x

ilustr: pixels

Iklan

Perpus As Syifa

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 November 2021

Minggu, 28 November 2021 13:53 WIB

Cinta dan Persahabatan

“Hujan tidak pernah sendirian, bulan selalu ada teman. Jalan tidak pernah lurus kedepan. Cinta tidak selamanya berjalan dengan sempurna.”

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Hujan tidak pernah sendirian, bulan selalu ada teman. Jalan tidak pernah lurus kedepan. Cinta tidak selamanya berjalan dengan sempurna.”

Sabtu malam minggu, biasanya banyak pasangan yang akan pergi bersama pacarnya atau para keluarga yang akan keluar untuk pergi dengan keluarga tercinta. Tetapi tidak semuanya mengalami hal itu, terutama gadis cantik yang duduk termenung di jendela kamarnya yang berada di lantai dua, duduk berpangku tangan menatap langit yang penuh bintang dan di terangi sang bulan yang terang benderang dengan lingkaran penuhnya. Mia Anastasia atau sering di panggil Mia, gadis kelas 2 SMA ini duduk sendirian sambil merenung karena hampir semua temannya pergi bersama pacarnya masing-masing, sedangkan mia tidak mempunyai pacar atau siapapun yang sedang dekat dengannya karena ia merasa belum ada yang cocok untuk menempati posisi di hatinya.

Malam minggu ini biasanya ia bersama kedua teman dekatnya Lulu dan Brian, sahabat dekatnya yang sudah berteman lama dengannya sejak SMP, tetapi mereka punya kesibukan lain yang entah apa sehingga mereka tidak bisa berkumpul seperti biasanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Hah... sungguh membosankan, sendirian di rumah apalagi anak tunggal. Biasanya ada lulu dan brian, karena mereka lagi ada urusan, jadi sendirian deh.” Mia menghela nafasnya panjang dan mengeluh sambil menyenderkan kepalanya di jendela.

“Apa mereka berdua sakit ya? Tapi tidak mungkin, tadi di sekolah mereka baik-baik saja. Walaupun mereka bilang tidak bisa kumpul seperti biasanya, tapi mungkin saja mereka mau mengerjakan PR, karena tadi buk tatik memberikan tugas, lebih baik aku mengerjakannya daripada merenung terus, lama-lama bosan itu tidak akan hilang.” Mia beranjak dari duduknya menuju meja belajarnya yang berada di dekat pintu masuk kamarnya, dan mulai membuka buku pelajaran dan buku tulisnya untuk memulai mengerjakan tugasnya.

***

Setengah jam berlalu, jam sudah mulai menunjukkan pukul 08.30 wib, mia sudah selesai mengerjakan tugasnya, mia melihat ke arah jam dinding yang berada di atas tempat tidurnya yang berposisi di tengah, mia terkejut melihat jam yang menunjukkan pukul 08.30, ia tak menyadari bahwa sudah setengah jam ia menghabiskan waktu hanya untuk mengerjakan tugas kimia.

“Sudah jam segini, ibu pasti khawatir jika aku tidak keluar kamar, karena dari tadi aku sibuk mengerjakan tugas, lebih baik aku turun. Karena perut ini juga butuh energi.” Mia bangun dari duduknya dan merentangkan tangannya karena merasa lega akhirnya ia bisa bangkit dari duduknya.

            Setelah membereskan mejanya yang berserakan dari buku-buku pelajaran, mia turun dari kamarnya menuju ruang keluarga dimana biasa ayah dan ibunya bercengkerama. Saat melihat kedua orangtuanya duduk disana sambil menonton televisi, mia menghampiri keduanya dan langsung mengambil posisi di tengah merekan dan mia pun menyandarkan tubuhnya ke ibunya untuk bermanja-manja.

“Apa kalian bersenang-senang tanpaku?” Tanyanya sambil tersenyum melihat kedua orang tuanya.

“Tentu saja, kami merasa kembali muda. Hahahaha...” jawab ayah mia sambil tertawa melihat dirinya cemberut mendengar jawaban ayahnya.

“Ternyata kalian berharap mia tak ada dirumah malam ini.” Mia makin cemberut dan memeluk ibunya erat.

“Tidak sayang, ayahmu hanya bercanda. Ibu baru saja mau kekamarmu, ingin tahu kenapa kau langsung naik ke kamar setelah makan malam tadi. Ibu pikir kau sedang sakit.” Ibu mia membelanya sambil mengelus rambut panjangnya. “mia sedang mengerjakan tugas bu.”

“o iya, tumben lulu dan brian tidak datang? biasanya mereka datang dan kalian pergi bertiga.” Heran ayahnya karena biasanya mia bersama kedua temannya pergi jika sudah akhir pekan.

“tidak tahu kenapa, yang pasti mereka tidak bisa datang malam ini.” Mia mengangkat bahunya karena tidak tahu kenapa mereka tidak bisa datang “makanya mia mengerjakan tugas dikamar” sambung mia.

“pantesan anak ibu yang cantik ini tidak kemana-mana, biasanya ibu mendengar bel rumah bunyi, dan sekarang malah tidak ada.” Kata ibunya

“tapi tidak apa-apa, berkat itu semua mia jadi bisa mengerjakan pr dan saat ini ingin memakan cemilan yang ada di kulkas dan bergabung dengan kalian untuk menghabiskan malam ini.” Mia beranjak dari duduknya dan menuju kedapur.

“jangan makan banyak-banyak nanti jadi gendut tidak ada yang mau denganmu.” Teriak ayahnya melihat mia berlari riang menuju dapur. “tidak akan.” Jawabnya teriak agar didengar ayah nya.

Ayah dan ibu mia geleng-geleng kepala melihat tingkah mia. Mia memang dikenal suka makan, tidak hanya di rumah di sekolahnya juga ia sangan suka makan, tetapi badannya tidak pernah bertambah banyak. Dibilang kurus tidak hanya saja sedang, sebenarnya banyak yang menyukainya apalagi mia orang yang ceria dan suka berteman dengan siapa saja tak mengenal status, atau mungkin karena ia terlalu baik atau polos, atau juga ia yang tidak menyadarinya, hanya waktu yang bisa menjawab kapan dia akan memiliki seseorang di hatinya.

***

Senin pagi waktunya para anak sekolah memulai aktivitasnya kembali seperti biasanya begitupula para pekerja. Sama halnya dengan mia, waktu sudah menunjukkan pukul 06.35, ia sudah berada di meja makan dan memulai sarapannya dengan kedua orang tuanya. Hari minggu juga mia hanya berada di rumah, tidak seperti biasanya lulu dan brian tidak ada yang memberikan kabar. Biasanya mereka akan menelpon atau sms walau mereka tidak bertemu, hanya sekedar memberi kabar atau ngobrol ringan sesama teman.

“baiklah mia pergi dulu, pasti lulu dan brian sudah menunggu di simpang jalan.” Kata mia mengakhiri sarapannya yang sudah habis.

Kedua orang tua mia melihat ke arah piringnya yang sudah kosong. “baiklah sayang, hati-hati dijalan ya.” Ibunya mia menghampirinya dan menciup pucuk kepalanya.

“baik ma, mia pergi dulu. Assalamualaikum...” mia mendongakkan kepalanya melihat ke arah ibunya, lalu melihat ke arah ayahnya yang sudah menurunkan cangkir kopinya dan mengangguk ke arahnya. “hati-hati dijalan sayang. Walaikumsalam sayang.” Sahut ayahnya yang disambung ibunya. Mia pun beranjak dari duduknya dan mendekati ibu dan ayahnya dan menyalami keduanya.

***

Disimpang jalan kompleks perumahan, terlihat seorang gadis cantik berambut panjang yang diikat ekor kuda sedang melihat kearah kanan-kiri seperti sedang mencari orang. Mia adalah gadis itu, ia sedang menunggu brian dan lulu, mereka berdua juga masih satu lingkungan kompleks dengan mia hanya beda blok, tak beberapa lama dari arah sebelah kanannya ia melihat ada dua orang yang berjalan kearahnya, jalan itu adalah arah menuju rumah lulu. Mia terus menatap keduanya karena seperti tidak asing melihat perawakan kedua orang tersebut, setelah lama memperhatikan ternyata kedua orang tersebut adalah brian dan lulu. Brian adalah pria yang tinggi dan tampan, sedangkan lulu adalah gadis yang mungil dan cantik berambut sebahu dan lebih pendek dari mia.

Mengetahui kedua orang itu  adalah kedua temannya brian dan lulu, mia tersenyum riang akhirnya kedua temannya muncul juga. Keduanya menghampiri mia yang sedang menunggu mereka sambil bergandengan tangan, mia heran kenapa mereka gandengan jika tidak terjadi apa-apa disekitar mereka.

“hai mia selamat pagi.” Sapa lulu setelah sampai didepan mia

“pagi mia.” Gantian brian menyapa mia karena ia belum membalas sapaan dari lulu. Mia yang tersadar dari lamunannya segara membalas sapaan mereka “pagi, maaf aku melamun pagi-pagi. Hanya saja aku heran melihat kalian berdua, ada apa gandengan seperti ini tumben?” heran mia.

Mendengar pertanyaan mia membuat mereka berdua tersipu malu, karena lulu tidak mau mengatakannya, akhirnya brian yang menjawab semua kebingungan mia “sebenarnya kami mau bilang sesuatu, apalagi padamu mia. Kau adalah sahabat kami yang paling baik dan yang cantik. Mau bilang bhawa kami berdua udah jadian. Kami tidak mau ada rahasia antar teman, jadi kami bilang padamu.” Brian menjelaskan semuanya, sehingga membuat lulu yang mendengarnya menyembunyikan wajahnya di bahu brian. Mia yang mendengarnya awalnya kaget karena tidak menyangka bahwa kedua sahabatnya akan menjadi sepasang kekasih, mendengar kabar itu mia langsung tersenyum sumringah.

“Wah... selamat ya untuk kalian, aku tidak menyangka sebelumnya. Memang sih kalian berdua cocok, seharusnya kalian dari dulu tidak menyembunyikannya. Kayak malu-malu kucing gitu.” Kata mia sambil menyenggol bahu lulu yang masih malu-malu kucing.

“kau tidak marahkan?” tanya lulu khawatir. “kenapa aku marah, walau kalian jadian, kan pertemanan kita akan tetap berjalan, santai aja lagi. Walaupun kita nggak bisa kayak dulu lagi sih, tapi tidak apa-apa, kalau kalian bahagia aku ikutan bahagia karena para sahabatku.” Jelas mia untuk menghilangkan kekhawatiran mereka. Lulu yang mendengarnya menjadi lega, karena lulu tidak mau ada perselisihan antara mereka.

“baiklah, karena kabar gembira ini sudah tersampaikan, ayo kita berangkat nanti telat.” Ajak brian yang disetujui oleh kedua gadis itu. Brian dan lulu berjalan duluan, sedangkan mia menyusul keduanya dibelakang mereka dengan senyumannya, tetapi senyuman itu tidak berlangsung lama, karena di balik semua itu ada sebuah kesedihan. Mereka memang sudah berteman lama, dan rasa suka tumbuh di hati mia pada brian. Tetapi brian menyukai lulu dan dia tidak mau merusak pertemanan mereka hanya karena perasaannya, lebih baik itu semua ia pendam untuk kebahagiaan mereka.

“Biarlah hati ini yang merasa sakit. Tapi, jangan sebuah hubungan pertemanan yang berubah hanya karena sebuah perasaan”

***TAMAT***

By : Ade Ulfa

Ikuti tulisan menarik Perpus As Syifa lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB