x

foto: Brides

Iklan

Pina

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 24 November 2021

Minggu, 28 November 2021 13:44 WIB

Before Marriage

Cerita manis perjalanan cinta ku menuju akad.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Terima, terima, terima... ” Suara orang ramai saling bersahutan, seketika membuat suasana dalam kelas ricuh karena tontonan pagi ini yang memperlihatkan Jason yang sedang bertekuk lutut di hadapan ku dengan tangan yang memegang bunga hias yang diambil dari meja guru. Aku dengan ragu-ragu berusaha menggapai bunga yang sedari tadi dia pegang. Suara orang bersorak kembali, saat melihat ku sudah berhasil mengambil sepenuhnya bunga itu dan membauinya seraya berkata. “Maaf aku gak suka kamu.”

Aku tersenyum kecil mengingat kejadian masa lalu ku. Kenangan yang sangat berharga. Kejadian demi kejadian akan masa lalu terus berputar di ingatan ku kembali. Jason, anak kecil yang dulu pernah ingin menjadikan ku pacar. cowok yang dulu sempat mengejar-ngejar ku, Sebentar lagi akan resmi menjadi suamiku.

Ya, Jason hermawan. Bocah kecil yang dulu sempat aku tolak kini akan menjadi pendamping hidup ku untuk selamanya. Wajah memelasnya akibat penolakkan ku bahkan masih teringat jelas di ingatan. Aku bahkan tidak pernah memikirkan ini sebelum nya. Bisa di bilang ini karma, tapi karma yang indah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Awal mula nya begini...

Nama ku Putri Alika, biasa di panggil Putri. Aku mengenal Jason sedari aku SMP tepatnya saat kelas 7. Jujur, jika ku ingat-ingat lagi aku sangat jarang bicara dengan dia, bahkan bisa terhitung jari. Tapi saat dikelas 8, Jason tiba-tiba menyatakan cinta nya di hadapan semua teman-teman dikelasku. Saat itu aku tidak tertarik dengan dia, yang ada aku malah sedikit sangsi jika berada di dekat nya. Dulu Jason termasuk anak yang nakal. Dia sering nongkrong tidak jelas, dan teman-teman juga kurang baik menurutku. Itulah yang membuat aku semakin tidak suka dia.

Setelah pernyatan cintanya ku tolak perlahan tapi pasti Jason menjauh dariku. Pasti dia malu atau merasa frustrasi mungkin juga sedikit kesal karena penolakan ku itu. Teman-teman ku yang melihat kejadian itu juga, mendadak menjadi ada di pihak Jason. Mereka bilang kalau aku terlalu kasar dan tidak berperasaan karena sudah menolaknya di depan banyak orang.

Sampai akhir lulus sekolah pun aku dan Jason tidak pernah lagi bicara satu sama lain. Aku juga tidak tahu harus berbuat apa. Jason juga yang selalu menghindariku setiap kali aku berpapasan dengan nya. Aku tidak mungkin meminta maaf dan mencoba berbicara dengan nya dahulu, yang ada aku malah dianggap telah menyesal karena sudah menolak nya dulu.

Setelah lulus aku masuk ke salah satu SMA populer di Jakarta. Sedangkan Jason, aku bahkan tidak memikirkan nya. Aku tidak pernah kontekan lagi dengan dia sampai akhirnya beberapa bulan yang lalu aku bertemu saat ada reuni akbar. Aku melihat nya dari atas sampai bawah dan tak mengenalinya, Pangling.

“Putri.” Panggilnya saat kami semua sudah duduk Aku memandangnya cukup lama. Kuperhatikan dalam-dalam baru kusadar. Semua dalam dirinya berubah, tapi ada satu yang membuat aku mengenalinya yaitu tahi lalat. Dia punya tahi lalat di dekat alis sebelah kanan.

Aku gugup saat melihat nya untuk pertama kali setelah sekian lama. Kucoba untuk mengendalikan ekspresi wajah ku.

“Kau Jason kan?” tanya ku dan dia mengangguk. Mengambil bangkunya dan ditempatkan persis disebelahku.

“Apa kabar?”

“Baik... Kau?”

“Baik juga.”

Obrolan canggung itu bahkan masih sangat terasa sampai sekarang. Kulihat wajah Jason yang tersenyum gugup di sebelah ku. Begitu pun juga aku yang tak bisa menahan detak jantung yang berdetak dua kali lebih cepat saat itu. Setelah acara reuni akbar itu selesai, ku pikir pertemuan ku dengan Jason akan berakhir di sini juga. Tapi siapa sangka pria itu kembali menghubungiku.

Beberapa hari setelah nya ada notif pesan dari nomor tak dikenal masuk ke ponselku. “Assalamualaikum put.” Isi pesan itu.

Saat itu aku sedang sangat sibuk, jadi hanya ku baca sekilas dan tak ku balas. Lalu beberapa menit kemudian ponsel ku berdenting kembali. Jadi kucoba mengambil ponsel ku dan membaca pesan nya. “Ini saya Jason, teman SMP mu.” Jantung ku langsung berdetak dengan cepat dan rasanya aku ingin langsung berteriak “YES...” sambil melompat-lompat, tapi tak kulakukan mengingat aku lagi ada dikantor.

Aku menahan senyum bahagia ku sambil melihat ke penjuru kantor, menatap orang-orang kantor ku yang masih fokus dengan kersibukkan nya. Segera kututupi wajah ku itu dengan dokumen yang ada dimeja kerja ku. Jangan sampai teman kerja ku mengira aku kurang waras lantaran senyum-senyum sendiri.

Ku buang nafas pelan. Mencoba rileks dan mulai mengetik untuk membalas pesan Jason.

“Walaikumsalam Jason, ada apa kenapa tiba-tiba sms ?” tanyaku.

“Apa kabar put ? apa kau ada waktu senggang? jika boleh aku ingin bertemu.” Balas nya. Ini hanya sebuah pesan tapi seolah-olah aku mendengar suara nya langsung ada dihadapan ku. Tubuh ku bergidik merinding, mendadak takut akan imajinasi ku yang malah membayangkan Jason ada disebelah ku duduk dengan wajah tampan nya.

Aku berdehem dan mata kembali fokus, balasan apa yang akan kuberikan padanya. “Aku ada waktu di hari minggu siang. Kau bisa datang kerumah.” Ku baca sekali lagi balasan pesan dari ku. Sebenarnya ingin ku balas jika untuknya aku ada waktu kapan pun, tapi itu malah membuat aku terlihat seperti perempuan aneh kan ?.

“Kalau begitu aku akan kerumah mu hari minggu.” Balasnya membuat aku langsung tersenyum lebar.

 

Dan kisah cinta ku pun dimulai...

 

Jason mengirimi pesan kalau dia akan datang siang. Jadi aku sudah bersiap sedari pagi. Mulai dari mencuci, menyetrika dan segala macam aktivitas rumah tangga sudah kulakukan. Jangan sampai saat Jason datang, dia malah melihat keadaan rumah ku yang berantakan.

Orang tuaku saja sampai terkejut melihat anak satu-satu nya yang sudah sibuk sedari pagi. Lalu kubilang. “Calon mantu mamah papah mau datang.” Ucapku sambil terkiki geli. Mau tau apa yang dilakukan mama ku ? Dia langasung memukul lengan ku.”Pagi-pagi sudah menghayal.” Begitu katanya.

Kalian tahu kan kalau omongan adalah doa. Saat aku berucap begitu, aku pun mengaminkannya dalam hati. Apa kalian pernah begitu juga ? Merasa kalau orang yang kalian lihat itu adalah jodoh kalian kelak ? Walaupun hanya sekedar perasaan tapi terkadang feeling wanita itu benar kan?

Siang itu Jason sungguh datang dan banyak yang kita obrolkan. Walaupun memang awalnya canggung, tapi lama kelamaan obrolan kami pun nyambung. Dan karena obrolan itu juga aku tau kalau ternyata dia adalah seorang tentara. Sungguh kenyataan yang membuatku tercengang. Tapi jika dilihat-lihat seharusnya aku juga sudah sadar melihat tubuh nya yang cukup kekar terjaga dengan kepala botak nya.

Dari sejak itu saat itu aku dan Jason pun sering bertukar kabar. Jason ditugaskan di Jakarta jadi jika ada waktu Jason pasti menyempatkan bertemu dengan ku. Aku pun semakin dekat dan nyaman dengan Jason. Dia pria yang baik ralat, sangat baik menurut ku. Dia juga punya rasa sopan santun yang tinggi, apalagi rasa bertanggung jawab nya benar-benar diacungi jempol. Mantan-mantan ku yang terdahulu, saat mereka ingin mengajak ku pergi mereka pasti akan menunggu depan gang, tak berani masuk untuk menyapa atau sekedar meminta ijin. Sangat berbeda dengan Jason. Saat akan mengajak ku pergi, dia pasti akan ijin terlebih dulu dan itu yang membuat keluarga senang dengan dia.

Selama 8 bulan lamanya aku dan Jason dekat. Aku juga tak pernah sadar kalau waktu berjalan secepat itu. Selama 8 bulan itu, sumpah, aku tidak menyinggung soal status hubungan ku dengan dia. Aku juga masih nyaman dengan hubungan seperti ini. Lagi pula 8 bulan itu waktu yang sebentar kan untuk ukuran pendekatan? Tapi suatu ketika, di sebuah malam saat Jason datang kerumah ku. Dia menanyakan pertanyaan aneh.

“Apa kamu punya rencana menikah dengan seseorang?” tanya nya dengan mata yang menatap ku tajam. Membuat seluruh tubuh ku lemas seketika.

“Tidak, kenapa?”

“Sedang terikat hubungan dengan seseorang?”

“Tidak juga, kenapa?”

“Aku ingin serius dengan mu.”

Aku hanya diam. Ya, hanya diam. Lalu kemudian tahu apa yang ku lakukan ? Aku tertawa, terbahak-bahak. Namun kulihat dia bahkan tidak memperlihatkan giginya sama sekali. Malah membeku melihat aku yang tertawa seperti ini. Aku pun langsung diam, menatap nya lekat. “Kau serius?” tanya ku dan dia mengangguk. Aku tak memberikan jawaban apapun atas ucapannya.

Perasaan ku pun mendadak diselimuti rasa penuh ragu. Pertanyaan-pertanyaan langsung datang ke pikiran ku. Apa ini tidak terlalu cepat ? Aku baru dekat dengan Jason beberapa bulan ini. Pikiran-pikiran itu pun terus mengganggu dibenak ku. 8 bulan juga waktu yang sangat singkat untuk aku bisa mengenalinya lebih dalam. Hatiku semakin bimbang, sedikit khawatir memikirkan keputusan apa yang akan aku pilih. Karena ini semua menyangkut masa depan ku nantinya. Karena ini sudah menyangkut masalah yang sangat serius, aku pun tidak bisa membuat keputusan itu sendirian jadi aku bercerita ke keluarga ku tentang ini. Mereka bilang, kalau mereka sangat setuju jika aku meneruskan hubungan ku dengan Jason ke jenjang yang lebih serius. Mereka juga melihat keseriusan dalam diri Jason. Jadi sekarang, tinggal aku yang harus memilih.

Setelah berhari-hari berpikir keras dan juga terus berdoa pada Tuhan untuk diberikan petunjuk, aku pun menetapkan keputusan ku, untuk menerimanya. Aku tak bilang apa-apa lagi, hanya dua kata.

“Aku mau.”

Isi pesan canggung yang kukirim kan padanya di waktu malam sehabis sholat maghrib.

Dan memang semua ucapannya tidak ada yang bohong. Beberapa hari kemudian, Jason dan keluarga nya datang ke rumah ku dengan lamaran yang resmi di hadapan seluruh keluarga. Aku bahkan tidak pernah membayangkan nya kalau aku akan menikah dengan teman SMP ku. Lelaki yang dulu ku tolak dan ku jauhi.

Sedikit teringat percakapan saat acara lamaran itu selesai. Di hadapan semua keluarga, dia berani mengejek ku.

“Mah, mamah tahu ? Kalau Putri dulu pernah menolak ku?” tanya Jason yang langsung ku hadiahi pelototan tajam menyuruh nya untuk tidak melanjutkan ucapan nya itu. Yang lain menatap ku tersenyum lalu menggeleng membuat aku mau tak mau juga tersenyum.

“Sekarang bahkan dia akan menjadi istriku. Karma karena sudah menolak ku. Kamu tidak akan bisa kemana-mana sekarang.” Ucapan yang seperti peringatan malah terdengar manis di telinga ku otomatis membuat aku langsung tertawa dibuatnya. Begitu juga dengan yang lain, kulihat ibu dan ayahku juga tertawa sedangkan ibu Jason malah memelukku gemas.

Semuanya masih terasa sangat manis di ingatan. Sekarang pria itu dalam beberapa jam lagi akan benar-benar resmi menjadi suamiku. Kutatap pria yang sudah berpakaian rapi khas pengantin. Menatap ku teduh dengan mata yang berkaca-kaca.

Tangannya terangkat, menjabat tangan ayahku yang berada di sebrangnya. Dengan suara tenang namun tegas dia mulai berucap.

“Saya terima nikah dan kawinnya Putri Alika dengan mas kawin tersebut tunai.” Dan suara orang bersorak “SAH” terdengar.

 

 

Tamat.

 

 

Ikuti tulisan menarik Pina lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan