x

ilustr: PhillyVoice

Iklan

KinantiP

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 November 2021

Sabtu, 27 November 2021 06:38 WIB

Anak Pembawa Sial

Ia hanya anak pembawa sial, semua orang yang dekat dengannya pasti berujung sial. Apakah Arsen memang ditakdirkan untuk hidup sendiri? - Arsenio Nathaniel Alexander -

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tok Tok Tok

"Mah", ucap papah Qilla memanggil dari balik pintu. 

Tidak ada suara yang terdengar, apakah istrinya sedang tidur? ataukah terjadi sesuatu kepada istrinya? tanya papah Qilla dalam hati. Ia segera masuk ke dalam ruang tersebut dan memeriksa keadaan sosok yang paling ia cintai.

"Mamah", ucap papah Qilla panik melihat kondisi istri tercintanya yang sedang terduduk lemas dengan menitikkan air mata dalam diam.

"Ada apa mah?", tanya papah Qilla khawatir.

"Qilla pah", ucap mamah Qilla menangis histeris.

"Qilla kenapa mah?", tanya papah Qilla mulai memiliki firasat yang tidak enak. 

"Kecelakaan", ucap mamah Qilla memegang tangan papah Qilla, tidak kuat mendengar kabar tersebut.

Dadanya bergetar hebat, tubuhnya kaku. Bahkan kakinya tidak dapat menahan keseimbangan tubuhnya. Air mata mulai mengalir dari pelupuk mata. Ia tidak pantas disebut sebagai seorang papah. Ia bukan orang tua yang baik. Bagaimana kondisi anaknya sekarang? apakah ia baik-baik saja? ia harus pergi ke rumah sakit sekarang juga.

"Mah, kita ke rumah sakit. Semua akan baik-baik saja, anak kita kuat", ucap papah Qilla menatap mata sang istri menenangkan. Mamah Qilla hanya mengangguk tanpa berbicara sepatah katapun. Seluruh tenaga yang ia miliki sudah habis ketika mendengar kabar tersebut. 

Sesampainya di rumah sakit, mamah dan papah Qilla langsung berlari tak tentu arah. Hal yang paling penting bagi mereka saat ini adalah menemui putri kesayangan mereka. 

"Atas nama Raqilla berada di ruang mana ya?", tanya papah Qilla ngos-ngosan berusaha mencari dimana ruang tempat anaknya dirawat.

"Sebentar saya cek, atas nama Raqilla sedang berada di ruang UGD pak", ucap suster tersebut. Papah Qilla tambah panik ketika mengetahui anaknya sedang berada di ruang UGD. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, papah dan mamah Qilla berlalu pergi menuju ruang UGD.

Mereka menyusuri setiap lorong rumah sakit dengan perasaan campur aduk antara takut, sedih dan juga bingung. Perasaan takut kehilangan selalu menghantui benak mereka. Setiap langkah yang mereka lewati, membawa mereka kepada rasa bersalah yang selalu mengikuti mereka kemanapun mereka melangkah. 

Tepat di depan ruang UGD terdapat mamah Hyades dan teman-teman Qilla. Papah dan mamah Qilla panik menghampiri mamah Hyades.

"Bagaimana kondisi Qilla?", tanya papah Qilla khawatir, ia sangat berharap kondisi anaknya baik-baik saja. Akan tetapi itu semua hanyalah harapan, apapun yang terjadi hari ini harus kita terima dengan lapang dada karena itu semua merupakan bagian dari rencana Tuhan. Satu hal yang bisa kita lakukan saat ini, berdoa.

"Kami juga belum tahu kondisi Qilla saat ini karena sedari tadi dokter belum juga keluar dari ruang UGD", ucap mamah Hyades menjelaskan. 

Mendengar penjelasan mamah Hyades, Athena (mamah Qilla) merasa seluruh bagian tubuhnya lemas. Ia terduduk di lantai sambil menangis histeris.

"Hiks Hiks Qilla maafin mamah nak", ucap mamah Qilla berulang kali. 

"Qilla pasti baik-baik saja mah, anak kita kuat", ucap papah Qilla lembut berusaha menenangkan sang istri. Ia mendekati Athena dan memeluknya penuh perasaan. Tanpa sadar, papah Qilla menitikkan air mata sedih melihat kondisi anak dan istrinya. Tidak ada yang menyadari hal itu.

Sementara teman-teman Qilla menyaksikan hal tersebut dengan perasaan terpukul. Satu-satunya teman yang selalu menjadi penengah ketika mereka berantem sedang berada di ruang UGD saat ini. 

Arsen berjalan perlahan ke arah mamah dan papah Qilla, ia mendekati mereka dengan perasaan takut. Apakah kalian tahu apa yang ingin Arsen lakukan?.

"Om tante, Arsen minta maaf", ucap Arsen menundukkan kepala, tidak berani untuk melihat kedua orang yang berada di hadapannya. Mereka menatap Arsen penuh tanda tanya.

"Maaf kenapa nak?", tanya papah Arsen bingung.

"Saya yang sudah membuat Qilla sampai seperti ini", ucap Arsen menggengam tangannya erat, ia sudah siap menerima konsekuensi dari perbuatannya.

Mamah Qilla berusaha mengangkat badannya untuk berdiri mendekati Arsen, menahan amarahnya.

"Memang benar perkataan mamah kamu bahwa kamu adalah anak pembawa sial. Kamu yang telah membuat anak saya celaka. Saya peringatkan kepada kamu jangan pernah mendekati anak saya", ucap mamah Qilla penuh amarah. Arsen hanya diam berusaha menahan air matanya yang akan menetes sebentar lagi. 

"Mah udah mah, ini rumah sakit", ucap papah Qilla menenangkan sang istri.

"Suruh dia pergi", ucap mamah Qilla membalikkan badannya pergi dari hadapan Arsen. 

Papah Qilla mendekati dan mengelus kepalanya lembut. Ia tahu bahwa Arsen tidak sengaja melakukan itu semua. Arsen adalah anak yang baik.

"Om sudah memaafkan Arsen, Om tahu Arsen tidak sengaja. Maafkan semua perkataan tante yaa, dia tidak bermaksud mengatakan itu", ucap papah Qilla tersenyum lembut. 

"Iya om, perkataan tante ada benarnya juga kok om", ucap Arsen tersenyum pahit dan berlalu pergi dari hadapan pria paruh baya tersebut. Sepertinya ia memang anak pembawa sial. Mamahnya pun berkata demikian, tidak ada yang menerima dirinya di dunia ini. Ia hanya anak pembawa sial, semua orang yang dekat dengannya pasti berujung sial. Apakah Arsen memang ditakdirkan untuk hidup sendiri?.

Arsen melangkahkan kakinya pergi dari tempat tersebut, entah kemana ia akan pergi. Sepanjang jalan ia hanya menatap kosong jalanan, bahkan mobil motor berlalu lalang pun ia tidak peduli. Ia terus berjalan tak tentu arah dengan rambut acak-acakan dan baju yang berantakan, akan tetapi hal itu tidak mengurangi kadar ketampanannya. Tampilan seperti itu malah membuat Arsen terlihat lebih tampan.

Ia tiba di suatu tempat yang familiar, tempat tersebut adalah rumah pohon. Tempat dimana kejadian itu terjadi, entah mengapa kakinya mengarahkan Arsen ke tempat ini. Arsen duduk di tepi danau, menatap danau tersebut dengan tatapan kosong. Mengingat kembali kejadian dimana ia dan Hyades berantem sehingga menyebabkan Qilla terluka. Ketika mengingat kejadian tersebut, rasanya ia ingin mengulang waktu dan memilih untuk mengalah kepada Hyades. 

Raqilla Sequoia Aurora Rossler, nama yang cantik seperti pemiliknya. Apakah kita tidak dapat bertemu kembali? satu hal yang perlu kamu tahu bahwa aku akan selalu ada disini. Ucap Arsen dalam hati.

Ia meletakkan sebuah kalung indah dengan ukiran huruf A di dalam box kecil dan menguburnya tepat di bawah rumah pohon.

Di rumah sakit, mereka masih menunggu kabar mengenai kondisi Qilla. Akan tetapi, sedari tadi tidak ada seorang pun yang keluar dari ruang UGD. 

Ruang UGD terbuka dan terlihat seorang pria mengenakan jas berwarna putih keluar dari ruangan tersebut.

"Dok, bagaimana keadaan putri saya?", tanya mamah Qilla khawatir.

"Keluarga pasien, silahkan ikut ke ruangan saya", ucap Dokter tersebut. Apakah kondisi Qilla separah itu?.

 

Ikuti tulisan menarik KinantiP lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler