x

Iklan

Dewi puspa

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 3 Mei 2023 19:55 WIB

Agar Gerakan Literasi di Sekolah Naik Level

Perpustakaan Nasional merilis data bahwa minat baca anak-anak Indonesia makin meningkat. Bisa jadi ada korelasi antara program literasi sekolah dan kenaikan minat membaca. Namun yang perlu jadi perhatian adalah angka gemar membaca yang tinggi itu hanya di Jawa. Bagaimana dengan provinsi lainnya di luar Jawa? 

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apakah kalian masih gemar membaca buku? Dengan berbagai distraksi seperti keasyikan bermedia sosial atau menonton film di platform streaming, kegiatan membaca buku menjadi makin sulit dilakukan. Tapi sebelum era distraksi digital ini hadir, minat baca buku di Indonesia memang rendah. Oleh karenanya program literasi di sekolah mendapatkan sambutan hangat agar pada anak-anak ditanamkan kebiasaan membaca sejak usia belia. 

Dari data UNESCO yang dirilis tahun 2016, Indonesia masuk ke peringkat 60  dari 61 negara untuk tingkat minat baca. Masih berdasarkan data UNESCO, dari 1.000 orang hanya 1 orang yang memiliki minat baca. Data ini disebut Uli Silalahi, Presdir BIg Bad Wolf Indonesia, masih tak banyak berubah, seperti dilansir oleh website Viva (18/12/2022). 

Namun menurut data Perpustakaan Nasional, seperti dilansir oleh web Data Indonesia (16/1/2023) ada kenaikan soal minat baca buku di Indonesia. Angka tingkat kegemaran membaca naik 7.4% menjadi 63.9% pada tahun 2023. Daerah yang memiliki tingkat kegemaran membaca tinggi adalah Yogyakarta, disusul Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Timur. Waktu membaca buku setiap minggu rata-rata adalah 9 jam 56 menit dan jumlah buku yang dibaca rata-rata lima buah. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Melihat angka yang dipublikasikan oleh Perpustakaan Nasional, tumbuh rasa optimis bahwa minat baca Indonesia makin tumbuh. Sebaran populasi survei yakni 11.158 dari 102 kabupaten/kota. Jumlah kabupaten/kota di Indonesia sendiri saat ini mencapai 514, besar harapan 102 kabupaten/kota yang menjadi lokasi survei cukup mewakili. 

Melihat angka yang lumayan tinggi tersebut memang bisa jadi ada korelasi antara program literasi sekolah dan kenaikan minat membaca, namun tentunya harus ada penelitian untuk mengetahui hubungan tersebut valid atau tidak. Namun yang perlu jadi perhatian, angka gemar membaca yang tinggi itu semuanya adalah di Jawa. Bagaimana dengan provinsi lainnya di luar Jawa? 

Dengan adanya program literasi sekolah, setidaknya sekolah-sekolah menyadari pentingnya menanamkan kebiasaan membaca kepada para siswa. Membaca buku memang harus dibentuk agar menjadi kebiasaan, apalagi pada saat ini ada begitu banyak distraksi. 

Kegiatan membaca 15 menit di awal sekolah selain buku sekolah pada hari-hari tertentu patut diapresiasi. Tapi apakah sudah diteliti outputnya? Apakah para siswa sudah menjadikan kegiatan ini sebagai kegiatan yang bermanfaat dan menyenangkan, ataukah hanya sebagai beban. 

Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk meningkatkan level dari gerakan 15 menit membaca di sekolah. Berikut beberapa metodenya yang saya usulkan:

1. Membuat Ulasan atau Ringkasan Buku untuk Melatih Pemahaman Mereka terhadap Buku yang Dibaca

Yang pertama saya kutip dari yang disarankan Maman Suherman, pegiat literasi, pada saat HUT 3 Dekade Museum Penerangan. Dalam kegiatan tersebut, Kang Maman menyarankan agar para siswa tak hanya membaca, namun ditantang untuk menceritakan ulang, baik secara lisan, maupun dalam bentuk jurnal. 

Jumlah kata tak menjadi masalah, demikian juga dengan bentuk tulisannya. Diharapkan dengan kegiatan membuat laporan seperti ulasan dan ringkasan buku atau bercerita ulang akan mendidik siswa untuk memahami isi dari buku tersebut. Jangan sampai mereka sekadar membaca, tapi tak paham dengan isi buku tersebut. 

Masih dalam bentuk membuat jurnal atau laporan membaca buku, kegiatan ini juga melatih siswa untuk menulis bebas. Biarkan mereka menulis dengan gaya tulisan mereka sendiri. Jangan juga diatur gaya tulisan atau jumlah tulisannya. Biarkan mereka belajar dan berlatih menulis, juga memahami isi bacaan. 

2. Lomba Menulis Esai atau Resensi Buku

Kegiatan lainnya masih berkaitan dengan membaca dan menulis buku adalah lomba membuat ulasan buku atau membuat esai berdasarkan buku-buku dengan tema tertentu. Sekolah bisa sesekali mengadakan lomba menulis, baik dalam bentuk esai atau resensi buku dengan hadiah yang menarik. 

3. Lomba Membaca Terbanyak

Hadiah tak harus mahal. Hadiah berupa apresiasi nama yang diumumkan saat upacara atau di pengumuman juga sebuah apresiasi yang menarik. Sekolah bisa mengumumkan siswa yang paling banyak membaca buku. Tentunya juga harus ada laporan atau jurnal tentang buku yang dibaca untuk mengetahui berapa banyak buku yang telah dibaca siswa tersebut. 

4. Membaca di Tempat-tempat Baru dan Platform Baru

Membaca tak harus di sekolah. Sesekali siswa bisa diajak ke Perpustakaan atau taman baca yang ada di dekat sekolah tersebut. Selain memberikan suasana baru dalam membaca, siswa juga diperkenalkan dengan lokasi-lokasi yang bisa memberikan sumber bacaan yang menarik. Siswa juga bisa diperkenalkan dengan platform bacaan digital seperti i-Pusnas dan e-Perpusdikbud. 

5. Sekolah Membuka Perpustakan Saat Libur dan Pulang Sekolah

Soal jam buka perpustakaan disinggung oleh kang Maman. Ia menggarisbawahi banyaknya perpustakaan di sekolah yang hanya seperti sekadar ada. Jam bukanya saat siswa berada di kelas, tak buka saat sepulang sekolah dan tak menyediakan pustakawan. Akan lebih bermanfaat jika Perpustakaan juga buka saat hari Sabtu atau hari libur juga saat jam pulang sekolah sehingga siswa punya waktu untuk mengaksesnya. Keberadaan pustakawan juga penting untuk membantu siswa mencari buku dan mengkurasi koleksi perpustakaan tersebut. 

Itulah saran-saran untuk meningkatkan gerakan literasi di sekolah. Selamat membaca dan selamat Hari Pendidikan Nasional! 

Ikuti tulisan menarik Dewi puspa lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler