x

Iklan

Nurhamdalah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 22 November 2021

Rabu, 24 November 2021 06:45 WIB

Petualangan di Dunia Renjana

Nirmana namanya, dia hanya seorang siswi biasa di Kota Kembang. Di masa pandemi ini dia sering kali membaca webtoon untuk mengusir rasa suntuknya. Suatu hari dia menemukan sebuah panel komik yang menarik perhatiannya. Komik tersebut berjudul Renjana. Apakah isi dari komik tersebut? Akankah ada hal menakjubkan yang menyambut Nirmana? Bagaimana dia menyelesaikan masalah tersebut dengan teman barunya? Ayo baca cerita ini daripada penasaran!!!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

PETUALANGAN  DI  DUNIA RENJANA

Karya : Nurhamdalah

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

   Di suatu hari yang sangat membosankan, hari – hari berlalu tidak terasa. Pada masa pandemi Covid seperti ini, sudah menjadi budaya saat daring, ketika biasanya bersekolah sambil duduk di kursi menggunakan seragam, kini bersekolah bisa menggunakan piyama. Seperti seorang siswi biasa bernama Nirmana, setelah belajar usai dia selalu membaca komik online sembari tiduran di kamar.

 

”Ya ampun bosen banget ya di rumah, dulu pengen libur setahun, sekarang udah dikabulin, eh kaya hibernasi, lama bener liburnya.” Keluh Nirmana.

 

Dia pun melanjutkan  scroll webtoon. Lalu, dia menemukan sebuah panel dengan gambar menarik, yang berjudul “Renjana”, dia pun meng-klik webtoon tersebut. Webtoon tersebut berisi tentang kegiatan study tour dari suatu kampus yang bertempat di museum Sri Baduga yang berada di Bandung.

 

“Sedih amat angkatan corona, orang mah study tour ke Jogja atau Bali, masa ini study tour di webtoon.” Oceh Nirmana pada dirinya sendiri, sembari membaca webtoon tersebut.

 

Hari menjelang sore dan Nirmana masih membaca webtoon, meskipun setengah mengantuk. Karena kelelahan dan bosan akhirnya Nirmana memejamkan matanya.

 

Teh... Teteh bangun atuh, ieu teh tos ashar, sholat.” Ucap mamahnya sembari membangunkan Nirmana, namun dia pura – pura tidak mendengar.

 

Heh tong pura – pura bobo wae nyonya, inget pamali mun bobo tos ashar teh ngke linglung.” Lanjut mamahnya memberi tahu.

 

“Astaghfirullah hal adzim, ya Allah mengapa ibuku berbeda.” Jawab Nirmana sambil melompat dari kasurnya.

 

“Heh ka mamah teh tong kitu, dicepret geura nya!” Jawab mamahnya sembari berancang ancang memukul Nirmana.

 

“LARI......” Jawab Nirmana sambil berlari.

 

Nirmana pun segera melaksanakan sholat ashar, setelah sholat Nirmana melanjutkan tidurnya dengan mukena yang masih terpakai. A few hours later *nada spongebob.

 

 

 

 

Neng.... bangun neng...” Ucap seseorang, dari suaranya sudah jelas suara seorang wanita paruh baya.

 

“Ya ampun kapan aku bisa tidur.” Keluh Nirmana dalam hatinya.

 

Neng... kenapa tiduran disini, bangun...” Lanjut ibu tersebut.

 

“Iya aku bangun nih.” Jawab Nirmana sembari mengucek matanya, dan bangun setengah sadar.

 

Saat Nirmana membuka mata, ada seorang ibu yang tadi membangunkannya, wajahnya terlihat tidak asing, beliau mengenakan baju kebaya putih khas sunda dengan rambutnya yang disanggul. Matanya yang tajam namun lembut, sangat anggun dilihatnya.

 

Aduh aku dimana ya ini?” Tanya Nirmana dramatis layaknya di sinetron kecelakaan.

 

Loh, kamu kan tadi lagi istirahat di sini, kamu itu lagi study tour sama anak jurusan fakultas sejarah dari UNPAD.” Tutur ibu tersebut sambil menunjuk tempat duduk Nirmana.

 

“Kenalin nama ibu Dewi Niskala, panggil aja bu Dewi.” Lanjut ibu tersebut sambil memperkenalkan diri.

 

Loh bu Dewi mah yang ada di webtoon renjana, ini juga museum yang ada di webtoon itu, ya ampun kok bisa kebawa mimpi gini sih, tidur lagi aja deh.” Jawab [Nirmana] dalam hati.

 

“Oh... begitu ya bu, kayanya saya mimpi deh, saya Nirmana, maaf saya tidur lagi ya bu.” Jawab Nirmana sambil bersiap untuk tidur kembali di kursi tadi.

 

Loh... neng, ngapain tidur lagi, ini bukan mimpi, kalau mau tidur jangan disini.” Ujar Bu Dewi.

 

Nirmana mengacuhkan perkataan bu Dewi, sembari berusaha tidur, dia berharap dapat terbangun dari mimpinya itu. Beberapa menit berlalu, Nirmana tidak dapat tertidur karena suara Bu Dewi yang terus membangunkannya.

 

Dalam hati dia berkata “Yaudah deh bangun juga ga bisa, lagian udah biasa mimpi kerasa nyata gini, paling ditengah jalan juga kebangun, coba aja deh siapa tau mimpinya rame, bangun juga bosen, mending study tour disini.” Pikir [Nirmana] panjang lebar.

 

“Iya bu saya bangun nih.” Jawab Nirmana dengan nada santai, karena dia pikir dia berada di mimpi.

 

“Silahkan kamu ikuti rombongan itu.” Ujar Bu Dewi sambil menunjuk sebuah rombongan yang sedang melihat – lihat replika barang bersejarah.

 

Nirmana pun beranjak pergi menyusul rombongan tersebut, saat akan berlari, Nirmana lupa belum berterima kasih dan mengucapkan salam, dia pun membalikkan badannya.

 

“Ibu... makasih ya-loh? Kok ibunya ga ada?” tanya Nirmana keheranan.

 

Yaudah deh namanya mimpi mah emang ga jelas, biarin deh yang penting udah bilang makasih.” Lanjut Nirmana.

 

Nirmana pergi mengikuti rombongan tersebut, seorang pemandu wisata nampaknya sedang menjelaskan tentang sebuah replika kereta kencana, yang bertempat di sebelah pintu masuk.

Pemandu wisata tersebut menjelaskan “Ada seorang pangeran Cirebon bernama Dendraningrat, beliau bermimpi melihat ada sebuah kereta berbentuk 3 karakter binatang, nah kan namanya kereta kencana Paksi Naga Liman, jadi 3 hewannya itu ada Paksi yang artinya burung, Naga yaitu ular naga, dan Liman yang artinya gajah.” Ucap Pak Edi salah seorang pemandu wisata disana sambil menunjuk bagian dari kereta tersebut.

 

Ah ngantuk, cari tempat lain deh.” Keluh Nirmana dalam hati. Lalu ada 2 orang pria yang nampaknya sedang membuat vlog. Nirmana pun tertarik untuk melihatnya lebih dekat.

 

“Ya guys jadi aku Rizan sekarang lagi ada di museum Sri Baduga Bandung, tujuan aku kesini itu untuk memenuhi tugas observasi museum ini”. Jelas seorang siswa yang ternyata bernama Rizan.

 

“Oh... namanya kak Rizan ya, kayanya masih SMA deh soalnya gapake almet.” Pikir Nirmana.

 

Rizan dan juru kamera tersebut nampak sedang memfoto dan memvideokan benda benda peninggalan masa sejarah sunda seperti replika batu tulis peninggalan kerajaan Pajajaran, replika pedati (alat transportasi khas daerah Indramayuuntuk mengangkat barang bangunan/padi).  Di lantai ini juga banyak koleksi yang berkaitan dengan zaman purba seperti fosil - fosil hewan dan tumbuhan, serta sejarah manusia purba yang hidup di Jawa Barat. Setelah itu mereka menaiki tangga menuju lantai dua. Nirmana pun mengikuti mereka, karena dia tidak mengenali siapapun disini. Di lantai dua ada berbagai macam pakaian adat seperti pakaian adat sunda, jawa, betawi dan daerah lainnya.

 

“Nah sekarang kita di lantai dua, bisa kalian liat kan, disini ada sepeda ontel, udah tau belum? kalo jaman dulu itu sepeda adalah kendaraan bangsa menengah.”

 Jelas Rizan kepada handphonenya.

 

 “Lalu disini ada sejarah budaya Islam juga, tuh ada replika perempuan yang ngaji, Assalamu’alaikum teh, teteh nuju naon?” canda Rizan.

 

Tampak seorang pria berbadan besar yang mengenakan seragam mendatangi mereka. Pria tersebut ternyata seorang pemandu museum bernama Pak Iip Syarief, beliau menjelaskan tentang sejarah budaya mata pencaharian masyarakat di Jawa Barat.

 

“Jadi masyarakat Jawa Barat itu merupakan masyarakat peladang atau disebut Ngahuma, makanya rumahnya selalu berada di bawah kaki gunung, nah setelah adanya pindah kekuasaan dari kerajaan mataram ke Jawa Barat baru ada sistem pertanian.’

 

Sejak zaman kerajaan hindu masyarakat Jawa Barat rutin menyelenggarakan upacara mapak serih, yaitu upacara musiman yang berkaitan dengan kegiaan bertani, upacara ini sebagai penghormatan kepada Nyi pohaci sang hyang sri/ Dewi padi yang memberikan sumber kekuatan hidup kepada manusia.  Selain berladang dan bersawah, masyarakat Jawa Barat juga kerap menangkap ikan.

 

“Wah... ternyata disini banyak replika orang orang sunda ya... ada yang nanem padi, berdagang, nyari ikan, hm... ini apa ya kok sangkar ayam dipake untuk ngambil ikan?” Ungkap Nirmana disusul pertanyaannya, ntah kepada siapa dia berbicara, dia memang sering berbicara sendiri.

 

“Itu namanya bubu, keliatannya emang kaya kandang ayam, tapi inimah untuk nangkep ikan, salah satu budaya warga sunda dulu.” Jawab seorang pria yang ternyata seorang siswa juga.

 

Dia menjawab sambil memfoto replika patung pedagang yang berada di dekatnya. Siswa tersebut ternyata si juru kamera teman dari Rizan. Pria tersebut berawakan tinggi, dengan memegang kamera yang dikalungkan di lehernya, dan berkacamata, tak lupa sorot matanya yang menggambarkan wawasannya yang luas. Hal tersebut membuat Nirmana terpana dan seakan melihat seorang bidadara penyelamat.

 

“Nama kamu siapa? Namaku Hanan, panggil aja Kak Hanan.” Ucap Hanan memperkenalkan dirinya, hal tersebut membuyarkan konsentrasi Nirmana.

 

“Oh.. i-iya nama saya Nirmana.” Jawab Nirmana dengan gugup.

 

“Ya ampun.. gausah baku gitu pake  nyebut saya, aku aja kali biar santai.”

Pinta Hanan.

 

“Oh.. iya kak” Jawab Nirmana

 

“Oh iya, aku baru denger ada nama Nirmana disini, kamu baru ya disini? Oh.. atau kamu pemeran pembantu?” Ucap Hanan dilanjut dengan bertanya keheranan.

 

“LOH? JADI BENER AKU DI DUNIA WEB-“ Jawab Nirmana dengan kencang, namun sebelum selesai berbicara, mulut Nirmana ditutup oleh Hanan.

 

“hey... suaranya jangan terlalu besar nanti terdengar yang lain." Jawab Kak Hanan.

 

“hmph...” Nirmana mencoba bernafas.

 

“Eh sorry aku lupa.” Ujar Hanan sembari melepas tangannya dari mulut Nirmana.

 

“Hah.... akhirnya.” Jawab Nirmana lega.

 

Hanan dan Nirmana salig bertanya mengapa bisa terjebak di dunia webtoon tersebut, ternyata alasannya sama karena membaca komik webtoon Renjana. Namun Hanan terjebak di museum ini bukan karena membaca webtoon Renjana, melainkan karena membaca wattpadnya. Hanan dan Rizan membuat vlog tentang museum tersebut karena mereka berpikir bahwa dengan melalui video yang diunggahnya tersebut akan membuat mereka kembali ke dunia asli mereka, seperti film the rings film yang tokoh hantunya keluar dari televisi. Saat mereka sedang berbincang, datanglah seorang ibu paruh baya yang anggun, yang tak lain adalah Ibu Dewi Niskala. Beliau berkata, satu – satunya cara untuk keluar dari dunia Renjana tersebut hanya dengan mempelajari seni dan budaya yang ada di museum tersebut dengan ikhlas.

 

 

Mereka pun berusaha mempelajari sejarah seni dan budaya sunda di lantai teratas yaitu lantai ketiga. Disana mereka mempelajari tentang pekerjaan yang menjadi budaya orang sunda salah satunya seperti Pande Besi, dan dalang wayang. Disana juga ada beragam koleksi berunsur seni sunda seperti gamelan, angklung, batik, uang rupiah jaman dulu, kerajinan tanah liat, dan juga permainan anak kecil di zaman dulu seperti congklak, gambar toong (bioskop jaman dulu), dan lain – lain, ada juga berbagai macam kain tenun.

 

Setelah mempelajari dan melihat isi dari museum tersebut, mereka berharap datang keajaiban yang membawa mereka kembali ke kehidupan normalnya, yaitu dunia nyata. Mereka hampir kehilangan harapan, namun Nirmana ingat bahwa dia tadi terbangun di tempat duduk yang berada di depan replika Gua Pawon, Nirmana pun berniat untuk masuk kesana.

Namun hal tersebut ditentang Kak Hanan.

 

“Kita coba aja dulu kak, siapa tau kita bisa keluar lewat gua itu.” Ujar Nirmana

 

“Kita gatau di dalem ada apa nir, kalau kita masuk malah muncul di dunia ghaib gimana?” Jawab Hanan menentang, dia terlihat khawatir kepada Nirmana.

 

Udah nan, kita coba aja dulu, kita juga harus berdo’a dulu, semoga aja kita bisa keluar dari dunia ini.” Usul Rizan

 

ya udah deh kita masuk, ayo kita berdo’a dulu” Jawab Hanan pasrah.

 

Akhirnya Nirmana, Hanan, dan Rizan memasuki Gua Pawon tersebut, mereka mauk sambil menutup matanya karena takut. Mereka terus berjalan beriringan, Gua yang terlihat kecil tersebut ternyata terasa sangat luas dan panjang. Lagi – lagi mereka hilang harapan karena tak kunjung melihat cahaya penerang, mereka hanya melihat cahaya samar dibalik kegelapan itu. Ternyata mereka lupa membuka mata mereka. Cahaya terlihat sangat jelas dari beberapa lampu penerang jalan, angin pun berhembus seakan menyambut mereka, pohon – pohon menggugurkan daunnya. Mereka terjatuh karena terharu sekaligus bahagia, dapat kembali ke dunianya.

 

“Ya Allah terima kasih sekali karena telah memberi hamba kesempatan kedua.” Ucap Nirmana penuh syukur.

 

“Bener ya ternyata segala sesuatu itu terjadi bagaimana niat, ucapan adalah do’a.” Tutur Hanan.

 

“Makanya, kalau kita pergi ke museum itu tujuannya jangan karena sekolah aja, tapi karena niat tulus mau belajar.” Ucap Rizan

 

“Ada pepatah mengatakan ‘Kejarlah ilmu walaupun sampai ke negeri China’, iya emang bener, tapi jangan lupa ‘Jangan berharap ilmu di China, kalau ilmu di negeri kita aja belum dikejar’.” Lanjut Rizan dengan perkataannya yang cukup menampar Nirmana.

 

“Iya bener, ya udah karena sekarang udah menjelang maghrib, kita pulang ke rumah masing – masing ya.” Ucap Nirmana

 

Nirmana beranjak untuk pulang ke rumahnya, seperti biasa saat dia akan berterima kasih, mereka menghilang, namun berbeda, kali ini Nirmana langsung pergi dan berlari secepat kilat ke rumahnya. Sesampainya di rumah, tidak ada siapapun disana, Nirmana langsung pergi ke kamarnya, dan siapa sangka ternyata tubuh Nirmana berada di atas kasur masih menggunakan mukenanya yang berwarna biru muda. Lagi dan lagi, Nirmana ingin menangis dan marah, kenapa hal ini tak kunjung selesai. Dengan perasaan pasrah, Nirmana menaiki kasurnya meski sedikit takut karena melihat badannya yang berada disana. Nirmana pun terlelap sambil menangis.

 

Teh... teteh.. hiks..." Ucap seorang wanita yang ternyata adalah Mamah Nirmana, beliau nampak sangat sedih sembari mengusap kepala anakya, berharap agar anaknya segera bangun.

 

Teh... bangun teh...” Lanjut Mamah Nirmana.

 

“Hah....” Suara nafas yang terhisap dari mulut Nirmana, Nirmana terlihat seperti kehabisan nafas.

 

Mamah Nirmana terkejut dan segera memberikan Nirmana segelas air. Ya, Nirmana kembali ke hidupnya yang nyata, berkat do’a ibunya yang senantiasa mengiringi Nirmana. Nirmana terbangun dan menangis. Tangisan sedih dan bahagia bercampur aduk. Nirmana menangis bahagia karena dapat kembali, namun  ia pun menangis sedih karena itu semua hanya mimpi, dia teringat akan teman barunya Hanan dan Rizan, ternyata mereka semua hanyalah temannya di mimpi yang membantu Nirmana untuk keluar dari dunia Renjana.

 

TAMAT 

 

Ikuti tulisan menarik Nurhamdalah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler