Di hari esok menjelma distopia
jalan ini, menjadi bacaan bagi kita
seperti seorang rahib membaca nubuat
bibirnya hanyalah lisan mantra
membuka catatan, bacakan riwayat
sementara lorong-lorong dan pintu
pemurka kata, berlari pontang-panting
pecahkan isak tangis di bibir para perempuan
yang merapal masa lalu: patriarki!
bagaimana hidupkan filsuf dari tidurnya
tetap saja kebenaran kata berselimut tebal
dan mendekap erat di pelukan para lelaki
Ikuti tulisan menarik Vitto Prasetyo lainnya di sini.