x

Dampak industri tambang terhadap lingkungan

Iklan

Rosyid Bagus Ginanjar Habibi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Mei 2023

Rabu, 24 Mei 2023 21:10 WIB

Hantu Radiasi di Lahan Kritis Tambang Timah Pulau Bangka

Dampak buruk area bekas tambang timah di Pulau Bangka menghantui kesehatan masyarakat sekitar termasuk ancaman radiasi dari sumber airnya. Bagaimana sebenarnya masyarakat di area tambang bertahan hidup?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pertengahan 2021, ratusan nelayan di Pesisir Air Hantu-Bedukang, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung melakukan aksi protes dengan menduduki kapal isap Citra Bangka Lestari. Mereka menolak rencana perluasan tambang PT Timah di area sengketa yang meliputi Pesisir Matras hingga Pesaren. Aktivitas tambang timah tersebut dikhawatirkan akan merusak laut, tempat nelayan mencari ikan untuk menafkahi keluarga.

Danny Zulkifli Herman (2006) dalam Jurnal Geologi Indonesia mengkaji tentang penambangan timah yang menghasilkan limbah atau tailing ternyata mengandung timbal signifikan. Terakumulasinya logam berat ke tubuh biota laut dapat mencemari perairan sehingga akan berbahaya bagi Kesehatan jika dikonsumsi manusia.

Berdasar data Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2021, total sekitar 20.078,1 hektare lahan kritis akibat penambangan. Dampak buruk area bekas tambang termasuk ancaman radiasi menghantui kesehatan masyarakat sekitar. Sekitar 12.000 kolam bekas tambang timah di Kepulauan Bangka Belitung perlu ditutup dengan cara reklamasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ancaman kesehatan ini juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bangka Belitung, Jessix Amundian. Ia mengatakan bahwa lokasi-lokasi kolong atau bekas tambang yang belum dipulihkan itu sangat berbahaya bahkan sering terjadi kematian warga saat beraktivitas di area tersebut. Ironisnya, kolong tersebut dimanfaatkan menjadi kolam penampungan air oleh warga hingga tempat bermain anak-anak.

Bangka Belitung memiliki kandungan mineral ikutan timah yang bersifat radioaktif berupa Thorium sehingga ancaman radiasi di bekas galian tambang cukup nyata. PP 78 tahun 2010 tentang reklamasi dan pascatambang, mengatur pemulihan kolong eks tambang dengan cara menutup permukaannya. Jika tidak, rentan bahaya bagi masyarakat dan air yang tertampung di ceruknya tidak bisa dikonsumsi.

Sumber Air Tercemar

Masyarakat Pulau Bangka sudah puluhan tahun terpapar radioaktif sebagai dampak penambangan timah. Hal ini ditandai dengan ribuan warga Bangka yang terkena penyakit paru-paru karena terpapar mineral ikutan timah seperti zirkon, monasit, xenotim, ilmenit dan lainnya. Mineral ikutan yang telah melewati proses pengolahan dan pemurnian bahan tambang dapat menyebabkan terkonsentrasinya radionuklida alam, seperti lumpur dan air tailing (pasir sisa pengolahan timah)sehingga menjadi berbahaya karena mengandung unsur radioaktif.

Berdasar penelitian Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN tahun 2015, total dosis efektif yang diterima masyarakat Bangka dan Belitung melalui paparan eksternal dan internal per tahun adalah 5,14 mSv (ingesti pangan, air minum, dan inhalasi gas radon-toron). Seharusnya, rata-rata dosis efektif eksternal 1,17 mSv per tahun dan internal 0,69 mSv per tahun. Dengan demikian paparan radioaktif ini lebih tinggi dari nilai rata-rata lingkungan latar normal dunia.

Potensi paparan radiasi memungkinkan terjadi di smelter yang menghasilkan tailing. Hasil pemeriksaan BPK 2007 terkait smelter perusahaan tambang milik negara di Muntok, menunjukkan jarak lokasi tailing di stockyard yang hanya 50 meter dari aktivitas manusia dan merupakan tempat terbuka besar paparan radiasinya terbang ke udara terbuka. Lokasi penyimpanan yang berada dekat pantai dikhawatirkan terbawa hembusan angin ke arah daratan yang terdapat permukiman dan perkantoran.

Kolong atau lubang bekas galian tambang di Pulau Bangka mempunyai potensi sebagai sumber radiasi meski dalam jumlah yang sedikit dan tidak terlalu berbahaya. Namun logam berat [Fe] sudah di atas ambang batas sehingga sangat mungkin berdampak bagi masyarakat secara jangka panjang dan dalam waktu lama.

Air kolong merupakan sumber air di Kepulauan Bangka Belitung selain air tanah dan air sungai. Pemanfaatan kolong sebagai salah satu alternatif sumber air baku inilah yang dapat menularkan radiasi keluarga penambang. Kondisi geologi masing-masing kolong tersebut dapat mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas sumber air yang sangat mengkhawatirkan.

Banyak ditemukan air permukaan di daerah pertambangan tercemar oleh logam berat dan bahan kimia berbahaya, serta mengalami penurunan debit air di musim kemarau. Masalah ini juga menjalar ke sumber air lainnya seperti air sumur dan mata air di sekitar daerah pertambangan. Indikasi penemuan kandungan logam berat seperti Pb, Cd, dan As di sumber air tersebut dengan jumlah yang melebihi baku mutu air untuk kebutuhan rumah tangga dan pertanian.

Hasil pertanian berupa bahan pangan sangat membahayakan kesehatan manusia dan hewan yang mengonsumsi air tersebut begitu juga adanya potensi pengurangan produktivitas hasil tani. Perlu kajian komprehensif tentang rekomendasi perlindungan sumber daya air dan pengelolaan pertambangan yang lebih baik dan berkelanjutan demi masa depan anak-anak dan kehidupan masyarakat di area tambang.

Gangguan Pernafasan

Tingkat kandungan radioaktif hasil pencemaran pertambangan timah di Bangka dan Belitung cukup tinggi, tiga hingga lima kali lebih tinggi dari normal. Diantaranya yaitu thoron dan radon, yang mana radon adalah sumber alami radiasi dan penyebab kanker paru terbesar kedua di Amerika. Paparan radioaktif lainnya memberikan gambaran ada kasus kelainan kronik seperti kelainan pernapasan bawah (paru-paru), neoplasma, gangguan kehamilan, dan kelainan janin yang memicu mutasi sel sehingga bisa menyebabkan kanker.

Ada peningkatan signifikan dari tahun ke tahun penderita TB Paru, penyakit yang mempunyai gejala mirip dengan kanker paru-paru. Berdasarkan buku Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada tahun 2017 tercatat 2.277 kasus dan setahun kemudian meningkat drastis hingga 7.019 kasus.

Jurnal berjudul “Annals of Oncology, Clinical characteristics of COVID-19-infected cancer patients: A retrospective casestudy in three hospitals within Wuhan, China”, mengulas pasien penderita atau yang memiliki gejala kanker. Mereka sangat rentan terhadap patogen pernapasan dan pneumonia berat karena berada dalam keadaan imunosupresif akibat keganasan dan terapi anti-tumor yang dilakukan.

Paru-paru dan daya tahan tubuh yang memburuk bisa saja mengembangkan anoxia yang lebih parah dengan perkembangan lebih cepat. Dalam 14 hari, terapi anti-tumor dikaitkan dengan kejadian klinis parah pada infeksi COVID-19 secara signifikan. Penelitian tersebut juga menguji karakteristik klinis 28 pasien kanker positif COVID-19 dari tiga rumah sakit yang ditunjuk di Wuhan, Tiongkok, pada 26 Februari 2020. Bahwa 53,6% dari pasien mengalami kejadian parah, 21,4% dirawat di ICU, 35,7% memiliki komplikasi yang mengancam jiwa dan 28,6% pasien meninggal.

Terkait lingkungan tambang di Bangka, dampak radioaktif yang dirasakan masyarakat Bangka tidak hanya gangguan pernafasan yang mengarah ke COVID-19 saja tapi juga rentan terhadap penyakit lain secara umum. Sehingga permasalahan banyaknya kawasan bekas penambangan timah yang belum direklamasi bisa memunculkan gunung es dikemudian hari. Bekas galian timah yang terbengkalai seperti kubangan-kubangan, hamparan kosong tanpa kehidupan flora dan fauna berakibat pada kesehatan warga.

Pemerintah perlu mengupayakan dampak negatif dari industri ekstraktif berupa tambang timah ini bagi masyarakat Kepulauan Bangka Belitung. Apakah masih berlanjut dengan rencana mengeruk sumber daya alam tanpa memikirkan keseimbangan linkungan yang berpotensi memaparkan radiasi. Tanpa penanganan dan pengambilan kebijakan yang tepat maka hantu radiasi di lahan kritis tambang timah ini akan terus bergentayangan.

Ikuti tulisan menarik Rosyid Bagus Ginanjar Habibi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler