Wahai tuanku Si Binatang Jalang,
Di sini di ruang basirahku yang tergamang oleh renjana,
Pada bait-baitku yang tak bermakna ini,
Kusebut namamu berkali-kali,
Tuan,
Adakah kau lelap dalam peraduanmu?
Bila "Iya" di kau pantas menerimanya,
Bila pun "Tidak" itu karena aku selalu ingin bersua walau hanya sekadar delusi,
Tuan,
Pada netraku yang menatap bintang-gemintang,
Pada kabut yang ikut menangis bersamaku di malam hari,
Kukabarkan padamu bahwasanya genap sudah usiamu,
Hari ini satu abad sudah dirimu berumur,
Tuan,
Tahukah kau!
Pada umurmu yang sepuh ini,
Seantero buana berteriak lantang semburkan karya anindita-mu,
Kau ibarat ancala yang tak terdaki,
Tuan,
Sekalipun wujudmu telah lama berpulang,
Namun kau amerta pada tubuh sastra,
Benar katamu, Tuan,
"Luka dan bisa yang kau bawa berlari itu menjadikanmu hidup seribu tahun lagi."
#LombaPuisiTerokaIndonesiana
#100TahunChairilAnwar
Rumah Buku Firza, 2022
Ikuti tulisan menarik Romi Assidiq lainnya di sini.