Sepuluh tahun sudah
empat belas september
senja tak lagi bermesraan di kening bumi
malam kelam menyiksa segala tubuh.
Sebatang lilin kecil kunyalakan
pada setiap nostalgia luka
yang umurnya kian bertambah
dan mengakarkan tempat teduh
sesunyi wajah burammu.
Pada setiap luka yang kusadap dari darah murni
menetes ke segala tulang
melunasi seratus kilo gram pengkhianatan
agar lunas di hadapan matahari
yang setia membangunkan rumah keikhlasan.
Dan pada perjalanan pulang kepada setiap mekar
aku ingin hidup
mengulang dari benih
dan kembali memeluk langit
dengan rindu yang sepantasnya.
Atambua, 24 Februari 2022
Ikuti tulisan menarik Silivester Kiik lainnya di sini.