x

Gambar ini diambil saat Lomba Festival Kampus Jakarta

Iklan

Luthfia Annisa Zahra

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Bergabung Sejak: 15 Desember 2021

Jumat, 24 Desember 2021 14:27 WIB

Hidup ini Panggung Sandiwara?

Lagu yang dibawakan oleh Ahmad Albar karya Ian Anotono dan Taufik Ismail merupakan gambaran bahwa hidup ini adalah panggung sandiwara dimana setiap sikap kita benar adanya dan ada yang berpura-pura.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Teman-teman sadar tidak sih jika seseorang tidak hanya dapat berperan tunggal dalam kehidupan ini. Jika belum coba perhatikan kegiatan teman-teman dalam sehari saja.
 
Sebagai seorang yang hidup di masyarakat tentu kita tidak dapat hidup sendiri bukan? Kita pasti membutuhkan seseorang, paling tidak teman atau tetangga. Kenapa sih kita gak bisa hidup sendiri? Coba teman-teman perhatikan jika kita membutuhkan bantuan pasti butuh seseorang untuk menolong bukan?
 
Sering kali kita sebagai makluk sosial mengeyampingkan salah satu tugas yaitu menolong sesama. Namun, dibalik itu semua bukan karena keegoisan. Kita melakukan itu karena banyaknya tuntutan yang harus kita tuntaskan.
 
Sebagaimana yang tertuang dalam salah satu syair pada tahun 1977, ‘Panggung Sandiwara’ karya penyair kita yaitu Jusuf Antono Djojo atau yang biasa dikenal Ian Antono bersama Taufik Ismail. Karya Ian Anotono dan Taufik Ismail ini dinyanyikan oleh Ahmad Syech Albar atau biasa dikenal dengan Ahmad Albar yang merupakan vokalis grup musik rock God Bless.
 
Teman-teman sudah pernah mendengarkan lagu Panggung Sandiwara sampai habis belum? Coba dengar deh, di setiap liriknya menggambarkan kehidupan sehari-hari banget tidak sih?
 
Dunia ini panggung sandiwara
Ceritanya mudah berubah
 
Potongan lirik di atas menggambarkan kehidupan terkadang seperti sebuah sandiwara yang setiap harinya memiliki cerita yang mudah merubah. Jika pagi kita merasa sangat senang maka sorenya belum tentu kita merasa senang. Jika paginya kita merasa dunia adil maka sorenya belum tentu kita merasa dunia adil pada kita. Dunia terus berputar berserta misteri yang terus berjalan sesuai dengan ketentuan skenario sang pencipta.
 
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura
 
Penggalan lirik di atas berkata bahwa setiap orang mendapatkan peran yang harus dimainkan. Dalam kehidupan ini seseorang pasti memiliki satu peran di hidupnya, yaitu peran menjadi diri sendiri.  Walau terkadang seseorang mendapatkan peran lebih dari satu dalam kehidupan. Peran yang terkadang digadang-gadang untuk menjadi kebanggaan oleh orang lain. Banyak peran yang kita mainkan dalam sehari.
 
Apakah kehidupan kita menggambarkan sebuah kemunafikan?
Setiap orang pasti pernah menjadi orang yang munafik dalam hidupnya. Entah itu demi kebaikan ataupun untuk keburukan. Di zaman modern ini memudahkan seseorang untuk melakukan kebohongan. Sering berkata tidak sesuai dari hati. Sering menjilat omongannya sendiri. Berpura-pura bahagia padahal tidak. Dan sebaliknya berpura-pura tersakiti padahal tidak.
 
Sering kali peran yang kita mainkan tidak melulu benar adanya. Terkadang kita merasa lelah namun kita harus menampilkan senyum kita saat berperan. Saat kita ingin marahpun kadang semua tertahan saat menyadari peran yang sedang kita mainkan. Maka dari itu, peran menentukan kita harus bersikap atau bersandiwara bagaimana.
 
Terkadang seseorang akan memperlihatkan bahwa ia sangat bahagia untuk menutupi kesedihannya. Terkadang seseorang memperlihatkan tawanya untuk menutupi tangisnya. Maka dari itu, kita perlu bersandiwara di depan orang lain agar kita terlihat baik-baik saja. Terkadang kita terlalu naif untuk menolak peran yang sudah ditentukan dan tidak menerima keadaan.
 
Rasa gengsi? Rasa gengsi juga salah satu bentuk munafik. Gengsi untuk menunjukkan kasih sayang pada orang tua, gengsi untuk menunjukkan kasih sayang pada kekasih dan banyak lagi. Seringkali kita menyesali sesuatu yang telah berlalu. Sehingga sering pula kita menyadari bahwa peran yang kita dapatkan merupakan peran yang hebat, peran yang kadang diinginkan oleh orang lain. Rasa gengsi dan berpura-pura membuat kita menutup mata untuk selalu bersyukur dengan peran yang didapat.
 
Dunia ini penuh peranan
 
Dalam kehidupan manusia diciptakan dengan sifat maha berkehendak dalam dunia yang fana ini. Tidak ada yang bisa melihat seorang bayi akan menjadi seperti apa ia saat besar. Sang pencipta membebaskan manusianya memilih untuk menjalankan perannya, baik peran protagonis (baik) ataupun berperan antagonis (jahat). Dibalik semua itu ada pula peran hati yang mengatur kita untuk menjalankan peran yang mana.
 
Berbagai peran dalam kehidupan yang dimainkan. Setiap kegiatan, setiap peran, setiap tempat memiliki peran tersendiri bagi seseorang untuk dimainkannya. Di rumah kita dapat berperan sebagai suami, istri, orang tua, anak, kakak, adik ataupun teman. Di lingkungan masyarakat kita dapat berperan sebagai ketua rt, ketua rw, tetangga, teman, sahabat, bahkan tokoh dalam lingkungan tersebut. Di sekolah kita dapat berperan sebagai guru, kepala sekolah, orang tua, siswa, teman, bahkan kadang kala kita berperan sebagai kekasih di lingkungan sekolah.
 
Semakin banyak peran yang kita mainkan, semakin banyak punya tanggung jawab yang kita emban. Kehidupan bersosial membuat kita mempunyai banyak peran. Banyaknya peran yang dimainkan menentukan banyaknya sandiwara yang kita mainkan. Sebagai manusia yang menggantungkan hidupnya pada sang pencipta kita bisa percaya bahwa peran yang kita mainkan membawa ke jalan yang benar dan mendapatkan akhir yang bahagia.
 
Bagimana teman-teman sudah dapat melihat perspektif bahwa hidup ini adalah panggung sandiwara yang setiap harinya selalu kita mainkan? Semoga peran yang kita mainkan dapat bermanfaat untuk orang lain dan diri kita sendiri.

Ikuti tulisan menarik Luthfia Annisa Zahra lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Establishment

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 10 April 2024 09:18 WIB

Terkini

Terpopuler

Establishment

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 10 April 2024 09:18 WIB