x

WS Rendra. Wikipedia

Iklan

Griya Rizqi Ulandari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 April 2022

Selasa, 19 April 2022 06:40 WIB

Mengenal W.S. Rendra, Tokoh Kesusastraan Indonesia Periode Pasca Kemerdekaan

Salah satu tokoh yang berperan penting dalam perkembangan kesusastraan di Indonesia adalah W.S.Rendra. W.S. Rendra merupakan penyair, sastrawan, penulis, dramawan, sutradara teater beberapa karyanya, berupa sajak, prosa, kritik, esai, dan cerpen.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tentu saja, tokoh yang berperan penting dalam perkembangan kesusastraan Indonesia cukup banyak, baik sebelum kemerdekaan maupun sesudah kemerdekaan. Setiap tahunnya, kesusastraan Indonesia semakin berkembang, apalagi kesusastraan Indonesia pasca kemerdekaan yang mengalami kemajuan cukup pesat. Salah satu yang memiliki peranan yang cukup penting terhadap kesusastraan Indonesia adalah W.S. Rendra. Pastinya, nama yang satu ini sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia, terutama mahasiswa yang menempuh pendidikan di jurusan sastra.

Siapa sih W.S. Rendra itu sampai namanya kerap ada di dalam berbagai buku sastra Indonesia? Dr. H. C Willibrordus Surendra Broto Rendra, S.S., atau yang dikenal dengan nama W.S. Rendra merupakan seorang penyair, sastrawan, penulis, dramawan, dan sutradara teater dari beberapa karya sastra karangannya sendiri. Penyair ini telah menghasilkan berbagai karya sastra saat usianya masih terbilang muda, baik berupa sajak, naskah drama, kritik, esai, maupun cerpen.

W.S. Rendra lahir pada 7 November 1935 di Kota Solo dan meninggal dunia di usia 73 tahun, tepatnya pada 6 Agustus 2009. Ia merupakan anak dari pasangan Raden Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. W.S. Rendra memiliki hubungan romantis dengan tiga wanita, yaitu Sunarti Suwandi, Sitoresmi Prabuningrat, dan Ken Zuraida. Dari ketiga wanita ini, W.S. Rendra dikaruniai 11 anak, yaitu Theodurus Setya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana, Samuel Musa, Daniel Seta, Yonas Salya, Isaias Sadewa, Sarah Drupadi, Naomi Srikandi, Rachel Saraswati, Maryam Supraba, dan Clara Sinta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat masih Sekolah Menengah Pertama (SMP), W.S. Rendra berhasil memukau banyak orang lewat penampilannya saat mementaskan drama dan  pembacaan puisi. Drama pertama yang dipentaskan  oleh W.S. Rendra adalah drama bertajuk "Kaki Palsu". W.S. Rendra telah mendapatkan berbagai penghargaan, salah satunya penghargaan yang diadakan oleh Bagian Kesenia PP & K Jogjakarta lewat drama bertajuk "Orang-orang di Tikungan Jalan". Ia juga meraih kemenangan dari BMKN melalui kompetisi sastra tahun 1957 lewat karya sastra bertajuk "Ballada Orang-orang Tercinta". Selain itu, penyair ini juga meraih kemenangan kategori cerpen lewat cerita pendek bertajuk "Kisah".

Setelah lulus dari sekolah, W.S. Rendra melanjutkan pendidikan di salah satu universitas terbaik di Indonesia yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM). Selain itu, ia berhasil mendapatkan beasiswa belajar drama di Academy of Dramatic Artis (AADA). Penyair yang satu ini, mulai aktif dalam hal menulis sejak tahun 1954. Ia menulis beberapa sajak, naskah, drama, esai, dan kritik di berbagai media massa, baik  majalah maupun koran. Salah satu karya W.S. Rendra yang diterbitkan di media massa, seperti koran atau majalah adalah Kisah, Budaya, dan Basis. Di lain sisi, saat masih muda, W.S. Rendra mendirikan tempat yang disebut "Bengkel Teater" pada tahun 1967 di Yogyakarta. Bengkel Teater menjadi tempat belajar sastra dan menjadi tempat yang mampu menghasilkan penyair Indonesia lain, seperti Sitok Srengenge, Radhar panca Dahana, Adi Kurdi dan masih banyak lainnya.

Beberapa contoh puisi antologi karya W.S. Rendra yaitu Blues untuk Bonnie, Nyanyian Orang Urakan, Disebabkan oleh Angin, Mencari Bapa,  Perjalanan Bu Aminah, Orang-orang Rangkas Bitung, Sajak-sajak Sepatu Tua, Potret Pembangunan dalam Puisi, dan masih banyak lainnya. Selain dikenal sebagai penulis drama bertajuk Kaki Palsu dan Orang-orang di Tikungan Jalan, ia juga telah menulis beberapa naskah drama, Seperti SEKDA, Selamatkan Anak Cucu Sulaiman, Lingkaran Kapur putih, Shalawat Barzanji, kisah Perjuangan Suku Naga, Sobrat dan masih banyak lainnya. Tak jarang, W.S. Rendra juga membuat karya sastra yang merupakan terjemahan dari buku bahasa asing, seperti Hamlet (terjemahan dari karya William Shakespeare), Oedipus Sang Raja (terjemahan dari buku Oedipus Rex karya Sophokles), Lysistrata (terjemahan dari karya Aristophanes), serta karya sastra terjemahan lainnya.

Ikuti tulisan menarik Griya Rizqi Ulandari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler