x

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Rabu, 20 Juli 2022 07:34 WIB

Sabdo Pandito Ratu

Kita memiliki warisan budaya tak benda yang bisa diterapkan dalam parenting. Apa itu? Sila baca terus sampai selesai.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Bambang Udoyono, penulis buku

Kali ini kita kembali membahas peninggalan budaya nenek moyang yang berupa peribahasa, pepatah, kata mutiara, atau apalah namanya. Kita akan membahas local wisdom dari Jawa.   Seperti lazimnya kata mutiara, atau bahkan ceritapun, tidak jelas siapa penulisnya pertama kali.  Kita hanya bisa memperkirakan jaman asalnya dari ragam bahasa Jawa modern.  Jadi kira kira kalimat ini berasal dari jaman antara abad keenam belas sampai abad keduapuluh.

Prinsip ini pastilah hasil pemikiran nenek moyang kita berdasarkan perjalanan panjang yang sudah dialami di sepanjang sejarah.  Inilah salah satu bukti kemajuan nenek moyang kita.  Kemajuan dalam pemikiran soal filosofi kehidupan.  Ini adalah semacam guidelines untuk menjalani kehidupan.

Tidak boleh mencla mencle

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sabdo adalah padanan kata sabda dalam bahasa Indonesia.   Artinya ‘kata’ atau ‘berkata’ tapi dipakai untuk seseorang yang dihormati misalnya raja.  Pandito artinya pendeta, rohaniwan, ulama.  Ratu  dalam bahasa Jawa bisa dipakai untuk laki laki maupun perempuan, beda dengan pemakaiannya dalam bahasa Indonesia yang khusus untuk perempuan.  Jadi arti harafiahnya kira kira adalah sabda seorang raja pendeta.  Apa maksudnya ?  Mari kita otak atik.

Dalam pertunjukan wayang kulit sang dalang sering memberi keterangan tambahan tentang kalimat tersebut.  Kata ki dalang, sabdo pandito ratu  itu ibarat tinta hitam yang mengenai kertas putih, tidak boleh berkali kali.  Orang menulis dengan tinta hitam di kertas putih itu harus sekali jadi.  Kalau kita menulisnya tidak sekali jadi maka akan buruk tulisan di kertas itu.  Jadi kata kata seorang pemimpin harus sekali jadi, tidak boleh mencla mencle.  Tidak boleh berubah ubah.  Tidak boleh misalnya di suatu hari dia omong A lalu lain kali omong B yang bertentangan dengan A.  Jadi seorang pemimpin harus mampu menahan diri agar jangan sampai omongannya membingungkan atau bahkan merugikan masyarakat yang dipimpinnya.     

Kata kata, apalagi keputusan seorang pemimpin memiliki dampak kepada orang yang dipimpinnya.  Semakin tinggi kedudukannya maka akan semakin besar dampak dari kata kata dan keputusannya.    Dampak pimpinan negeri adikuasa bahkan meliputi seluruh dunia.  Oleh karena itu seorang pemimpin harus memikirkan dengan matang setiap kata dan keputusannya.  Maka semakin tinggi kedudukannya mestinya harus didampingi oleh penasehat yang kaya pengalaman, kaya ilmu dan sangat bijaksana juga.  Di negri Paman Sam,  dan di banyak negri, pidato yang dibacakan juga harus disiapkan oleh sejumlah staf ahli, dibahas dulu, dianalisis dulu, agar apa yang keluar sudah matang dan tidak berdampak buruk kepada masyarakat.  Keputusan dan kata yang keluar diharapkan membawa dampak positif untuk masyarakat yang dipimpinnya.  

Terapan dalam parenting

 

Mungkin anda bertanya dalam hati, apa relevansinya dengan topik parenting?   Jelas relevan sekali karena orang tua, bapak, adalah pimpinan keluarga.  Jadi seorang bapak, dan ibu juga, idealnya juga harus mampu menerapkan prinsip sabdo pandito ratu.  Kata kata seorang pimpinan keluarga tidak boleh sembarangan.  Harus ada adabnya. Bahkan bercandapun juga ada adabnya.  Salah satunya harus tidak mencla mencle  agar tidak berdampak buruk.

 

Ini adalah salah satu unsur budaya yang mempengaruhi tingkah laku pribadi dan bahkan masyarakat.  Inilah salah satu contoh betapa pentingnya (calon) pasutri mempertimbangkan unsur budaya untuk membangun keluarganya. 

Selain dengan ihtiar kita juga seharusnya terus menerus memohon lindungan, petujuk dan bimbingan Allah swt agar bisa menjadi orang tua yang baik.  Orang tua yang mampu membimbing anak anaknya menuju keberhasilan dunia dan akherat. Orang tua yang tidak bingung. Orang tua yang memiliki gagasan jelas tentang pendidikan anak anaknya.  Ketidakjelasan inilah akar mencla mencle.

Ringkasan.

 

Kita mewarisi kebudayaan tak benda yang sangat berharga. Salah satunya peribahasa yang bisa diterapkan dalam pengasuhan anak. Nenek moyang kita menganjurkan agar pemimpin termasuk pemimpin keluarga bersikap konsisten dan tidak mencla mencle dalam berkata dan bertindak. Jadi terapkan sabdo pandito ratu dalam mendidik anak.

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler