x

Iklan

Perpus As Syifa

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 November 2021

Rabu, 1 Desember 2021 21:34 WIB

Jawaban Atas Doa


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Jawaban Atas Doa

Rencana-Nya pastinya lebih indah. Sang Sutradara telah mengatur ia dan ceritanya masing-masing di dunia ini, walaupun sungguh aku tak habis pikir tapi ku coba bersikap positif dan ini adalah Anugerah yang luar biasa. Perasaan yang Allah berikan kepadaku semoga dapat terus terjaga dan mengelola perasaan ini agar tetap berada pada hal-hal yang baik. Bisa perasaan ini ku bunuh? tidak, bisa ku hindari? sangatlah sulit. Sungguh aku hamba yang lemah ya Allah jujur aku tidak kuat menghadapinya. Namun dengan tangan kokoh-Mu Kau selalu memberikanku kekuatan dalam menghadapinya setiap episode kehidupan ini. Apa pun-Mu itu yang terbaikjawaban.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Cuaca di Jakarta sangat bersahabat siang ini, aku memutuskan untuk berjalan-jalan di taman. Sambil menggenggam buku harian kesayanganku, aku memandangi foto mereka di bawah pohon yang rindang. Ah, aku rindu mereka dan tanpa sadar air mata ini mulai mengalir.

Namaku Alisya, saat ini aku sedang menjalani aktivitas kuliahku di salah satu Universitas ternama di Jakarta. Dan ini tentang perjalanankehidupanku di zaman sekolah.

Dahulu, aku dikenal sebagai sosok yang sangat pendiam, entah itu di sekolah, di tempat les, di tempat mengaji, pokoknya selain di rumahorang-orang mengenalku sebagai anak perempuan yang sulit bergaul dan jarang sekali keluar rumah. Bukan hanya sulit bergaul, bahkan untuk berbicara pun menjadi suatu hal yang sangat sulit untukku.

Dibawah pohon yang rindang ini dan sambil menatap kearah foto teman-temanku dulu, sempat terlintas kenangan bagaimana ketika aku saat itu dijauhi oleh teman-temanku.

Sesampainya di sekolah aku langsung disambut dengan ejekan dari teman-temanku. Tetapi yang paling sering adalah Bagas dan kawan-kawannya, itu karena Bagas adalah anak seorang dari pemilik sekolahan tempatku belajar.

“Alisya... nama kamu bagus banget ya! Tapi kok tidak sama kaya orangnya sih? Hahaha” Ujar Bagas dan kawan-kawannya, mereka berulah lagi hari ini.

“Jadi orang tuh ya mudah bergaul, kasihandehh tidak punya teman satupun. Hahaha...” jelasnya lagi padaku.

Aku hanya bisa mengelus dada, hal ini sudah tak begitu menyakitkan untukku. Hari kemarin, aku terkena lemparan bola mereka yang penuh dengan tanah hingga seragam putih biruku ternodai sejak pukul 7 pagi. Hari kemarinnya lagi, tas merah kesayanganku penuh dengan coretan spidol hitam. Hari kemarin-kemarinnya lagi bahkan aku dimarahi karena tertawa, mereka bilang aku tak boleh tertawa karena gigiku tak enak dipandang. Konyol bukan?

Saat itu sesampainya di sekolah aku melihat semua ruangan masih  tertutup. Rupanya teman-teman yang  datang duluan enggan membukanya, untung aku tidak lagi bertemu dengan Bagas dan kawan-kawannya. Berniat segera membuka semua pintu dan jendela yang ada, dan aku berharap  sinar matahari dapat masuk dengan leluasa. Kemudian tas kusimpan di laci meja. Tak ada satu orang pun yang datang sepagi itu, dalam sendiri aku menatap aneka bunga di taman. Ada melati, mawar, kenanga dan anggrek nampak berseri-seri dan indah sekali. Terlintas dipikiranku lalu kupetik sekuntum melati yang sedang mekar dan kuselipkan di antara rambutku yang terurai. Melati itu terjatuh, sepertinya aku tidak cocok memakainya.

Begitulah kehidupanku di masa putih biru. Aku selalu datang paling pagi dan juga pulang paling awal karena aku takut jadi bahan olokan mereka jika terlalu lama ada di sekolah. Aku juga tak pernah jajan di kantin, karena biasanya ketika aku meninggalkan kelas barang-barangku di kelas sudah tak utuh lagi. Maka jadilah aku si anak kuper yang tertekan dan tak punya teman. Tak terhitung berapa kali aku menangis di rumah dalam seminggu. Emosiku saat itu tidak stabil, aku menjadi mudah marah dan menyalahkan orang lain. Namun tak luput dari itu, aku selalu meminta kepada Allah agar aku tak sendirian lagi dan bisa mempunyai teman.

“Ya Allah.. tolong beri aku satu sahabat. Satu saja, aku mohon Ya Allah” Ucapku dalam sujudku.

Rasa-rasanya aku sudah lupa bagaimana perasaannya memiliki impian dalam hidup. Setiap hari, aku hanya merasa hidup ketika aku tidak bertemu dengan Bagas dan kawan-kawannya. Aku lelah menjalani hidup seperti ini. Wali kelasku saja sudah beberapa kali meminta orang tuaku datang ke sekolah untuk membicarakantentangku. Sempat terpikir olehku, apakah sebegitu mengkhawatirkannya diriku? Bagai tangan yang tak bisa menggenggam lagi. Tingginya langit, jauhnya bulan, dan luasnya dunia, hanya akulah yang paling menderita saat ini. Entah mengapa hal ini belum kan berakhir. Mengapa tak ada yang ingin berteman denganku? Apa kesalahanku?

Saat itu aku sudah putus asa, setelah tamat dari sekolah SMP ini aku memutuskan untuk mencari SMA sejauh-jauhnya dari kotaku. Aku ingin menjadi Alisya  yang baru tanpa bayangan dari masa laluku. Hingga saat itu aku mulai mempersiapkan keperluan untuk pendaftaran, aku sungguh-sungguh sudah siap untuk menjalani hidup yang baru. Tapi ternyata Allah punya rencana lain, dan ya aku gagal di seleksi tahap akhir karena nilaiMatematika yang kurang dari 0,5 poin. Ternyata aku gagal menjauhi mereka yang selalu menggangguku, membuatku menangis hingga semalaman.

Jika kenyataaan tak seindah harapan, yakinlah ilusi dapatterwujudkan, gengamlah apa yang telah kau incar. Bila mencarinya butuh perjuangan, akankah kau sia-siakan gengamanmu untuk menjadi sebuah keputus-asaan?

Tapi aku tak akan menyerah disitu saja, perlahan aku mulai menerima bahwa itu bukanlah jalanku yang Allah pilih. Bangkit dan berubah menjadi apa yang terbaik dari sebelumnya, aku pun kembali mendaftar kesekolahdimana terdapat teman-temanku yang selalu menggangguku dan ya pasti sangat tidak nyaman dan juga setelah banyak mempertimbangkan situasi yang terjadi padaku. Saat itupun aku sudah mulai beradaptasi disekolah putih abu-abu, hingga suatu hari ada seseorang perempuan datang dan berkenalan padaku.Sungguh aneh bukan?

“Hai, kamu Alisya kan? Kenalin aku Hanum teman sebangkunya Putri. Kamu temannya Putri kan?” Tanyanya padaku.

Memang benar Putri adalah teman sekelasku, saat itu aku pun memandangi orang yang menyebut dirinyaHanum ini dengan tatapan yang  terkejut dan berpikir-pikir kenapa dan bgaimana bisa? Bahkan jarang sekali ada orang yang mau menyapaku terlebih dahulu, dan ya apalagi satu paket dengan wajah riangnya itu. Aku pun tersadar dari pikiran yang ada di kepalaku dan membalas sapaannya.

“E-hhaii, salam kenal, Hanum”  Jawabku dengan singkat.

“Oh iya, Alisya diajak siapa untuk bergabung di teamRohis ini? Dan lagi kayanya kegiatan ini seru ya, kakak-kakaknya juga ramah banget. Aku bahkan sampai diajak secara pribadi sama kakak yang berkerudung biru itu.” Lanjutnya berbicara sembari menunjuk salah satu kakak yang ia maksud.

“Hmm itu, aku masuk karena kemauan sendiri dan niat dari hati. Agar lebih mudah berbaur dengar orang-orang.” Jawabku sambil melirik sekilas kearahnya.

“Wahh bagus dong, itu artinya kamu punya prinsip atas kemauanmu sendiri. Aku jadi senang ikut kegiatan ini karena bisa berjumpa dengan orang seperti kamu, mari berteman baik?” Ajaknya padaku.

Aku pun hanya mengangguk menerima ajakannya itu, dan ya saat itu aku masih keheranan karena ia adalah orang pertama yang banyak bicara kepadaku, dan bahkan mau mengajakku berteman.Ya memang benar, akhirnya aku memberanikan diri untuk mulai bergabung dengan ekstrakurikuler ketika aku mulai memasuki dunia putihabu ini. Dari sekian banyak ekstrakurikuler, aku malah memilihRohis. Dan tak disangka-sangka, Allah menjawab setiap doaku mulai dari tempat ini. Tempat yang aku kira akan memberikan luka baru, dan ditempat ini aku juga banyak merubah diriku menjadi lebih terbuka lagi.

Semakin lama dijalani ekskul ini semakin  terasa berbeda.Ekskul yang notabenenya selalu mengadakan acara di masjid ini ternyata memiliki kehangatan sebuah keluarga. Untuk pertama kalinya dalam hidup, aku merasa mencintai dan dicintai selain di rumahku sendiri.

Dan disinilah perlahan-lahan, aku mulai mencoba untuk berubah dengan bantuan dari mereka. Aku mulai memberanikan diri untuk lebih menunjukkandiriku. Aku mulai mencoba untuk lebih ekspresif, menunjukkan apa yang aku rasakan, danaku pun merasa senang karena kepercayaan diri itu mulai tumbuh dalam dirikumeski secara perlahan.Aku juga semakin dekat dengan Hanum dan juga teman-teman yang lainnya, ternyata mereka semua baik padaku tidak seperti yang aku bayangkan sebelum menginjakkan kakiku di bangku SMA ini.

Suatu hari, ternyata aku jatuh sakit tepat ketika kelas masih berlangsung. Sehingga aku diharuskan istirahat di ruang UKS. Aku pun tak menyangka, mereka teman-teman satu kegiatan itu malah datang berbondong-bondong ke UKS sambil membawakan bekal dan mereka juga merapikan semua barang-barangku dikelas. Bahkan ada yang sampai ikut menemaniku, bergantian dengan teman lain yang sedang luang. Suasana di UKS pun tiba-tiba menjadi ramai, ada yang mengaji, ada yang memakan bekal makan siangnya, dan bahkan sampai ada yang iseng mendorong-dorong ranjang tempatku beristirahat dan berbagai kegiatan lainnya disini.

Melihat mereka semua tertawa riang, lalu aku seketika tersadar dan ingat bahwa Allah lah yang telah menjawab semua doa-doaku. Allah lah yang memberikan banyak sahabat yang baik, bahkan pun lebih dari satu.Saat itu tubuhku memang masih menggigil dan demam, namun dihatiku mengalir rasa kehangatan yang luar biasa. Aku tersenyum, memandangi mereka semua yang masih sibuk dengan kegiatannya masing-masing di ruangan mungil ini. Di dalam hatiku, aku berjanji untuk selalu menjaga titipan-Nya. Hingga tak terasa ada butiran air yang menetes dari mataku. Tak disangka tak diduga, Ya Rabb yang Maha Memiliki Skenario bagi setiap hambanya ceritanya kini menjadi 360 derajat berbalik.

Suatu ketika kami semua menulis surat perjanjian persahabatan di secarik kertas dan memasukkannya ke dalam botol lalu menguburnya di bawah pohon kenari yang akan kami buka saat kami menerima hasil ujian kelulusan. Hari yang kami tunggu akhirnya tiba, setelah kami menerima hasil ujian kali ini dan hasil kami berempat lulus kami langsung berlari di bawah pohon jati yang biasa kami kunjungi.

Dengan izin Allah mentari sore kembali tersenyum pada dunia, menyapa dengan sinarnya. Burung burung yang berada disangkarnya bernanyi menemani sore senja yang di iringi angin sepoi dan semakin memperindah suasana hatiku. Aku pun tersadar ketika ada temanku yang datang mengejutkanku, yang tiba-tiba muncul dihadapanku.

“Pukkk... YakkAlisya! Kamu ngapainnangissendirian disini?” seru Icha, sambil duduk disebelahku.

Ya dia adalah Icha teman sekamarku selama menyelesaikan studi di Kota ini. Akupun terlonjak saking terkejutnya, dan hampir saja aku menjatuhkan foto di buku harianku yang aku pegang untung saja berhasil menangkapnya tepat waktu.

“EhhAstaghfirullah Icha, duuh maaf banget yaa. Iya nihaku lagi rindu banget sama shabat-sahabatku. Aku sudah tak sabar untuk pulang ke sana untuk bertemu mereka lagi” ujarku sambil menghapus sisa air mataku.

“Huhh, aku kira kamu kenapa. Aku khawatir tahu! Ya sudahlah, kita pulang yukkdisini udaranya sudah semakin dingin”ajaknya padaku.

“Ayo Icha, ternyata waktu sudah hampir sore yaa” aku pun beranjak dari tempat duduk dan tak lupa memasukkan buku harianku kedalam tas.

Selepas SMA, aku pergi merantau ke Jakarta. Meninggalkan para sahabat-sahabatku. Awalnya aku dan mereka semua saling berkirim kabar, namun seiring waktu berlalu kami semua dipisahkan oleh kesibukan  masing-masing. Saat studi ini aku bertemu Icha, dan menjadi teman sekamar. Ternyata dia orang yang asik walaupun tidak seasik teman-temanku dulu saat sekolah, dia anak yang ramah dan baik. Jika diingat-ingat ketika kami awal bertemu masih canggung, masih jaim, bila bertemu hanya bertukar senyum. Setelah itu akulah yang mulai berani menyapa duluan, ngajak makan bareng, ngerjain tugas bareng, begadang bareng, dihukum bareng.

Aku tetaplah aku yang kemarin, sekarang dan kedepannya. Kembali menata hidupku lebih baik lagi. Aku belajar memahami orang, menjadi lebih terbuka, rajin belajar, mencoba berbaur pada orang-orang,lebih percaya diri, mengembangkan bakatku dan aku selalu ingin menjadi orang yang bertanggung jawab.Biarlah kenangan itu menjadi seperti air sungai, walaupun menempatkan posisi di hati yang tak enak tetapi aku mendapatkan banyak pelajaran dari hal itu.

Ketika di sepanjang perjalanan pulang, aku sedangmemikirkan kepulanganku tiga bulan lagi. Aku sungguh sudah tak sabarberkumpul lagi bersama keluargaku di rumah dan tentu saja dengan mereka para sahabat-sahabatku. Ketika orang lain bangga untuk pergi, maka aku selalu bangga untuk kembali pulang.

"Bahwa cinta yang hadir dalam hatimu itu adalah titipan Tuhan, ketika Tuhan berkehendak mengambilnya cinta itu akan hilang. Maka ketika hatimu merasakan rindu pada seseorang jangan cepat-cepat berkatarindu. Berdoalah dan minta keyakinan atas rindu dan cinta yang hadir membalut hatimu. Sesungguhnya Allah Maha Tahu tentang apa yang dilahirkan (diucapkan) atau pun yang tidak dilahirkan (dirahasiakan)."

Kini semuanya hanya tinggal kenangan, karena begitu banyak kenangan bersamayang kami lalui di kegiatan Rohis ini, tempatnya, aktivitasnyadansemuayang ada di dalam kelas. Aku berharap kepada Allah agar kami semua senantiasa diberi kesehatan, dan kesuksesan.

“Ya Allah semoga kebersamaan kami selama masa-masa di SMA akan selalu bermakna di saat kami sukses, Aamiin.”

Dan juga ingat yaa teman-teman!  jangan pernah membully atau mengucilkan seseorang, sebab kita tidak tahu seperti apa masa depan yang akan kita lalui dan melakukan hal tersebutsangatlahtidak ada gunanya bagi kehidupan kita.“Be positiveYourself.”

 

Ikuti tulisan menarik Perpus As Syifa lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB