apakah penglihatanku yang makin rabun
karena tiap perayaan kemerdekaan
selalu kutemu ada yang merdeka dan tak merdeka
yang merdeka berpora
bercanda ria
memanjat pinang sambil mengenakan sempak cuma
berenang mengejar bebek dengan mata ditutup
di belahan sana ada pula timun diepit di selangkangan
lalu pasangannya harus menggigitnya hingga tuntas
dan penonton bertempik sorak penuh riang pula
lagu-lagu rancak penuh gejolak dinyanyikan
kelompok paduan suara:
“Sorak-sorak bergembira ...”
dentam bedug dari sebuah kelompok drumband yang memukau
mayoret nan jelita memainkan tongkatnya
dug trap trap dug trap trap dug trap dug traap
seperti kataku dari awal
alangkah sorot mata ini tak tega menatapmu:
wahai
kaum nista yang tak sempat meneriakkan merdeka
kelompok gelandangan yang suntuk dengan nasibnya
para ilmuwan yang tak sempat memasuki ruang-ruang gemejos
dan seorang anak usia SD kelas I yang meregang nyawa
karena menahan laparnya
Ya Allah,
izinkan aku menyampaikan ini kepada-Mu
apakah nasib baik yang tak berpihak
adalah kemerdekaan pula?
Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.