x

macul dan mucal

Iklan

Ni Kadek Widiastrini

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 Desember 2021

Kamis, 9 Desember 2021 15:20 WIB

Mendidik dengan Hati Menyentuh Nurani Anak Negeri

Mendidik dengan hati ketika mampu menyentuh nurani anak negeri akan membuat hubungan manis dan harmonis antara guru dan murid.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mendidik Dengan Hati Menyentuh Nurani Anak Negeri.
    Mendidik adalah proses transformasi ilmu kepada siswa agar mereka memiliki perubahan kearah kedewasaan dan kemandirian diri secara aktif. Proses transformasi tersebut tercermin dari perubahan perilaku, sikap mental dan akhlak dari anak didik. Menurut Sardiman (2005), "mendidik" dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani. Oleh karena itu "mendidik" dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak didik. "Mendidik" tidak sekedar transfer of knowledge, tetapi juga transfer of values. "Mendidik" diartikan secara utuh, baik matra kognitif, psikomotorik maupun afektif, agar tumbuh sebagai manusia yang berpribadi.
        Mengajar di sekolah tidak melulu menyampaikan materi pelajaran ke siswa. Karena tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Dan yang paling berat dari tugas guru tersebut adalah mendidik. Karena mendidik berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Makanya, seorang guru sesungguhnya tidak hanya dituntut untuk mengajar, akan tetapi juga harus mendidik. Itulah sebabnya, motto Kementerian Pendidikan adalah ungkapan yang pernah dinyatakan oleh Ki Hajar Dewantoro, seorang pendidik nasional, seorang guru bangsa, tut wuri handayani. Secara lengkap dinyatakannya: ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
        Mendidik adalah proses membuka cakrawala siswa tentang sebuah pemahaman atas nilai-nilai kebenaran dalam kehidupan. Membuka cakrawala siswa haruslah dilakukan dengan sukarela baik dari guru maupun siswanya. Munculnya kesadaran untuk memberi dan menerima akan terjadi ketika adanya kebahagiaan dari guru dan siswa ketika melakukan proses pembelajaran di kelas. Sehingga apa yang disampaikan akan masuk ke otak siswa dengan senang hati tanpa paksaan.
        Hati nurani didefinisikan sebagai bagian dari jiwa manusia yang menyebabkan penderitaan mental dan perasaan bersalah saat kita menentangnya dan perasaan senang dan damai sejahtera saat tindakan, pikiran dan perkataan kita sesuai dengan sistem nilai yang kita anut. Kata Yunani yang diterjemahkan sebagai “hati nurani” di dalam seluruh Perjanjian Baru adalah suneidēsis, yang berarti “kesadaran moral” atau “pengetahuan moral.” Hati nurani bereaksi saat tindakan, perbuatan dan perkataan seseorang sesuai , atau bertentangan dengan, sebuah standar mengenai benar dan salah.
        Naluri ialah pembawaan alami yang tidak disadari atau tidak perlu dipelajari karena memang sudah bawaan kodrat) dari Sang Pencipta, yang mendorong untuk berbuat sesuatu, dan terdapat pada semua jenis makhluk hidup, baik itu hewan maupun manusia. Biasanya kata naluri digunakan untuk menunjuk sesuatu berupa pembawaan khas suatu makhluk atau berupa kasih sayang induk pada anaknya. Contoh: Naluri keibuan ataupun naluri kebapakan akan muncul dengan sendirinya; Secara naluri seorang ibu pasti memiliki kasih sayang dan ikatan batin dengan anaknya; Sepasang suami-istri secara naluri pasti akan melakukan hubungan badan meski mereka tidak pernah mempelajarinya; Secara naluri laki-laki tertarik dengan perempuan, begitu pula sebaliknya; Secara naluri induk ayam akan melindungi anaknya; Secara naluri laki-laki memiliki sifat maskulin, sedangkan wanita memiliki sifat feminin; dan sebagainya.
        Disinilah peran kita sebagai seorang guru bagaimana kita dapat menyentuh Nurani anak negeri dengan semua kodrta yang telah mereka miliki.Ketika sebuah Pendidikan yang dilakukan dengan hati dan mampu menyentuh nurani mereka,tentunya pembentukan karakter profil pelajar Pancasila tidak lagi menjadi sebuah angan -angan dalam ucapan namun semuanya akan mampu terwujud dan membentuk pelajar profil Pancasila,khususnya dalam bagian beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berahlak mulia merupakan hal yang mudah untuk diwujudkan karena murid-murid menggunakan nuraninya dengan baik.
        Mendidiklah dengan hati agar pendidikan berhasil mengantarkan siswa menjadi manusia yang mandiri. Mendidik dengan hati menekankan pada prinsip panggilan jiwa sebagai dasar sebuah profesi guru yang disanjung tinggi. Mendidik dengan hati akan menyentuh aspek psikologis dari anak didik yang membuat proses pembelajaran di kelas penuh akan rasa kesadaran bukan menolak tentang apa yang diajarkan.Ketika peran guru dalam mendidik sudah bisa menyentuh Nurani anak didik disinilah akan tumbuh sebuah kenyamanan dalam interaksi antara guru dan siswa.

Ikuti tulisan menarik Ni Kadek Widiastrini lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler