x

https://pin.it/1cAwSTB\xd foto dari pintrees

Iklan

MUHAMAD SAINI

Mahasiswa FKIP UNEJ, Ketua PMII FKIP UNEJ
Bergabung Sejak: 16 Juni 2022

Jumat, 15 Juli 2022 10:49 WIB

Menakar Sejarah Singkat Terbentuknya Nilai Dasar Pergerakan (NDP) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

Sejarah NDP PMII

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada tahun 1972, PMII mendeklarasikan independensi dari urusan politik praktis, termasuk dengan Nahdlatul `Ulama (NU) yang pada waktu itu masih menjadi partai politik. Hal tersebut dilakukan karena PMII memang harus menegaskan visinya sebagai organisasi yang lepas dari kepentingan partai politik (MLS PMII). Peristiwa ini dikenal dengan deklarasi independensi Murnajati-Malang. Deklarasi tersebut di tegaskan kembali pada kongres PMII tahun 1973.

Hal itulah yang menjadi salah satu alasan penting PMII untuk segera merumuskan Nilai Dasar Perjuangan (NDP)_(kemudian di sempurnakan menjadi Nilai Dasar Pergerakan), karena setelah deklarasi independensi praktis cara perekrutan anggota (sistem pengkaderan) berubah, dari yang biasannya melalui pendekatan ideologi maupun kultur-historis menjadi pendekatan melalui program atau konsekwensi saja. Perubahan model pendekatan tersebut ternyata menjadi bumerang untuk PMII sendiri. Dengan perubahan itu, PMII perlahan kehilangan indentitasnya sebagai organisasi yang berlandaskan Islam Aswaja (sebelumnya PMII lekat dengan ajaran Aswaja). Perumusan NDP ini di butuhkan untuk memberi arah dan motivasi, memimpin tingkah laku warga pergerakan (sebutan untuk anggota dan kader PMII) dan juga memberikan dasar pembenar terhadap apa yang akan dan mesti dilakukan untuk mencapai tujuan perjuangan sesuai dengan visi didirikannya organisasi tersebut. 

            Kongres PMII yang dilakukan di Bogor (1973) menghasilkan keputusan pentingnya NDP. Kemudian, pada Musyawarah Nasional (Munas) ke-3 PMII yang dilaksanakan pada tahun 1976 menjadi cikal-bakal perumusan NDP PMII. Dalam musyawarah tersebut diputuskan mengenai penyusunan NDP yang meliputi pengertian, posisi, kerangka, dan urgensi NDP bagi PMII. Namun, gagasan ini tidak cepat terealisasi sampai kepengurusan silih berganti. Baru pada tahun 1985, tepatnya pada kongres ke-8 perumusan NDP kembali di bahas secara serius. Keseriusan itu di tunjukkan dengan keputusan menugaskan padaPB PMII periode 1985-1988 untuk melengkapi dan menyusun secara utuh dan menyeluruh NDP PMII. Keputuasn tersebut di tindaklanjuti dengan membentuk tim perumus yang diisi oleh para kader Surakarta (Solo). Ada beberapa alasan kenapa harus memilih kader dari Surakarta (Solo), alasan tersebut diantara karena di Surakarta (Solo) banyak tokoh `Ulama besar yang juga sebagai akademisi (KH. Baidlowi, KH. Luqman Suryani, H. Mustahal Ahmad, dan sebagainya), Solo juga sebagai titik munculnya gagasan perumusan NDP PMII ini. Selain kota Solo, kota Jember dan Yogyakarta juga di sebut sebagai kota yang memiliki peran dalam hal tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

            Sejak saat itulah, perumusan NDP mulai berjalan. Tim yang diketuai oleh sahabat Nuhkbah El Mankhub (Ketua PC PMII Surakarta 1982-1983) terus melakukan diskusi rutin, konsultasi, dan sowan pada para kyai untuk menemukan rumusan NDP PMII. Selain itu, Pengurus Cabang PMII didorong untuk mengadakan seminar dengan tema yang di sesuaikan dengan kebutuhan perumusan NDP. Bahkan, pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban dari pemateri pada saat acara Mapaba dan PKD yang sesuai dengan perumusan NDP itu dikumpulkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyusunan NDP PMII benar-benar serius.

             Acara bertajuk “Lokakarya Penyusunan NDP Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia” diadakan untuk membahas hasil pengumpulan rumusan NDP. Pembahasan dilakukan secara terbuka dengan mengundang sejumlah cabang lain. Selain itu, hasil dari pengumpulan ini didiskusikan dengan cara mendatangi secara langsung cabang-cabang terdekat, seperti Yogyakarta, Salatiga, dan Semarang.

            Hasil dari lokakarya dan proses diskusi selama kurang lebih 2 tahun tentang rumusan NDP PMII inilah yang akan bawa pada Kongres. Hasil itu dibacakan secara langsung oleh ketua tim perumus, yaitu sahabat Nukhbah El Mankhub dalam Kongres PMII di Surabaya pada tahun 1988.  

Ikuti tulisan menarik MUHAMAD SAINI lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

41 menit lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB