Pada sudut ruangan Masjid As-Salam terdengar riuh suara santri yang sedang melantunkan salah satu surat di dalam Juz ‘Amma. Menghadap ustadzah, tampak 5 santri laki-laki sedang mempersiapkan hafalan yang akan disetorkan berdasarkan antrian.

Ragam surat yang dipersiapkan, bagi santri lama yang sudah cukup banyak hafalannya, terdengar surat Al-bayyinah yang dilafalkan. Seluruh santri yang masih duduk di bangku sekolah dasar tersebut merupakan warga Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta yang termasuk ke dalam wilayah bantaran sungai Kali Code.

Setiap Kamis sore dan malam, bertempat di masjid As-Salam, selalu hadir program pengabdian masyarakat dalam bentuk kelas Tahsin dan Tahfizh Al-Quran bagi warga sekitar dari PPPA Daarul Qur’an Yogyakarta. Tak terkecuali juga pada hari Kamis (9/2) kelas Tahsin dan Tahfizh Al-Quran tetap berjalan walaupun hujan membasahi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada sore hari merupakan jadwal dari anak-anak untuk mengikuti kelas. Disambung setelah Maghrib, kelas dikhususkan kepada para bapak-bapak dan ibu-ibu yang belajar Tahsin dan Tahfizh Al-Quran.

Kelas pengabdian masyarakat di sekitar bantaran sungai Kali Code yang bertempat di Masjid As-Salam ini diampu oleh Ustadzah Naila yang merupakan salah satu santri dari Rumah Tahfizh Matahati. Pada awal-awal kedatangannya di lokasi pengabdiannya tersebut, para santri sangat sedikit yang tertarik untuk belajar Al-Quran.

Salah satu faktornya dikarenakan masih kurangnya dukungan dan dorongan dari para orangtua. Hal tersebut dapat tergambarkan dari ajakan ustadzah Naila yang masihlah harus mendatangi satu persatu rumah dari setiap anak.

"Awalnya datang kesini itu, masih agak susah anak-anaknya untuk diminta mengaji, soalnya saya hampir 2-3 bulan pertama masih harus nyamperin mereka satu persatu ke rumahnya, karena kalo ga dihampiri ya ga akan ada yang mau datang ke masjid," ucap Ustadzah Naila.

Jumlah santri anak-anak yang mengikuti kelas Tahsin dan Tahfizh tersebut mulai ada kenaikan di bulan-bulan berikutnya. Terkadang jika seluruh santri hadir, jumlahnya bisa mencapai 15-20 santri. Akan tetapi santri yang konsisten untuk terus mengaji hanya sekitar 5-6 orang santri.

Salah satu faktor jumlah santri yang meningkat dikarenakan kegiatan wisuda Akbar. Para orangtua sedikit tersadarkan dan santrinya juga menjadi termotivasi untuk terus dapat menghafal dan mengikuti pembelajaran.

Selain santri yang berusia belia, terdapat juga santri yang berusia dewasa dan lanjut usia. Sama halnya dengan santri anak-anak, kegiatan bagi santri dewasa dan lanjut usia adalah mempelajari Tahsin dan Tahfizh Al-Quran terutama di Juz Amma.

Berbeda halnya usia antara santri anak-anak dan dewasa, berbeda pula kendalanya. Bagi santri dewasa kendala utama yang menghambat kedatangan untuk dapat belajar ialah karena faktor usia dan kesehatan yang semakin menurun. Menurut Ustadzah Naila, kebanyakan dari santri dewasa mempunyai masalah pada matanya yang semakin rabun ataupun sakit pada anggota tubuh lainnya.

"Kalau santri dewasa lain lagi kendalanya, banyak santri dewasa disini yang punya masalah penglihatan seperti rabun dan katarak, ada juga yang punya masalah sama kondisi badannya yang sering sakit-sakitan, jadi paling banyak cuma 6 atau 7 santri aja yang biasanya hadir, kalau hadir semua jumlahnya bisa sampai 15 santr," jelas Ustadzah Naila.