikahan seorang perempuan peranakan bernama Janice Wong (Jan) dengan seorang lelaki Jawa bernama Setyo Hadiningrat (Set). Melalui kisah mereka, kita disuguhi berbagai kerumitan perjumpaan dua budaya dalam pernikahan.

Fira Basuki memakai gaya bertutur dua lapis. Lapis pertama adalah tuturan tokoh utama Jan melalui buku hariannya yang disapanya dengan sapaan “Coklat.” Sedangkan lapis kedua adalah tuturan melalui teman Janice yang bernama Bernice. Bernicelah yang dipercaya oleh Jan untuk menyerahkan “Coklat” kepada seorang pemuda bernama Eric. Di bagian akhir, Fira Basuki memberi kejutan karena Eric Tan adalah Tan Yang Seng (Wong Feng Huang) yang adalah suami dari Bernice. Rasa bahagia Berince yang menganggap dirinya mempunyai kehidupan pernikahan yang sempurna, tidak seperti yang dialami oleh Jan, seketia menjadi runtuh.

Janice dibesarkan dalam budaya peranakan yang serba bekerja keras, sedangkan Setyo Hadiningrat adalah anak seorang Jawa kaya yang sangat erat memelihara budaya Jawa. Mereka tinggal di sebuah apartemen di Singapura. Pernikahan mereka bahagia, meski tidak terlalu berlimpah dalam harta. Mereka mempunyai dua anak, satu lelaki (Bagus yang dipanggilnya Boy) dan satu perempuan (Meita yang dipanggilnya Mei-Mei). Pernikahan mereka baik-baik saja, sampai sang Ibu pindah ke apartemen mereka. Sang Ibu pindah ke Singapura karena ayah Set meninggal. Sepeninggal ayahnya, baru ketahuan bahwa keluarga ini sudah bangkrut dan meninggalkan banyak hutang.

Kebahagiaan keluarga Set dan Jan terganggu dengan kehadiran sang Ibu. Nami - demikian nama sang Ibu, berperilaku seperti ratu di apartemen sang anak. Ia mengambil alih apartemen dengan membuat aturan-aturan baru sesuai kehendaknya.  Ia membawa banyak barang yang menurut dia penuh dengan kenangan. Barang-barang tersebut membuat apartemen jadi sempit. Jan dan Set harus menguras tabungan untuk membeli almari yang sepadan dengan kristal-kristal sang ibu. Bahkan Jan dan Set sampai harus mencari pembantu supaya Jan bisa bekerja mencari tambahan nafkah.

Kehadiran Nami dan Ipah – sang pembantu, juga sangat berpengaruh dalam kehidupan Boy dan Mei-Mei kedua anak Jan. Boy kembali dipanggil sebagai Bagus. Mei-Mei kembali dipanggil sebagai Meita. Kedua anak tersebut menjadi bingung. Apalagi karena kurangnya pengawasan, Boy dan Mei-Mei terpengaruh dengan film porno yang sering diputar oleh Ipah.

Situasi di apartemen yang tidak menyenangkan membuat Jan dan Set mencari hiburan di luar rumah. Jan menjalin affair dengan seorang trainer kebugaran bernama Eric Tan. Sedangkan Set mulai mengenal kehidupan perempuan instan saat bertugas di luar rumah. Sampai akhirnya Set mendapatkan penyakit kelamin.

Bukan sampai di situ saja. Tragedi rumah tangga ini masih terus berlanjut. Inah – sang pembantu ternyata hamil dari Set. Karena emosi, Jan menyiram Inah dengan air panas. Akibatnya Jan harus masuk penjara.

Di penjara itulah Jan merenungi hidupnya. Ia ditinggalkan oleh Set, kedua anaknya dan mertua perempuannya. Ia juga kehilangan Eric yang dianggapnya telah menjadi belahan hidupnya. Jan merasa sendirian tak ada yang mempedulikan. Membeku sampai tua di penjara.

Fira Basuki memilih judul “Rojak” untuk novelnya. Pemilihan judul ini menurut saya tepat benar. Sebab rojak atau rujak dalam bahasa Indonesia berarti beraneka buah yang disuguhkan dengan sambal beraneka rasa. Tokoh-tokoh yang dihadirkan oleh Fira Basuki dalam novel ini menggambarkan keragaman rojak tersebut. Ada perempuan peranakan, pemuda Jawa, cina Singapura, orang India dan sebagainya. Singapura memang menjadi tempat perjumpaan berbagai budaya tanpa harus memaksakan dominasi salah satunya.

Kisah yang ditampilkan pun penuh rasa. Ada kehidupan yang asam, manis, pedas dan pahit. Seperti rasa yang tercampur dalam sepiring rujak. Fira berhasil mencampur budaya peranakan, budaya cina dan budaya Jawa dalam sebuah sajian kisah yang menarik dan beraneka rasa.

Rojak sendiri dalam bahasa Melayu Singapura berarti rusak. Mengelola suatu perbedaan jika tidak hati-hati memang bisa bikin rusak. 631

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB